MOJOK.CO – Manchester United dan arogansi sudah seperti sepasang buah zakar. Berdekatan, kadang lengket menyatu, tapi bukan satu.
Saya tidak tahu kapan arogansi itu mulai muncul. Namun, kalau saya ditanya, arogansi Manchester United ditegaskan sejak 17 tahun yang lalu. Ketika Mike Riley, wasit brengsek, berkolaborasi dengan arogansi pemain-pemain United untuk menzalimi Arsenal di Old Trafford.
Jika Mike Riley tidak ikut “bermain”, rekor kemenangan Arsenal tidak akan terhenti di angka 49. Manchester United, yang sudah melewati unsur profesionalitas, bermain dengan intensi untuk melukai. Namun, hampir semua pelanggaran berbahaya tidak mendapat hukuman dari Mike Riley.
Sebaliknya, ketika pemain Arsenal melakukan pelanggaran pertama, terjadi kepada Ashley Cole, kartu kuning langsung keluar. Ketika Wayne Rooney, diving di kotak penalti, Mike Riley tak berpikir dua kali untuk memberi hadiah kepada kompatriot jahatnya, Manchester United.
Kejahatan itu terjadi 17 tahun yang lalu. Sekarang, saya cuma bisa memendam rasa muak dan jijik kepada wasit Liga Inggris dan Manchester United. Untung saja, konspirasi itu terjadi ketika VAR dan media sosial belum ada. Bayangkan kalau dua “alat” itu sudah ada….
Yah, biarlah kejahatan itu berlalu karena waktu yang akan menghukum Manchester United dengan berbagai cara. Salah satunya yang dilakukan Liverpool di Old Trafford. Mereka membantai United dengan gelontoran lima gol tanpa balas.
Kemenangan Liverpool ini terasa begitu puitis bagi saya. Manchester United dipermalukan di Old Trafford. Tepat di waktu yang sama 17 tahun yang lalu, mereka zalim kepada Arsenal. Karma itu memang nyata dan biasanya memang datang pada waktu yang tepat.
Kalau kita pikirkan ulang, Manchester United dan arogansi memang sudah seperti sepasang buah zakar. Berdekatan, kadang lengket menyatu, tapi bukan satu. Seperti saudara sepersusuan. Bukan saudara sedarah, tapi menyusu kepada kezaliman yang sama. Dasar buah zakar. Puitis sekali.
Pembaca budiman tentu masih ingat kalimat “Gini doang grup neraka?” Sebuah kalimat yang dengan telak menunjukkan arogansi semua aspek yang membangun Manchester United.
Saya yakin kamu sering menemukan orang model beginian di media sosial: bacotnya besar, kalau ngomong seakan-akan dia paling benar, sesumbar, meremehkan, memandang rendah orang lain, padahal sebetulnya dia yang salah. Itu kalau di media sosial. Kalau di dunia sepak bola, namanya Manchester United.
Orang-orang (dan klub) seperti ini memang tidak tahu batasan dirinya. Sudah salah, tapi terus saja berteori. Sudah medioker, masih memandang rendah klub lain. Akun resmi Manchester United Indonesia, misalnya, sudah tahu kalau “kontolnya” kecil, kok mau meremehkan klub lain.
“Gini doang nih grup neraka?”
Tulis mereka di akun Twitter resmi. Niatnya mau banter, mencari perhatian fans lain yang sebetulnya fana, yang ada mereka menjadi bahan tertawaan. Kala itu, mereka bisa menang dari PSG dan RB Leipzig lalu besar kepala. Untuk kemudian kalah dari Istanbul Basaksehir.
… kalah dari ISTANBUL BASAKSEHIR!
Saya yakin, mereka yang suka sepak bola, masih kenal sama Galatasaray atau Besiktas, sebagai perwakilan dari Turki di kompetisi antarklub Eropa. Tapi kalau Istanbul Basaksehir? Pasti tidak banyak yang kenal. Dan Manchester United, kalah dari klub yang namanya kayak pabrik karpet internasional ini.
Arogansi kedua ketika, lagi-lagi, media sosial mereka menggunggah deretan foto pemain Manchester United. Ada Cristiano Ronaldo, Paul Pogba, Jadon Sancho, Raphael Varane, Luke Shaw, dan lain sebagainya. Caption yang dipakai: “Manchester United nih bos. Senggol dong?”
Admin media sosial mereka seperti tidak belajar dari arogansi terdahulu. Sombong adalah salah satu dosa dan karma bakal datang tepat waktu.
United memang mengamalkan nasihat mulia dari zaman dulu, yakni kalau buah zakar kiri berbuat jahat, jangan sampai buah zakar kanan tidak tahu atau berikan aku 10 buah zakar, akan kuguncangkan dunia perlendiran. Kenapa cuma 10 pasang buah zakar, bukankah pemain sepak bola ada 11? Iya, 10 saja, karena yang satu pasang buah zakar yang rambutnya dicat itu kena kartu merah.
Setelah pameran arogansi “Senggol dong” itu, performa Manchester United seperti buah zakar di pagi hari. Kembang, kempis, kembang lagi menahan morning glory.
Ketika Arsenal mengawali kompetisi dengan buruk (0-0-3), Manchester United justru sebaliknya (2-1-0). Arsenal langsung dicap sebagai klub calon degradasi oleh fans mereka. Kini, kedua tim ini mencatatkan poin yang sama (14). Masih mau disenggol? Mau disenggol sama malaikat, Bos?
Arogansi selanjutnya adalah ketika fans mereka menyamakan Atalanta dengan Leeds United. Kita tahu, Leeds adalah rival Manchester United. Rival yang hampir selalu bisa dikalahkan. Sementara itu, Atalanta, mencatatkan hasil yang lebih impresif di Liga Champions selama dua musim terakhir ketimbang United.
Hanya karena satu kemenangan di Old Trafford, fans United langsung sesumbar. Padahal kita tahu, kemenangan 3-2 itu didapat dengan susah payah. Ketika Atalanta tidak kehilangan konsentrasi, mereka bisa unggul 0-2. Kalau Atalanta konsisten, bukan tidak mungkin kemenangan 0-5 yang dicatatkan Liverpool bakal terjadi duluan.
Arogansi terakhir yang saya tahu adalah sikap fans Manchester United ketika melihat Ibrahima Konate dimainkan Liverpool. Mereka meledek Liverpool yang membeli Konate dengan biaya transfer mencapai 40 juta euro. Untuk kemudian, Konate bermain sangat solid dan Liverpool menang dengan skor 0-5.
Ironisnya, Varane, yang dibeli United dengan mahar senilai Konate, bermain seperti kentut. Terasa keberadaannya, lalu hilang. Paul Pogba, salah satu pemain termahal United, bermain buruk dan kena kartu merah. Legenda Manchester United, Cristiano Ronaldo, beruntung tidak diusir wasit setelah ngamuk di babak kedua.
Kekalahan Manchester United dari Liverpool ini seperti pameran karma yang datang tepat waktu. Tepat di hari peringatan akan kezaliman wasit dan United kepada Arsenal. Tepat ketika media sosial sudah sangat ramai dan jahat. Tepat ketika tidak bisa dibantu wasit karena saking buruknya permainan mereka. Tepat satu hari menjelang ulang tahun ke-36 Wayne Rooney, yang diving ketika menzalimi Arsenal 17 tahun yang lalu.
Ahh… Manchester United. Sebuah komedia paling paripura. Salam buat buah zakar sebelah kiri, ya.
BACA JUGA Manchester United Memang Goblok, Sudah Tahu Medioker kok Sombong: Gini Doang nih Grup Neraka? dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.