Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Piala Dunia 2018: Ujung Perdebatan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
16 Mei 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Piala Dunia 2018 akan menjadi kompetisi yang berat bagi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Sebuah kompetisi yang akan menguji kualitas mereka hingga batas yang tidak terbayangkan.

Harapannya memang seperti itu. Piala Dunia 2018 menjadi ujung perdebatan, mana yang lebih bagus, Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Sebenarnya, perdebatan ini sudah masuk ke tahap menjemukan. Oleh sebab itu, Mojok Institute berusaha menyajikan sesuatu yang berbeda. Tulisan ini tidak akan membandingkan keduanya.

“Perdebatan” yang akan ditekankan di dalam tulisan ini adalah perdebatan apakah Messi dan Ronaldo memang punya peluang mengangkat piala Jules Rimet ini. Siapa yang paling berpeluang? Mengapa peluang ini menjadi penting? Status juara dunia, sedikit banyak akan menjadi penegasan status yang terbaik itu sendiri.

Piala Dunia 2018: yang terakhir untuk Ronaldo?

Setelah berhasil “membawa” Portugal memenangi Piala Eropa 2016, ekspektasi untuk melaju sejauh mungkin di Piala Dunia 2018 menjadi nyata. Meski tidak memenangi Piala Eropa dengan meyakinkan, Portugal tetap menyandang status juara. Yang perlu kita apresiasi adalah proses itu sendiri. Proses Portugal merusak segala prediksi dan menang secara dramatis atas Prancis di laga final.

Menjadi juara Piala Dunia membutuhkan syarat-syarat khusus. Dua di antaranya adalah kedalaman skuat dan konsistensi. Dua hal yang membuat Jerman bisa memainkan dua skuat berbeda dan masih dianggap terlalu kuat untuk lawan-lawan mereka. Selain dua hal di atas, determinasi juga menjadi bekal penting.

Tentunya masih segar di ingatan ketika Zinedine Zidane bermain begitu luar biasa di Piala Dunia 2006. Maestro si kulit bulat itu bermain di Piala Dunia terakhirnya. Zidane menyadari inilah saatnya untuk bermain di atas level terbaik. Ia sudah uzur kala itu. Namun Zidane menjadi “Zidane”, ia mendominasi Piala Dunia.

Antiklimaks terjadi di laga final ketika Zidane terprovokasi oleh Marco Materazzi, bek tangguh Italia yang memang jago memanipulasi lawan. Secuil riak cukup untuk mengancurkan dominasi Zidane. Dan di ujung laga, Prancis kalah lewat drama adu penalti. Di sisi lain, Italia memang menunjukkan determinasi tinggi untuk menapaki tiap babak di Piala Dunia kala itu.

Kesadaran bermain untuk kali terakhir di kompetisi terbesar di dunia ini bisa menjadi motivasi besar untuk siapa saja. Tak terkecuali untuk Ronaldo, yang akan melewati lorong-lorong di stadion di Rusia dengan ban kapten melingkar di lengannya. Ia pasti sadar bahwa ia mengemban amanat negara untuk kali terakhir. Siapa yang tidak tergerak hatinya dengan status ini?

Boleh dikata, kerja Ronaldo akan sama berat seperti Zidane 2006. Terutama apabila melihat skuat Portugal untuk Piala Dunia 2018. Skuat A Seleção das Quinas masih diwarnai oleh muka-muka lama yang sukses di Piala Eropa 2016. Muka-muka uzur di tim utama yang tidak lagi berada dalam performa terbaik. Nama-nama muda seperti Goncalo Guedes, Ruben Neves, dan Raphael Guerreiro menjadi yang diharapkan untuk bisa berbagi beban dengan para senior.

Zidane di tahun 2006 juga memikul beban menyeret kaki-kaki tua dalam diri Willy Sagnol, Claude Makalele, dan Lilian Thuram. Kerja keras pemain-pemain muda kala itu seperti Franck Ribery dan Florent Malouda yang diharakan bisa diemulasi oleh Guedes, Neves, dan Guerreiro. Kaki-kaki muda ini yang akan menggenapi determinasi Ronaldo, membantunya bekerja lebih optimal.

Usia Ronaldo sudah 33 tahun. Empat tahun lagi, di Piala Dunia 2022, ia akan berusia 37 tahun. Mungkin ia masih bisa bermain lagi, hingga usia 40 tahun apabila melihat caranya menjaga kondisi tubuh. Namun, Piala Dunia 2018 inilah panggung paripurna untuk usahanya memeluk Piala Dunia dan menegaskan status sebagai terbaik.

Piala Dunia 2018: Seberapa kokoh pundak Lionel Messi?

Messi dan timnas Argentina seperti kisah cinta yang tidak punya akhir manis. Keduanya saling membutuhkan, namun tak benar-benar bisa kawin-mawin. Timnas Argentina sudah berganti pelatih beberapa kali di masa Messi masih bermain. Namun, hingga saat ini, Messi dan Argentina hanya sekadar “sampai di babak final”, sebelum ditundukkan Jerman secara luar biasa.

Piala Dunia punya tekanan yang berbeda, jauh lebih berat. Final 2014 misalnya, yang sukses mematikan asa Messi meski ia sudah bermain begitu apik. Terkadang, tak hanya kualitas di atas lapangan yang dibutuhkan. Dibutuhkan keberuntungan sekali seumur hidup untuk bisa merengkuh Piala Dunia. Dan hingga saat ini, hal-hal di luar lapangan itulah yang menjadi ganjalan bagi Messi dan timnasnya. Tengok bagaimana sialnya Gonzalo Higuain di laga-laga paling penting.

Messi harus menanggung semua itu. Terima kasih untuk statusnya sebagai “dewa” ketika bermain untuk Barcelona. Amanat negara nampak sudah menghuni pundaknya yang mungil itu. Beban yang berat ada di pundak la pulga, alias si kutu, julukan pemain yang 24 Juni nanti berusia 31 tahun itu. Messi akan berulang tahun di tengah kerja negara, memenangi Piala Dunia 2018.

Iklan

Hadiah ulang tahun apa yang lebih bermakna bagi pesepak bola kelas elite selain memenangi Piala Dunia?

Messi akan menjadi pusat permainan Argentina. Cara bermainnya yang berevolusi menegaskan perkiraan itu. Ia bukan lagi pemain yang bisa berakselerasi melewati lima pemain dalam satu kali tarikan napas. Messi menekankan permainnya kepada visi, teknik umpan, dan penempatan diri. Ia harus didukung pemain-pemain cerdas yang paham memanfaatkan ruang yang Messi ciptakan.

Messi butuh runner untuk menerima umpannya. Messi butuh pemain yang siap berdarah-darah mengamankan bola ketika Argentina kehilangan bola. Messi butuh semua pemain Argentina untuk berhenti “selalu membutuhkannya”. Jika tidak terjadi, memangnya, seberapa kokoh pundak Messi? Toh, ia manusia biasa, yang punya rasa lelah.

Piala Dunia 2018 adalah suatu masa ketika kedewaan Ronaldo dan Messi menjadi tiada artinya. Sebuah kompetisi yang akan menyeret keduanya kembali ke bumi dan memaksa mereka berjuang sebagai manusia biasa. Pada saat itu, ketika salah satu berhasil memenanginya, dialah “yang terbaik, dari yang terbaik.”

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2018 oleh

Tags: ArgentinaCristiano Ronaldojuara piala duniaLionel MessiPiala duniapiala dunia 2018piala eropaPortugalprancisrusiarusia 2018Zinedine Zidane
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

kerja sama indonesia prancis.MOJOK.CO
Sosial

Indonesia-Prancis Teken Kerja Sama Perfilman di Candi Borobudur, Angin Segar Industri Sinema Tanah Air

29 Mei 2025
Perjalanan alumnus UGM ke luar negeri alias Rusia untuk meneliti Bumi. MOJOK.CO
Ragam

Petualangan Lulusan UGM ke Antartika, Hadapi Cuaca Ekstrem Selama 6 Bulan untuk Buktikan Teori Bumi Itu Datar

25 Maret 2025
Kegilaan Cinta Sejati di Napoli: Antara Sepak Bola dan Maradona MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Kegilaan Cinta Sejati di Kota Napoli: Antara Copet, Kota Bau Pesing, Sepak Bola, dan Maradona

31 Desember 2024
Pengalaman Orang Indonesia yang Hidup di Cina: Makanannya Enak, Lingkungannya Begitu Menyenangkan, tapi Hati-hati dengan Toilet Umumnya!
Liputan

Pengalaman Orang Indonesia yang Hidup di Cina: Makanannya Enak, Lingkungannya Begitu Menyenangkan, tapi Hati-hati dengan Toilet Umumnya!

4 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.