Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Lionel Messi yang Pengangguran Tak Boleh Juara, Argentina Tak Boleh Menang

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
7 Juli 2021
A A
Lionel Messi yang Pengangguran Tak Boleh Juara, Argentina Tak Boleh Menang MOJOK.CO

Lionel Messi yang Pengangguran Tak Boleh Juara, Argentina Tak Boleh Menang MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saya tidak suka Argentina menang dan Lionel Messi berpotensi juara bersama negaranya. Karena jika hal itu terjadi, tuntas sudah sajian box office seorang living legend yang akan terus mencipta sesuatu dari ruang hampa untuk negaranya.

Saya baru saja selesai menonton 90 menit pertandingan terburuk sejauh ini. Semifinal Copa America, Argentina vs Kolombia menjadi pelakunya. Kaki-kaki pemain terbang setinggi tumit hingga lutut. Sikut menerjang. Kaos ditarik. Ini bukan sepak bola, tapi perkelahian.

Yah, well, itu kalau menurut saya. Sebuah laga yang beneran jelek. Namun, buat orang lain, laga Argentina vs Kolombia, ketika Lionel Messi lebih sering mengaduh kesakitan, adalah laga yang menarik. Keras. Machisimo. Pertarungan adrenalin dan hormon testosteron.

Selama 90 menit laga itu, Argentina seperti tak diizinkan untuk menang dengan nyaman. Sementara itu, Lionel Messi tak diizinkan untuk bahagia dengan menjadi juara bersama negaranya. Kasihan betul. Sudah pengangguran, nggak boleh bahagia lagi.

Sepak bola Amerika Latin memang keras. Sejak saya masih duduk di bangku SD, di hari-hari libur ketika Copa Amerika berlangsung, pertarungan keras sudah terjadi.

Saya ingat pernah menyaksikan laga Peru vs Ekuador. Masih ada Nolberto Solano di timnas Peru. Tiap 5 menit laga terhenti karena pelanggaran. Laga Argentina vs Kolombia ini nggak jauh beda. Jenis laga yang nggak tahu kenapa malah bikin saya mengantuk.

Pemain-pemain kunci dipepet, ditabrak, ditarik kaosnya, diinjak mata kakinya, ditendang betisnya. Pemain kunci seperti Lionel Messi, memang bakal lebih banyak jatuh terguling-guling ketimbang menembak bola ke arah gawang. Keras sekali dan cedera menjadi pemandangan yang semakin akrab.

Namun, sepak bola Amerika Latin memang punya daya tarik sendiri bagi peminatnya. Keras, kadang lembut. Keras, tapi penuh imajinasi. Lionel Messi boleh dihajar mata kakinya sampai berdarah. Tapi, dia akan tetap berdiri, berduel lagi, dan menjadi algojo ketika adu tos-tosan. Mentalnya memang pilih tanding.

Menyaksikan Lionel Messi berjuang sepenuh hati untuk Argentina adalah pemandangan yang sungguh menggugah hati. Maestro yang kini sudah berusia 34 tahun itu masih bermain dengan vigour dan gairah yang extraordinario untuk Argentina.

Memutar waktu ke belakang, pemain sedang tidak terikat kontrak dengan klub mana pun ini hampir selalu menyandang status protagonis. Kalau kamu menikmati game Mobile Legends, Lionel Messi seperti hypercarry, yang menggendong tim, membuat support dan tank medioker terlihat jago.

Namun, di lain kesempatan, Messi bisa seperti menjadi beban bagi tim. Terutama ketika dia kehabisan tabungan imajinasi. Kehilangan sentuhan magis di depan gawang atau selalu terlambat mengirim umpan terakhir yang biasanya menjadi asis. Struktur tim terganggu. Argentina menjadi pecundang dalam satu dasawarsa terakhir.

Saya pernah sampai di sebuah titik yang memberi kelegaan ketika Lionel Messi memutuskan pensiun dari timnas Argentina. Tulisan itu tayang pada 15 Juni 2019.

Pada 2016, setelah kalah dari Chile di final Copa America, Lionel Messi memutuskan untuk pensiun dari timnas Argentina. Namun, keputusan untuk pensiun itu tidak bertahan lama. Pemain yang punya makna “segalanya” untuk Barcelona itu tidak bisa menahan diri untuk membantu Argentina di Piala Dunia 2018. Sebuah keputusan yang salah.

Saat dia memutuskan gantung sepatu dari kompetisi internasional, dunia sempat terhenyak, tapi sebentar saja dan bisa memaklumi. Selama membela Argentina, Si Kutu perlahan menjadi pusat orbit semua pemain. Terkadang, dia terlalu dominan, sebuah kondisi yang dimanfaatkan oleh media dengan sempurna lewat berbagai judul menohok.

Iklan

Lionel Messi disebut punya pengaruh terlalu besar. Keberadaannya disejajarkan (dan diharapkan) seperti Diego Maradona. Seorang “tuhan” timnas Argentina dan sebagian masyarakat Napoli. Pengaruh Messi yang terlalu besar dituduh menjadi sebab Jorge Sampaoli saat itu tidak bisa memilih pemain sesuai kebutuhan tim.

Namun, meski di sudut hati terdalam menyadari bahwa keberadaannya bisa merepotkan Argentina, kita tak akan berhenti menikmati aksi Messi. Dia seperti candu, seperti sisa-sisa heroin yang gagal kamu sedot tuntas masuk hidung. Kamu akan menjilatinya sampai tuntas. Terus mengejar kenikmatan atas nama imajinasi dan keajaiban di atas lapangan hijau.

Hingga pada titik tertentu, kita menyadari masa orbit pemain kelahiran Rosario itu tak akan lama lagi. Tangis dan darah yang tercucur untuk Argentina tak akan lama lagi kita saksikan. Greget yang tertahan ketika dirinya gagal memikul Albiceleste itu bakal kita rindukan.

Di semifinal Copa, ketika melawan Kolombia, Argentina seperti dibuat tak bisa menang. Kaos Otamendi ditarik di dalam kotak penalti. Wasit diam saja. Padahal itu penalti. Pemain Argentina dihajar berulang kali. Wasit diam saja. Seperti tak ada izin dari semesta untuk kemenangan Argentina.

Skuat asuhan Lionel Scaloni itu terbilang beruntung karena laga harus dituntaskan lewat adu tos-tosan. Argentina beruntung punya Emi Martinez yang sedang membara di Liga Inggris bersama Aston Villa. Seorang diri, dia menuntaskan perlawanan brutal Kolombia.

Final impian tercipta. Argentins vs Brasil. Lionel Messi vs Neymar. Mentor vs murid. Legenda vs maestro.

Namun, di lubuk hati terdalam, saya tidak suka Argentina menang dan Lionel Messi berpotensi juara bersama negaranya. Karena jika hal itu terjadi, tuntas sudah sajian box office seorang living legend yang akan terus mencipta sesuatu dari ruang hampa untuk negaranya.

Tak akan ada lagi lari-lari kecil seorang Kutu ketika menggiring bola dengan ujung kakinya. Tak akan ada lagi tendangan bebas yang berbelok tajam dari seorang pemain dengan kaos biru-putih Argentina.

Tak ada yang lebih menyedihkan dari sebuah kerinduan yang kita tahu tak akan bisa dituntaskan. Adios, Lio. Satu langkah lagi menuju keabadian.

BACA JUGA Sudah Betul Lionel Messi Pensiun, Copa America Cuma Satu Lagi Panggung Hinaan dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 7 Juli 2021 oleh

Tags: ArgentinaBarcelonaBrasilcopa americaLionel MessimessiNeymar
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Kegilaan Cinta Sejati di Napoli: Antara Sepak Bola dan Maradona MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Kegilaan Cinta Sejati di Kota Napoli: Antara Copet, Kota Bau Pesing, Sepak Bola, dan Maradona

31 Desember 2024
Bule Bali Viral hingga Messi yang Harusnya Bersyukur Bisa ke Indonesia!
Video

Bule Bali Viral hingga Messi yang Harusnya Bersyukur Bisa ke Indonesia!

31 Mei 2023
14 Tahun Nyamar Nggak Ketahuan, Udah Kayak Film Korea!
Video

14 Tahun Nyamar Nggak Ketahuan, Udah Kayak Film Korea!

22 Desember 2022
Diluar Nalar! Duit Zakat Disikat! Banyak Konser Gagal Dihelat!
Video

Diluar Nalar! Duit Zakat Disikat! Banyak Konser Gagal Dihelat!

7 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.