Assalamu’alaikum, Dik Neymar. Gimana kabarnya? Sehat? Sudah mandi, belum? Sudah makan? Atau jangan-jangan Dik Neymar lagi puasa Senin-Kemis? Subhanallah … jangan sampai mokah ya, Dik.
Maaf ya kalau Abang jadi SKSD begini. Habijimana, Dik Neymar sekarang lagi jadi obrolan di mana-mana gara-gara dibeli Paris Saint-Germain (PSG) dari Barcelona sampai 3,5 triliun lebih.
Di timeline medsos, berita soal Dik Neymar itu muncul terus lho. Di fanpage Karang Taruna kampung ada, bahkan sampai di grup WhatsApp keluarga Bani Segala ada juga. Yang tadinya nggak tahu bola, tahu-tahu jadi kenal bola gara-gara Dik Neymar. Jangan-jangan ini pengalihan isu biar poster promosi Jambore Mojok enggak banyak yang ngeshare? Hm … mencurigation zkl.
Dik Neymar yang baik,
Abang denger Adik bakalan digaji 8,7 miliar seminggu sama PSG. Kalau diitung per detik jadi 14 ribuan. Ebuset … napas, kentut, berak, cebok, bahkan sampai berak nggak pake cebok aja Dik Neymar digaji. Banyak banget duit sampeyan. Itu duit segitu kalau kira-kira dibeliin tutup pentil ban motor dapat berapa ya, Dik? Abang jadi penasaran.
Oke, begini Dik Neymar … sebagai (((orang))) yang nggak suka Barcelona dan nggak suka PSG, buat saya langkah yang Dik Neymar ambil ini sebenarnya adalah langkah yang bisa dinilai wajib, sunah, haram, makruh, atau mubah sesuai dengan syara’ alias hukum agama. Ya, semua tergantung alasan dan asas pertimbangan manfaat-mudaratnya.
Kok bisa? Ya bisa dong. Namanya juga mojok.co. Apa aja bisa di sini. Lha wong Jonru aja mendadak bisa nyalon presiden di sini. Tanya Mbah Kokok kalau nggak percaya, Dik ….
Mari kita mulai.
Wajib
Pindahnya Dik Neymar bisa dinilai sebagai tindakan yang wajib. Artinya, kalau Dik Neymar tidak pindah ke PSG, Dik Neymar akan kena dosa besar dan siksaan yang begitu pedih. Sebab, sebagaimana yang disampaikan oleh Habib Rizieq Shihab, Ustadz Felix Siauw, sampai dengan ustadz-ustadz yang sealiran, kepemimpinan yang dipegang oleh muslim itu lebih utama.
Coba kurang muslim apa Nasser Ghanim Al-Khelaifi pemilik PSG sejak 2011 ini? Ditulis pake huruf Arab aja masih meninggalkan jejak-jejak kefasihan Arab, nih kalo gak percaya: ناصر بن غانم الخليفي
Gimana? Ngewri, kan? Abang aja keder ngetiknya.
Sekalipun negaranya (Qatar) sedang diboikot oleh Arab Saudi dan koloninya, itu nggak masalah. Yang penting muslim. Ingat, memilih pemimpin muslim itu wajib hukumnya!
Sunah
Pilihan keluar dari Barcelona itu bisa juga jadi sunah. Lha, gimana … apa Dik Neymar nggak bosen cuma jadi makmum-nya Lionel Messi terus? Padahal, secara kualitas Dik Neymar itu bisa lho jadi imam, nggak cuma makmum yang kalau one-on-one sama kiper kebetulan Messi ada di samping terus Dik Neymar nggak enak hati dan oper bola ke Messi yang tinggal nyeplosin ke gawang. Yaelah, Dik, kalau umpan kayak gitu, jangankan Messi, Agus Mulyadi juga bisa bikin gol gitu doang—kalau perlu pake pantat ngegolinnya. Masih kurang puas? Pake gigi.
Apalagi, ada pepatah bilang, “Belajarlah sampai ke negeri Perancis soalnya negeri Cina udah Kuminis.” Di Barcelona, Dik Neymar mungkin bisa terus menuai kesuksesan. Tapi ingat, Dik, di Perancis yang lebih adem (daripada Spanyol) dan kompetisinya kurang ketat bisa bikin Dik Neymar lebih bisa berkontemplasi dan jadi banyak baca buku, punya banyak waktu luang. Akhirnya, siapa tahu update status di Facebook yang bagus dikit. Nah, siap-siap kalau ada komentar dari Pemred Mojok, “Panjangin dikit ya, Maaaaar ….”
Makruh
Pindahnya Dik Neymar dari Barcelona ke PSG bisa jadi makruh kalau main di Perancis malah bikin nggak kompetitif lagi. Berleha-leha karena lawannya enteng-enteng. Akhirnya ketika dipanggil timnas malah nggak bisa maksimal. Padahal Piala Dunia 2018 di Rusia udah menunggu lho, Dik. Apa nggak khawatir?
Memang sih, idealnya kalau ingin mendapatkan performa yang bagus untuk Piala Dunia tahun depan, seharusnya jangan ke Liga Perancis, tapi ke Liga Inggris atau Italia. Tapi, liga-liga itu belum sekompetitif Liga di Indonesia. Liga yang mencampuradukkan segala macam cabang kompetisi dalam satu waktu. Wushu, karate, sampai debat interaktif dengan wasit. Kalau Dik Neymar datang ke Indonesia, dalam setengah musim, pasti Dik Neymar sukses … sukses jadi bintang iklan aplikasi Go-Jek.
Haram
Kalau motif sampeyan cuma pengen duitnya aja, itu nggak baik. Lho? Salahnya apa? Pemain sepak bola profesional kok nggak boleh memetingkan gaji? Apanya yang haram coba?
Bukan gitu … pindah ke PSG bakalan jadi haram kalau Dik Neymar cuma tanda tangan kontrak, dapet duit, foto-foto, terus ngilang nggak ada kabar, diwasap cuma centang satu, di-sms nggak bales, ditelepon nggak aktif, bener-bener ngilang ditelan bumi bawa duit transferan. Itu kan jahat :'(
Mubah
Kalau ini mah suka-suka Dek Neymar aja. Wong Dik Neymar nonmuslim. Yah, kecuali Dik Neymar mau jadi mualaf. Asy, asy, asy, asyhadu apa, Dik Neymar …? Ayo, lanjutin.