MOJOK.CO – Tanggal 7 Juli diperingati sebagai Hari Cokelat Sedunia. Hari ini juga sekaligus menjadi pengingat betapa Indonesia sebenarnya sangat butuh coklat. Kenapa?
Tanggal 7 Juli dijadikan sebagai Hari Cokelat Sedunia karena menandai masuknya cokelat ke Eropa. Cokelat mulanya disebut sebagai mata uang atau alat barter bangsa Aztek dan Maya sehingga menjadi komoditas yang penting dan perlu diperingati. Sebagai Hari Cokelat Sedunia, hari ini dianggap sebagai hari termanis sepanjang tahun, walau sebenarnya kita bisa makan cokelat kapan saja tanpa perlu menunggu hari ini tiba.
Bahan baku cokelat itu sendiri, kakao, memang menyumbangkan devisa mencapai US$ 1,05 miliar pada tahun lalu. Tak heran jika ia pernah masuk dalam program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang bertujuan untuk menggenjot produksi kakao dalam negeri.
Namun, menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi. S. Lukman, dalam pemerintahan saat ini, program tersebut terhenti.
Adhi menyayangkan kondisi tersebut, karena kualitas kakao Indonesia terbilang cukup baik. Walaupun, jika untuk memenuhi pasar global, pengusaha olahan cokelat perlu mengimpor cokelat dari luar negeri untuk memperkaya rasa sekaligus memenuhi selera pasar global.
Iya, sih, agak sayang memang jika produksi cokelat di Indonesia menurun. Selain menggiurkan sebagai komoditas ekspor, nyatanya cokelat juga dianggap sebagai makanan yang dapat membuat jiwa-jiwa kesepian untuk selalu merasa berbahagia.
Cokelat memang telah dikenal sebagai makanan yang dapat memperbaiki suasana hati. Secara klinis, mengonsumsi cokelat dapat membantu melepaskan hormon endorfin ke seluruh tubuh. Seperti diketahui, hormon ini dapat menurunkan tingkat stres, rasa sakit, serta menstimulasi perasaan senang pada seseorang.
Secara psikologis, perasaan senang memang didapatkan setelah memakan cokelat. Hal ini dikarenakan pada dasarnya masyarakat memiliki kecenderungan penasaran dan ingin selalu mencoba hal-hal yang baru. Nah, cokelat menjadi komoditas makanan yang selalu memperbarui varian sehingga sering kali menyebabkan kita lapar mata dan merasa puas setelah mengonsumsinya.
Oleh karena itu, di tahun-tahun politik yang panas seperti ini, mengonsumsi cokelat sepertinya bisa menjadi salah satu cara untuk meredam emosi negatif yang ada agar rasa bahagia dapat muncul dengan lebih mudah. Toh, bukankah akan lelah nantinya jika semua hal tidak mengenakkan disambut dengan kemarahan?
Jadi, kebutuhan untuk meningkatkan komoditas kakao bukan hanya untuk diekspor semata, ya. Karena, kita sebagai negara yang menghasilkannya, juga butuh asupan cokelat dengan cukup. Hal ini sangat penting, untuk menetralisir bentrokan-bentrokan yang ada dalam diri, tidak keluar untuk membentrok orang lain. Agar ketenangan yang menjadi dambaan itu tercipta dengan baik.
Yuk konsumsi cokelat lebih banyak, sebagai sangu politik Indonesia yang akan semakin memanas.