Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Betapa Ngawurnya Open Donasi Bodong dengan Mengeksploitasi Kemiskinan

Audian Laili oleh Audian Laili
10 Juli 2019
A A
Open Donasi Bodong Mengeksploitasi Kemiskinan MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kemiskinan memang masih menjadi komoditas yang menarik untuk dieksploitasi. Tidak sekadar untuk konten, tapi juga untuk penipuan yang berkedok donasi.

Kita mengenal reality show Bedah Rumah, Andai Aku Menjadi, ataupun Mikrofon Pelunas Utang, sebagai deretan acara yang menjual kemiskinan. Lantas menempatkan kemiskinan sebagai komoditas utama supaya acara tersebut ditonton oleh masyarakat Indonesia. Rentetan cerita dalam tayangan tersebut mampu mengaduk-aduk emosi para penontonnya. Bahkan, nenek saya pernah menangis sesegukan ketika menonton salah satu episodenya.

Terlepas dari apakah acara tersebut hanya sekadar settingan atau memang keadaan sesungguhnya. Nyatanya, konten yang menjual kemiskinan memang masih laku untuk menaikkan rating dan menangkap iklan sebanyak-banyaknya—jauh lebih tinggi dari donasi yang diberikan itu sendiri. Sehingga, menayangkan acara tersebut saat prime time, merupakan keputusan yang tepat.

Kemiskinan memang bisa dijual di mana-mana. Selain jadi komoditas kampanye para politikus menjelang Pemilihan Umum, dia juga sering kali menjadi konten untuk meningkatkan engagement sebuah tayangan. Baik itu di televisi, maupun di media sosial.

Tidak cukup sampai di situ. Kemiskinan dan segala kondisi belas kasihan tersebut juga dijadikan senjata untuk melancarkan aksi penipuan berkedok donasi. Seperti yang baru saja ramai terjadi di Twitter.

Singkat cerita, sebuah akun Twitter @ndoeeet_ menceritakan kalau dia akan mengambil baju ke seorang penjahit. Namun, ternyata sesampai di sana, mesin jahit milik bapak penjahit tersebut dicuri. Hal tersebut jelas membuat bapak penjahit tersebut kehilangan modal utama untuk bekerja. Bla-bla-bla, lantas dia mengajak para warga Twitter untuk turut membantu bapak penjahit tersebut untuk membeli mesin jahit, karena uang yang dia (@ndoeeet_) miliki masih kurang dan tidak cukup untuk membeli mesin jahit yang dibutuhkan.

Ternyata, donasi yang masuk ke rekening @ndoeeet_ melebihi target awal. Lantas, dia menaikkan sekalian perkiraan dari capaian donasi yang terkumpul. Dengan alasan sekalian untuk membeli peralatan jahit yang lain, kain, hingga sembako. Semua tampak aman-aman saja dan seolah memang begitu meyakinkan karena @ndoeeet_ juga meng-upload video dengan si bapak penjahit. Hingga akhirnya ada yang berkomentar, bahwa foto dan video dalam thread Twitter tersebut sudah pernah ditayangkan oleh akun lain di Instagram. Alias, @ndoeeet_ pakai konten lama dan membuat seolah-olah donasi tersebut baru saja dia lakukan.

Warga Twitter pun marah-marah karena menganggap dia telah melakukan penipuan. Awalnya @ndoeeet_ berusaha berkelit. Namun, tidak lama kemudian ia memutuskan tutup akun. Hal yang jelas semakin bikin orang mencak-mencak. Apalagi yang sudah ikut donasi.

Sebetulnya, meminta donasi lewat media online sudah marak terjadi. Tidak hanya dilakukan oleh orang bersangkutan yang sedang membutuhkan bantuan. Akan tetapi, juga banyak bermunculan “makelar-makelar” yang menyediakan dirinya untuk menjadi perantara donasi tersebut supaya tersalurkan kepada orang-orang yang “katanya” membutuhkan.

Dengan narasi soal bagaimana orang-orang yang dianggap miskin ini mampu berjuang dan bertahan hidup di tengah segala kesulitan dan ketidakadilan yang ada. Memang menjadi tidak sulit untuk menguras simpati kita. Membuat rasa kemanusiaan kita meledak-ledak. Hingga memunculkan rasa syukur dan merasa di posisi yang lebih beruntung.

Kemiskinan memang mudah untuk dieksploitasi untuk kemudian memunculkan rasa iba. Dan itu sebetulnya tidak apa-apa. Tidak salah secara hukum, kalau saja tidak ada penipuan di dalamnya. Kalau saja, para makelar ini betul-betul menyerahkan dana hasil donasi tersebut dengan amanah.

Namun, meski begitu, terus menerus memberi ruang pada praktik donasi dengan “jualan kesedihan” kisah seseorang, justru menjadikan kita terjebak untuk tidak menyelesaikan akar masalah dari kemiskinan itu sendiri. Sebaliknya, seolah-olah kemiskinan malah diusahakan untuk tetap ada. Supaya bisa terus dieksploitasi.

Mungkin, kita sering kali lupa bahwa membantu orang-orang untuk beranjak dari kemiskinannya, bukan berarti sekadar memberikan donasi dan bantuan modal—yang biasanya malah langsung habis untuk membayar utang. Namun, kemiskinan juga soal pendidikan, soal memberdayakan kualitas manusianya. Supaya, mereka juga dapat lebih kuat dan bakoh untuk ikut turut andil seperti masyarakat yang dianggap “normal” lainnya.

Tapi, kalau memang ngebet pengin bantu, prioritaskan saja membantu orang-orang di sekitar. Biar nanti nggak ngamuk-ngamuk amat kalau ternyata orang yang nun jauh di sana dan kayaknya butuh dibantu itu, ternyata malah melakukan penipuan. Atau malah kayak yang kejadian di Twitter tadi. Udah percaya. Udah transfer 2 juta, eh, malah ditipu sama makelarnya.

Iklan

Tapi, kalau memang sampeyan ini orangnya gampang legawa dan bodo amat. Yaudah monggo, kalau pengin sedekah, ya sedekah aja. Urusan dosa biar ditanggung sama yang nipu masing-masing.

Terakhir diperbarui pada 10 Juli 2019 oleh

Tags: donasikemiskinanmedia sosialpenipuanpenipuan donasi
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Raya, bocah asal Sukabumi yang meninggal karena cacing gelang. Sempat ditolong rumah teduh. MOJOK.CO
Catatan

Pesan Raya dari Surga: Jangan Pernah Hilang Empati terhadap “Orang Miskin” karena Pemerintah Mengabaikanmu

23 Agustus 2025
kupon doorprize nggak guna saat karnaval. MOJOK.CO
Catatan

Kesal dengan Karnaval 17 Agustus, Doorprize-nya “Beri Kesialan Seumur Hidup”

5 Agustus 2025
Upaya Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, entaskan kemiskinan di Jateng MOJOK.CO
Kilas

Target Gubernur: Tak Ada Warga Jawa Tengah yang Terbelenggu Kemiskinan Bertahun-tahun

24 Juli 2025
kemiskinan orang miskin dilarang punya anak banyak mojok.co
Mendalam

Kemiskinan Membunuhmu, Pemerintah Mengabaikanmu

8 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.