MOJOK.CO – Laga semifinal Liga Europa antara Arsenal vs Atletico Madrid dianggap sebagai final kepagian. Dua klub dengan nama besar yang sebelumnya lekat dengan Liga Champions.
Untuk undian semifinal Liga Europa ini, Atletico Madrid sedikit lebih diunggulkan ketimbang Arsenal. Komposisi pemain, tim yang sudah padu, dan pengalaman bermain di laga-laga besar menjadi nilai tambah bagi skuat asuhan Diego Simeone. Namun, keunggulan itu boleh dibilang tipis saja lantaran semifinal ini menggunakan sistem dua pertandingan.
Dua leg pertandingan membuat situasi menuju titik imbang, terutama ketika dua tim yang bertemu sama-sama punya skuat yang cukup baik. Jika sudah seperti ini, yang akan menentukan hasil akhir adalah detail-detail kecil pertandingan. Situasi yang sama yang membuat Real Madrid mampu mengalahkan Bayern Munchen di babak semifinal Liga Champions.
Momentum semifinal yang tepat bagi Arsenal
Boleh dibilang, kedua tim menunju babak semifinal Liga Europa ini dengan kondisi yang ideal. Kedua tim menunju performa terbaik dan kepaduan skuat yang memuaskan. Terutama bagi Arsenal, yang akan ditinggal pergi Arsene Wenger di akhir musim. Kabar getir tersebut justru menjadi pelecut semangat anak-anak Gudang Peluru untuk memberikan yang terbaik di ujung masa bakti Wenger.
Tak hanya soal kabar mundurnya Wenger, di atas lapangan, terlihat kemajuan besar dari cara bermain Arsenal. Klub dari London Utara tersebut memang punya kebiasaan untuk tampil semakin bagus di penghujung musim. Khususnya ketika masuk periode April dan Mei, catatan pertandingan The Gunners semakin apik.
Ketika bermain dengan tim terbaik, Arsenal hampir selalu punya cara untuk membuat peluang. Dari gelandang sentral, serang, hingga penyerang diisi pemain-pemain kreatif yang semakin bagus jika bermain dekat dengan kotak penalti. Kreativitas itu, ditambah pilihan bermain untuk lebih banyak melakukan penetrasi dari tengah, The Gunners bisa begitu berbahaya.
Kemampuan ini membuat Arsenal punya solusi untuk semua situasi lawan. Baik yang bakal menekan dengan garis pertahanan tinggi, maupun yang bertahan cukup dalam. Serangan balik bisa diandalkan, penetrasi dari tengah lapangan, sekali lagi, sangat efektif. Yang tuan rumah butuhkan hanya ruang dan kelengahan lawan.
Namun, seperti biasanya, cara bertahan Arsenal masih memprihatinkan. Pertahanan tim ini sangat rentan ketika menerima serangan balik. Cara bermain ala Wenger yang (terlalu) cair memang menjamin sepak bola indah yang mengalir. Namun, risikonya begitu besar di lini pertahanan. Arsenal sangat kesulitan untuk mengawasi ruang-ruang yang terlalu luas lantaran pemain-pemain mereka naik cukup tinggi.
Ketika masalah ini kambuh, Arsenal seperti tim medioker saja. Menyusun lini pertahanan yang disiplin dan konsisten selama 90 menit masih sulit dilakukan. Detail inilah yang membuat Atletico Madrid menjadi sedikit diunggulkan.
Wajah baru dari skuat Atletico Madrid
Atletico di bawah asuhan Diego Simeone dikenal sebagai tim yang jago bertahan. Pola dasar 4-4-2 narrow membuat Atletico sulit ditembus. Kedisiplinan, ditambah stamina untuk melakukan pressing secara konsisten selama 90 menit adalah kelebihan tim asal Spanyol ini. Namun, ada satu detail kecil yang membuat Atletico sebenarnya sudah berusaha mengubah cara bermain yang dianggap negatif itu.
Dahulu, ketika bertahan, hampir semua pemain Atletico turun hingga wilayah sendiri dengan dua penyerang berusaha menutup jalur umpan di tengah lapangan atau menekan pemain lawan yang menguasai bola (di lapangan tengah). Kini, dua penyerang Atletico tidak banyak turun hingga wilayah sendiri. Biasanya hanya salah satu saja.
Tujuan apa yang ingin dicapai Atletico? Ketika berhasil merebut bola di lapangan tengah (atau di sepertiga akhir lapangan), Atletico akan punya cukup pemain untuk menginisiasi serangan balik. Antoine Griezmann, ditemani Diego Costa adalah kombinasi yang ideal. Satu perebut bola, dan satu pemain sebagai penahan atau pemantul bola di dekat kotak penalti ketika serangan balik.
Satu detail ini mengizinkan Atletico menyerang dengan “sekumpulan pemain berjumlah sedikit”. Tujuannya, ketika lawan berhasil mengantisipasi dan melakukan serangan balik, Atletico punya cukup pemain untuk bertahan. Dengan satu detail kecil ini, Ateletico menyeimbangkan timnya yang dahulu disebut terlalu bertahan itu.
Perubahan kecil ini justru menjadi kelemahan Arsenal yang rentan diserang balik. Tak butuh banyak pemain untuk menginisiasi serangan balik dan merepotkan pertahanan Arsenal. sekali lagi, buruknya koordinasi lini pertahanan Arsenal itu menjadi titik kebocoran yang akan diincar Atletico. Jika Atletico dibiarkan menjalankan skenarionya, situasi berimbang di dua leg menjadi tiada berarti.
Pada titik tertentu, laga ini berpotensi menyajikan sepak bola dengan tempo yang cepat. Namun di titik lain, ketika Arsenal durasuki jiwa mediokernya, Atletico akan seperti diberi karpet merah untuk melenggang dengan nyaman menuju babak final Liga Europa.