MOJOK.CO – Arsenal dan Mikel Arteta tidak salah ketika lebih mementingkan keseimbangan. Namun, fans juga berhak mendapatkan kejelasan akan masa depan Mesut Ozil.
Banyak hal tidak bisa dinilai seorang fans. Misalnya, kondisi aktual di lapangan latihan, isi hati seorang pelatih, dan konflik yang terjadi di antara manajemen dan staf teknis. Tiga hal itu menjadi misteri yang sulit ditebak. Misteri yang menjadi narasi kebangkitan Mo Elneny dan hilangnya imajinasi Mesut Ozil untuk Arsenal.
Ketidaktahuan fans akan kondisi aktual berkembang menjadi kecurigaan dan kegelisahan. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mikel Arteta tidak pernah memberi kesempatan kepada Ozil? Jika menengok video-video latihan yang diunggah di media sosial, kita bisa melihat Ozil ikut berlatih. Artinya, pemain asal Jerman itu tidak cedera.
Arteta pernah didesak oleh wartawan perihal absennya Ozil sejak project restart berjalan. Saat itu, Arteta menegaskan absennya Ozil murni karena alasan teknis. Sederhananya, mantan pemain Real Madrid itu belum sesuai dengan cara bermain Arsenal saat ini. Alasan yang bisa diterima akal sehat.
Alasan tersebut juga sulit dibantah karena dua hal. Pertama, ketika bermain dengan skema 3-4-3, Ozil memang tidak cocok. Kedua, cara bermain Arteta setelah project restart membuahkan hasil, yaitu Piala FA dan Community Shield. Dua keberhasilan itu sukses memperkuat alasan Arteta menepikan Ozil.
Seperti kehidupan sendiri, performa sebuah klub ada pasang dan surutnya. Beberapa kali, skema 3-4-3 tidak berjalan dengan baik. Sempat terjadi pula, ketika Mikel Arteta harus mengubah skema menjadi 4-2-3-1 ketika Kieran Tierney cedera. Dua kondisi ini membuat Arsenal terlihat buntu sekali di lapangan. Kebuntuan yang bisa sedikit dibuka lewat imajinasi Mesut Ozil.
Namun, lagi-lagi, Arsenal berhasil meraih kemenangan di tengah kebuntuan itu. Kemenangan yang sukses menutupi kekurangan Arsenal, yaitu kebutuhan akan pemain kreatif di sepertiga akhir lapangan.
Mo Elneny dan keseimbangan Arsenal
Situasi semakin tidak menguntungkan untuk Mesut Ozil ketika Arteta memberi kesempatan untuk semua pemain kecuali dirinya (dan Matteo Guendouzi yang bengal itu). Adalah Mo Elneny yang diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memperebutkan satu posisi di lapangan tengah. Musim lalu, Elneny menghabiskan satu musim bersama Besiktas dengan status pinjaman.
Mo Elneny mendapat kesempatan di laga Community Shield. Berduet dengan Granit Xhaka, pemain asal Mesir itu bermain begitu stabil. Cara bermainnya memang sederhana. Tugasnya adalah membantu pertahanan dan menjadi “jembatan” aliran bola dari belakang ke sisi lapangan atau ke depan. Celaka bagi Ozil, teman baiknya itu berhasil menghadirkan keseimbangan.
Performa yang sama diduplikasi Mo Elneny ketika Arsenal mengalahkan Fulham di laga pembuka Liga Inggris 2020/2021. Tugasnya memang sederhana, bahkan terlihat “sangat biasa”. Namun, Mo Elneny bisa menyelesaikannya nyaris tanpa cacat. Mantan pemain Basel itu memberikan keseimbangan di skema 3-4-3 ala Arteta.
Mo Elneny melanjutkan performanya yang stabil ketika Arsenal menang 2-0 atas Leicester City di Carabao Cup. Kali ini dia berduet dengan Joe Willock. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dia bisa bermain dengan siapa saja. Lagi-lagi, yang dibutuhkan Arteta adalah keseimbangan dan Mo Elneny berhasil menyediakannya.
“Arteta selalu bilang bahwa dia membutuhkan saya di tim ini. Dia selalu memberi feedback dan memacu saya supaya bisa mengeluarkan kemampuan terbaik. Saya harus berterima kasih kepada Arteta,” kata Mo Elneny menjelaskan betapa Arteta berusaha “adil” kepada semua pemain, kecuali Mesut Ozil.
Imajinasi Ozil yang termarginalkan
Terkadang, harga keseimbangan lebih mahal ketimbang imajinasi. Apalagi ketika keseimbangan itu berbuah kemenangan. Meskipun perlu diakui, di beberapa segmen pertandingan, Arsenal sangat membutuhkan imajinasi Mesut Ozil.
Terkait Ozil yang termarginalkan, fans curiga klub tengah membuat dirinya tidak betah. Arsenal harus mengurangi beban gaji jika ingin membeli pemain baru. Masalahnya, gaji Mesut Ozil menyentuh 350 ribu paun dan tidak ada klub yang sanggup menanggungnya di tengah pandemi.
Harus saya akui, kecurigaan fans memang berdasar. Namun, caranya yang kurang elok. Jika memang mau menjual, sebaiknya klub terbuka kepada Ozil. Mungkin, keterbukaan itu sudah ada. Namun, seperti saya singgung di paragraf awal, ada banyak hal yang tidak diketahui fans.
Ketika tidak ada klub yang mampu menanggung gaji Ozil, Arsenal bisa menggunakan klausul pembagian beban gaji. Seperti yang dilakukan Spurs dan Real Madrid untuk mewujudkan transfer Gareth Bale. Sebelumnya, Madrid ingin Spurs menanggung gaji Bale. Namun, seiring waktu, Madrid melunak dengan mau berkontribusi menanggung separuh gaji Bale.
Jika masih tidak ada klub yang mau, tidak ada salahnya Arteta mempertimbangkan menggunakan Ozil. Gaji sudah pasti dibayarkan setiap minggu, untuk apa pemain berkualitas dianggurkan? Dengan begitu, kecocokan Ozil dan cara bermain ala Arteta bisa diukur lebih objektif. Menghilangkan semua kecurigaan dan kegelisahan fans Arsenal.
Yah, urusan bisa sangat berbeda jika selama latihan Mesut Ozil tidak menunjukkan niat dan determinasi seperti pemain lain. Toh video latihan yang tersedia di media sosial cuma potongan. Tidak menggambarkan situasi secara aktual. Jika ini yang terjadi, sikap Arteta bisa dibenarkan. Apalagi tanpa Ozil, Arsenal masih seimbang dan menang.
Arsenal dan Mikel Arteta tidak bisa disalahkan ketika lebih mementingkan keseimbangan. Namun, fans juga berhak mendapatkan kejelasan akan masa depan Mesut Ozil. Jika imajinasinya tidak dibutuhkan, fans sudah memahami konsep cinta tidak harus selalu bersatu. Demi kebaikan semua pihak. Jika berpisah adalah jalan tengah, dengan senang hati fans mengikhlaskan.
BACA JUGA Mourinho Berteriak ke Egonya Sendiri, Mikel Arteta Berhasil Memotivasi Arsenal dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.