MOJOK.CO – Ditilang polisi itu emang nggak enak. Menyebalkan dan bikin malu. Tapi kalau sampai meresponsnya dengan ngamuk-ngamuk, sepertinya ada yang salah dengan kecerdasan emosi kita.
Beberapa hari lalu, tersebar video yang menunjukkan seorang ibu-ibu yang marah-marah karena ditilang polisi. Pasalnya, si ibu melanggar aturan lalu lintas dengan mengendarai motor di sebuah jalan, yang harusnya tidak memperbolehkan motor untuk melewatinya. Tidak terima telah ditilang polisi, si ibu marah-marah. Nggak sekadar marah-marah, tapi juga teriak-teriak: meminta supaya surat-surat kendaraannya dikembalikan.
Entah karena sedang syuting atau bagaimana, beberapa polisi di tempat kejadian berusaha menghadapi ibu yang sedang marah-marah karena permintaannya yang tidak terpenuhi itu dengan tetap tenang dan elegan. Akan tetapi, namanya juga sedang diliputi emosi negatif, sikap polisi yang (((sudah berusaha baik))) itu tidak cukup untuk menenangkannya. Sebaliknya, ia malah semakin marah-marah. Merasa sedang dipermainkan.
Beberapa kali si ibu berusaha menelpon ibunya dan suaminya untuk meminta bantuan supaya dirinya tidak ditilang. Namun, tampak tak ada pengaruhnya untuk “masalah” yang sedang ia hadapi. Mungkin karena tidak mendapatkan bantuan, akhirnya dia tetap marah-marah. Semakin marah, karena permintaanya yang baginya sederhana—meminta kembali surat kendaraannya—tidak segera terpenuhi.
Dalam pertengkaran yang cukup annoying karena terlalu penuh teriakan tersebut, tiba-tiba headset yang sedang dipakai si ibu putus. Mungkin karena “adegan” tarik menarik surat kendaraan. Hal ini membuat si ibu semakin marah-marah, dan meminta salah satu polisi yang berada di situ untuk menggantinya. Tak tanggung-tanggung, ia meminta headset yang sama persis seperti miliknya. Produk original sebuah merek, dengan harga Rp700 ribu.
Hadeeeh, denda tilang berapa, ganti headsetnya berapa~
Kejadian yang memperlihatkan reaksi orang yang marah-marah saat ditilang polisi, tidak baru kali ini saja. Sebelumnya, sempat ramai video seorang laki-laki yang mempreteli dan membanting motornya sendiri karena nggak terima sudah ditilang. Ia ditilang karena nggak pakai helm, melawan arus, dan nggak bawa SIM beserta STNK-nya. Kalau dipikir-pikir, buat apa, ya? Bukannya itu malah membuatnya rugi yang double-double?
Udah harus bayar denda tilang. Barang-barangnya rusak lagi. Kan eman banget, yak!
Tapi ya, gimana lagi. Terkadang kalau lagi emosi, orang kan susah berpikir yang lebih realistis dan berdampak baik dalam jangka waktu ke depan. Karena mangkel nggak diterima udah ditilang, ya pokoknya pengin nunjukin kalau dirinya ini lagi mangkel. Biar polisinya tahu, kalau dia nggak suka ditilang-ditilang kayak gitu. Biar semua tahu, dirinya lagi marah.
Ya, beginilah kalau kita hanya fokus untuk mengasah kecerdasan intelektual. Tapi, lupa untuk mengasah kecerdasan emosi kita. Reaksi seseorang dengan memperlihatkan emosi yang terlalu meluap-luap hingga merugikan dirinya sendiri, menjadi “tanda sederhana” kalau dia punya kecerdasan emosi yang nggak mumpuni.
Orang yang kurang mengasah kecerdasan emosi dirinya, bakal merasa kesulitan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan emosinya. Sehingga, tidak tahu atau tidak sadar dengan apa yang sedang ia rasakan. Yang kemudian membuatnya tidak dapat mengambil tindakan yang tepat (((bahkan))) untuk dirinya sendiri di situasi yang baginya tidak mengenakkan tersebut. Hanya karena merasa kesal tidak senang ditilang polisi, dia tidak dapat mengontrol perasaannya sendiri. Lantas malah memunculkan perilaku agresif.
Sebetulnya marah-marah itu bukanlah emosi yang salah. Setiap orang bisa marah dan bahkan perlu marah. Karena ini adalah reaksi psikologis yang butuh dikeluarkan untuk membantu melampiaskan stres atau tekanan yang membebani.
Akan tetapi, ketika marah tersebut dikeluarkan tidak pada waktu, orang, dan kapasitas yang tepat, ini menjadi tidak bijak. Tapi ya, emang sih, marah pada kondisi yang “tepat” ini susah untuk dilakukan. Fyi, jujur pada orang lain dengan emosi yang sedang kita rasakan, memang nggak salah. Tapi ya, nggak dengan terlalu menunjukkan semaunya sampai nggak bisa ngontrol~
Sebetulnya kita ini sama-sama aja. Nggak suci-suci amat soal langgar-melanggar lalu lintas. Hanya beda jalan saja dalam ngelanggarnya. Tapi ya, mbok tolong, jangan bodo-bodo amat kalau mau ngelanggar. Ngelanggar kok nggak pakai helm atau melawan arus. Selain jelas-jelas membahayakan diri sendiri dan orang lain. Itu terlalu menarik perhatian untuk ditilang polisi, Cuy!