MOJOK.CO – FIFA, PES, dan Football Manager adalah game sepak bola yang paling laris. Di antara ketiga game tersebut, manakah yang terbaik?
Starter pack penyambung tali silaturahmi saya semasa kuliah adalah PES (Pro Evolution Soccer). Game bola satu ini membuat segerombolan mahasiswa yang belum saling mengenal menjadi lebih akrab. Tak ayal, setiap kelas selesai, kos, kontrakan, atau rumah yang punya game langsung jadi semacam markas besar.
Ketika itu, masih jarang yang tanya punya game FIFA atau Football Manager (FM). PES dianggap lebih merakyat dibandingkan kedua game tersebut. Singkatnya, sih, lebih gampang cari bajakannya.
PES, FIFA, dan Football Manager memang punya “pangsa pasar” masing-masing. Ketiganya menawarkan pengalaman bermain sepak bola secara virtual yang berbeda-beda.
Tapi sebentar, mana yang paling bagus di antara ketiga game tersebut? Baiklah, mari kita bedah terlebih dahulu.
Rivalitas PES vs FIFA
PES menawarkan gameplay yang lebih riil. Game ini juga dikenal punya tingkat kesulitan tinggi. Harganya lumayan terjangkau dan membuat game ini lumayan digandrungi mahasiswa “pak tani”.
Istilah “pak tani” lahir dari kata “bajak” atau “membajak” sebuah game. Mohon maaf untuk bapak dan ibu tani di luar sana, ya. Kami penikmat game bajakan bukan bermaksud merendahkan profesi mulia bapak dan ibu, kok.
Versi PES bajakan gampang banget kamu cari di internet. Meski memang, fitur yang ada disunat habis-habisan. Bagi para pembajak, yang paling penting cuma bisa main aja. Titik.
Kekurangan PES cuma satu. Sayang, PES tidak punyai lisensi untuk penggunaan beberapa nama tim dan stadion. Makanya, beberapa gamers nggak bisa menikmati game ini karena pengalaman yang ditawarkan “kurang nyata”. Para holigan PES menggunakan fasilitas “crack” untuk mengatasi masalah lisensi ini.
Nah, sementara itu, FIFA menawarkan tingkat permainan yang lebih mudah dibanding PES. FIFA menjadi lebih bersahabat bagi gamers yang baru mengenal game sepak bola.
Selain lebih mudah dimainkan, FIFA punya lisensi yang lebih lengkap ketimbang PES. Misalnya, Real Madrid ya tetap bernama Real Madrid, bukan white whatever. Chelsea ya Chlesea bukan London Blue.
FIFA menjadi tidak bersahabat dibandingkan PES karena harganya yang mahal. Untuk FIFA 2020, misalnya, dibanderol Rp800 ribu untuk versi standar. Selain soal harga, main FIFA, rasa-rasanya, makin seperti main freestyle football. Istilahnya: kebanyakan “nge-trick”. Malah jadi aneh.
Football Manager, bikin kamu jadi pelatih betulan
Football Manager, atau populer dengan nama FM, adalah game simulasi sepak bola yang melegenda. Kamu bisa merasakan pengalaman menjadi pelatih betulan lewat Football Manager. Mulai mengatur menu latihan, bikin taktik, sampai beli atau jual pemain.
Ya nggak sepenuhnya jadi pelatih betulan, sih. Beberapa detail kerja pelatih di dunia nyata, kan, nggak mungkin dijejalkan ke dalam game. Namun, setidaknya, kamu bisa sedikit merasakannya.
Lewat Football Manager, kamu bisa belajar istilah-istilah teknis yang keren di sepak bola. Misalnya belajar arti peran pemain seperti regista, inverted wing back, mezzala, pressing forward, dan lain sebagainya. Bikin kamu bisa menyimak penjelasan komentator atau analis sepak bola di sebuah pertandingan.
Informasi yang disediakan oleh FM sangat komplet. Up to date. Mengikuti perkembangan sepak bola. Mulai dari istilah teknis, sampai aktivitas transfer pemain.
FIFA dan PES punya satu kesamaan, yaitu butuh kemampuan mekanik yang mumpuni. Begini, kemampuan mekanik, pada dasarnya, adalah kemampuan mengeksekusi perintah atau skill di dalam game.
Kalau di Mobile Legend, kemampuan farm cepet dan bisa bunuh musuh dengan skill itu bisa disebut kemampuan mekanik. Memainkan FIFA dan PES harus punya kemampuan seperti itu. Tapi untuk FM, kamu harus punya game sense yang baik.
Mirip ketika kamu main PUBG. Kamu paham pergerakan map, rotasi tim yang benar, senjata yang harus dipakai, dan kapan melepaskan tembakan. Itulah yang dimaksud game sense.
Football Manager membutuhkan game sense yang bagus. Kenapa? Karena kamu tidak hanya memainkan satu skuat melawan skuat yang lain. Kamu juga harus bisa mengatur finansial tim, mengatur rotasi pemain, memikirkan cedera pemain, dan juga transfer pemain, seperti yang saya singgung di atas.
Kamu tidak bisa lagi memandang kekalahan dengan sepele. Kamu bakal diajak memutar otak untuk berpikir tentang rumus-rumus yang bisa menyelamatkan musimmu.
Kamu tidak bisa begitu saja membeli pemain bintang tanpa memikirkan pemain yang sudah ada. Segala keruwetan sepak bola di dunia nyata ada di FM. Oleh sebab itu, menurut saya, FM lebih superior dibanding FIFA dan PES.
Football Manager tidak butuh spesifikasi gajet mumpuni. Setidaknya nggak serewel PES atau FIFA. Bagi kalian yang ingin merasakan game simulasi namun kepentok alat dan kantong, jelas FM menjadi juaranya.
Setelah bermain Football Manager, sepak bola tak lagi sama. Pandanganmu akan lebih luas. Kamu akan lebih respect kepada banyak taktik, apalagi taktik bertahan yang banyak di ledek itu.
Kamu akan bisa menikmati sepak bola lewat dimensi lain. FM tidak hanya memberimu simulasi sepak bola, tapi membawamu ke dalam sepak bola sebenarnya.
Dengan penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa FIFA dan PES lebih condong ke casual game. Sementara itu, Football Manager lebih condong ke arah belajar seperti profesional.
Meski FIFA dan PES masing-masing punya Career Mode dan Master League, kedua mode tersebut terlihat inferior dibanding yang ditawarkan FM.
Jika kamu adalah gamer casual, mending ambil FIFA dan PES, meski memang, harganya agak mahal. Jika kamu tidak puas dengan fitur yang setengah-setengah dan ingin terjun lebih dalam di dunia sepak bola, Football Manager adalah game yang tepat. Oh iya, FM lebih murah dibanding dua game tersebut.
BACA JUGA Surat Terbuka untuk Zidane: Kami Peduli atau artikel lainnya dari Rizky Prasetya.