Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Ngamuk Saat Ditilang Polisi dan Kecerdasan Emosi yang Abal-Abal

Audian Laili oleh Audian Laili
25 Juli 2019
A A
Ditilang Polisi dan Kecerdasan Emosi MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ditilang polisi itu emang nggak enak. Menyebalkan dan bikin malu. Tapi kalau sampai meresponsnya dengan ngamuk-ngamuk, sepertinya ada yang salah dengan kecerdasan emosi kita.

Beberapa hari lalu, tersebar video yang menunjukkan seorang ibu-ibu yang marah-marah karena ditilang polisi. Pasalnya, si ibu melanggar aturan lalu lintas dengan mengendarai motor di sebuah jalan, yang harusnya tidak memperbolehkan motor untuk melewatinya. Tidak terima telah ditilang polisi, si ibu marah-marah. Nggak sekadar marah-marah, tapi juga teriak-teriak: meminta supaya surat-surat kendaraannya dikembalikan.

Entah karena sedang syuting atau bagaimana, beberapa polisi di tempat kejadian berusaha menghadapi ibu yang sedang marah-marah karena permintaannya yang tidak terpenuhi itu dengan tetap tenang dan elegan. Akan tetapi, namanya juga sedang diliputi emosi negatif, sikap polisi yang (((sudah berusaha baik))) itu tidak cukup untuk menenangkannya. Sebaliknya, ia malah semakin marah-marah. Merasa sedang dipermainkan.

Beberapa kali si ibu berusaha menelpon ibunya dan suaminya untuk meminta bantuan supaya dirinya tidak ditilang. Namun, tampak tak ada pengaruhnya untuk “masalah” yang sedang ia hadapi. Mungkin karena tidak mendapatkan bantuan, akhirnya dia tetap marah-marah. Semakin marah, karena permintaanya yang baginya sederhana—meminta kembali surat kendaraannya—tidak segera terpenuhi.

Dalam pertengkaran yang cukup annoying karena terlalu penuh teriakan tersebut, tiba-tiba headset yang sedang dipakai si ibu putus. Mungkin karena “adegan” tarik menarik surat kendaraan. Hal ini membuat si ibu semakin marah-marah, dan meminta salah satu polisi yang berada di situ untuk menggantinya. Tak tanggung-tanggung, ia meminta headset yang sama persis seperti miliknya. Produk original sebuah merek, dengan harga Rp700 ribu.

Hadeeeh, denda tilang berapa, ganti headsetnya berapa~

Kejadian yang memperlihatkan reaksi orang yang marah-marah saat ditilang polisi, tidak baru kali ini saja. Sebelumnya, sempat ramai video seorang laki-laki yang mempreteli dan membanting motornya sendiri karena nggak terima sudah ditilang. Ia ditilang karena nggak pakai helm, melawan arus, dan nggak bawa SIM beserta STNK-nya. Kalau dipikir-pikir, buat apa, ya? Bukannya itu malah membuatnya rugi yang double-double?

Udah harus bayar denda tilang. Barang-barangnya rusak lagi. Kan eman banget, yak!

Tapi ya, gimana lagi. Terkadang kalau lagi emosi, orang kan susah berpikir yang lebih realistis dan berdampak baik dalam jangka waktu ke depan. Karena mangkel nggak diterima udah ditilang, ya pokoknya pengin nunjukin kalau dirinya ini lagi mangkel. Biar polisinya tahu, kalau dia nggak suka ditilang-ditilang kayak gitu. Biar semua tahu, dirinya lagi marah.

Ya, beginilah kalau kita hanya fokus untuk mengasah kecerdasan intelektual. Tapi, lupa untuk mengasah kecerdasan emosi kita. Reaksi seseorang dengan memperlihatkan emosi yang terlalu meluap-luap hingga merugikan dirinya sendiri, menjadi “tanda sederhana” kalau dia punya kecerdasan emosi yang nggak mumpuni.

Orang yang kurang mengasah kecerdasan emosi dirinya, bakal merasa kesulitan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan emosinya. Sehingga, tidak tahu atau tidak sadar dengan apa yang sedang ia rasakan. Yang kemudian membuatnya tidak dapat mengambil tindakan yang tepat (((bahkan))) untuk dirinya sendiri di situasi yang baginya tidak mengenakkan tersebut. Hanya karena merasa kesal tidak senang ditilang polisi, dia tidak dapat mengontrol perasaannya sendiri. Lantas malah memunculkan perilaku agresif.

Sebetulnya marah-marah itu bukanlah emosi yang salah. Setiap orang bisa marah dan bahkan perlu marah. Karena ini adalah reaksi psikologis yang butuh dikeluarkan untuk membantu melampiaskan stres atau tekanan yang membebani.

Akan tetapi, ketika marah tersebut dikeluarkan tidak pada waktu, orang, dan kapasitas yang tepat, ini menjadi tidak bijak. Tapi ya, emang sih, marah pada kondisi yang “tepat” ini susah untuk dilakukan. Fyi, jujur pada orang lain dengan emosi yang sedang kita rasakan, memang nggak salah. Tapi ya, nggak dengan terlalu menunjukkan semaunya sampai nggak bisa ngontrol~

Sebetulnya kita ini sama-sama aja. Nggak suci-suci amat soal langgar-melanggar lalu lintas. Hanya beda jalan saja dalam ngelanggarnya. Tapi ya, mbok tolong, jangan bodo-bodo amat kalau mau ngelanggar. Ngelanggar kok nggak pakai helm atau melawan arus. Selain jelas-jelas membahayakan diri sendiri dan orang lain. Itu terlalu menarik perhatian untuk ditilang polisi, Cuy!

Terakhir diperbarui pada 25 Juli 2019 oleh

Tags: ditilang polisikecerdasan emosimarahStres
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Mengelola Rasa Marah untuk Hidup yang Lebih Bahagia | Semenjana Eps. 11
Video

Mengelola Rasa Marah untuk Hidup yang Lebih Bahagia | Semenjana Eps. 11

14 April 2025
Mensos Risma mojok.co
Kilas

Mensos Risma Marah-marah lagi, Bedanya Sekarang Ada yang Berani Ngelawan

14 Oktober 2021
Melewati Quarter Life Crisis
Liputan

Anak Muda yang Mencoba Melewati Belenggu Quarter Life Crisis 

25 Juni 2021
Kenapa Slank Dipaksa untuk Mengkritik Jokowi? cara mengontrol rasa marah MOJOK.CO
Kepala Suku

Cara Unik Mengontrol Rasa Marah

30 Mei 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.