MOJOK.CO – Kylian Mbappe masih berusia 19 tahun ketika mencetak dua gol di babak 16 besar Piala Dunia. Di usia yang sama, apa yang sedang kamu lalukan?
Ketika Didier Deschamps memutuskan untuk tidak membawa Alexandre Lacazette, pilihan penyerang Prancis menjadi terlalu terbatas. Untuk posisi penyerang tengah, praktis hanya ada Olivier Giroud yang bisa diandalkan untuk memberikan nuansa berbeda di lini depan. Namun, keraguan dan kekhawatiran itu bisa disapu bersih oleh Kylian Mbappe, remaja berusia 19 tahun.
Dua pertandingan awal Prancis di Piala Dunia 2018 berjalan begitu buruk. Meskipun tidak sampai kalah, Prancis gagal memberi bukti bahwa mereka juga menyandang status sebagai tim unggulan. Kompoisisi yang meyakinkan, ditambah performa para pemain yang sedang bagus membuat Prancis diramalkan bisa melaku hingga babak semifinal.
Tapi semuanya hanya analisis di atas kertas. Prancis, atau lebih tepatnya Didier Deschamps, gagal mengangkat semua potensi pemain. Prancis bermain tanpa kreativitas dan ketajaman. Bahkan di pertandingan perdana melawan Australia, jika tidak “dibantu” teknologi VAR dan goal line technology, Prancis bisa saja kalah.
Untungnya, di babak 16 besar Piala Dunia, Prancis “hanya” bertemu Argentina. Sebuah tim yang diperlakukan begitu buruk oleh Jorge Sampaoli, sang pelatih mereka sendiri. Saking buruknya, Sampaoli tak bisa memaksimalkan sebuah tim yang punya Gonzalo Higuain, Sergio Aguero, Paolo Dybala, dan Lionel Messi di lini depan.
Prancis diunggulkan di babak 16 besar ini. Argentina, yang lolos dengan keajaiban, dianggap tak cukup mampu untuk menghadapi Prancis. Dan memang itu yang terjadi. Perubahan pendekatan dari Deschamps berbuah begitu manis. Setidaknya, perubahan cara bermain membuat Prancis mampu membantu pemain-pemainnya mencapai level performa terbaik, terutama sosok Kylian Mbappe.
Melawan Argentina yang lebih fasih menguasai bola, Prancis bertahan dengan bentuk dasar 4-4-2. Dua di depan diisi Giroud dan Mbappe, sementara Antoine Griezmann akan bergeser ke sisi lapangan untuk membantuk empat gelandang yang berdiri hampir sejajar dengan jarak yang teratur. Bentuk two banks of four (istilah yang dipakai untuk menggambarkan sebuah tim yang bertahan menggunakan formasi empat bek dan empat gelandang) Prancis sempat membuat Argentina tak bisa melakukan penetrasi dari lapangan tengah.
Bentuk 4-4-2 yang “sempat” bermain rapat dan kompak ini, ditambah Argentina yang menaikkan garis pertahanan memungkinkan dua penyerang mendapatkan banyak ruang untuk serangan balik. Situasi inilah yang membuat Kylian Mbappe seperti katak mendapatkan air. Bahagia betul striker AS Monaco ini mendapatkan banyak ruang untuk melakukan akselerasi.
Dua gol yang ia cetak, ditambah aksi solo run yang berbuah penalti semuanya berasal dari kelebihan Mbappe. Paling utama tentu kecepatannya bergerak dari nol kilometer mencapai kecepatan tertinggi. Namun, apakah benar kalau Mbappe hanya sekadar cepat saja?
Penyerang kelahiran 1998 ini diberkahi fisik yang kokoh meski baru berusia 19 tahun. Mbappe punya kaki yang panjang, yang memungkinkan dirinya berlari dengan pijakan yang “jauh” dan mantap. Selain punya postur kokoh, kecepatan kakinya sangat superior. Kecepatan kaki bukan soal akselerasi, namun kemampuan memindahkan bola dari kaki kanan bagian dalam ke kaki kiri sebelah dalam dengan cepat.
Kelebihan ini memungkinnya menjauhkan bola dari sergapan lawan lalu mengejarnya kembali. Gol pertama Mbappe ke gawang Argentina menjadi contohnya. Sentuhan pertama ia gunakan untuk mendorong bola menjauhi bek Argentina. Seketika itu juga, ia berlari, mengejar bola, lalu melepaskan sepakan keras menggunakan kaki kiri.
Kemampuan tersebut disebut close control. Sebuah kemampuan di mana seorang pemain mampu mempertahankan bola ketika ia di tengah ditekan lawan atau berada dalam kecepatan tinggi. Bola akan berada dalam jarak aman, baik untuk terus digiring atau dioper dengan satu gerakan. Gesit, merupakan kata paling sederhana untuk menggambarkan kemampuannya ini.
Agility yang mumpuni membantunya berakselerasi, terutama ketika dipepet lawan. Sprint jarak pendeknya menjadi begitu berbahaya. Ketika dihadang lawan, dengan cepat ia akan mendorong bola lebih jauh ke depan. Tujuannya, supaya ia memiliki waktu untuk mencapai kecepatan puncak, sedangkan lawan yang mengadang berada dalam keadaan “bersiap untuk mengejar”.
Bagi bek yang bekerja sendirian, Mbappe akan menjadi momok. Jika mampu melewati satu bek, ia dapat dengan mudah masuk ke daerah berbahaya, atau bahkan langsung berhadapan dengan kiper, seperti gol keduanya ke gawang Argentina.
Kelebihan lagi yang membuat Mbappe berbahaya adalah kemampuan membaca ruang. Ia mampu menjaga jarak dengan bek lawan sehingga sulit ditempel. Kemampuan ini, ditunjang akselerasi, membuat bek lawan akan kesulitan ketika pemain dengan nomor punggung 10 ini berlari menyongsong umpan silang atau bola terobosan datar. Kembali, gol kedua ke gawang Argentina buktinya.
Kemampuan membaca ruang juga ia tunjukkan ketika melakukan solo run yang memantik tendangan penalti. Ia melihat ruang di depan yang terbuka lebar karena pemosisian pemain Argentina yang salah. Beberapa pemain Argentina mencoba mengejar dan menyerang dari sisi badan. Keputusan yang keliru dan berbahaya karena membiarkan Mbappe mendapatkan jalur untuk terus berlari.
Usia Mbappe baru 19 tahun, namun ia sudah seperti pemain veteran yang jago memaksimalkan kelebihannya. Pengalaman bermain di kompetisi level tinggi sejak usia 17 tahun membantu Mbappe beradaptasi dengan cepat. Maka tidak heran, apabila di usia yang bahkan belum menginjak 20 tahun, Mbappe sudah paham makna tanggung jawab.
Mbappe masih berusia 19 tahun ketika mencetak dua gol di babak 16 besar Piala Dunia. Di usia yang sama, apa yang sedang kamu lalukan?