Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Toxic Relationship: Awas, Terjebak Manipulasi Pacar Sendiri!

Audian Laili oleh Audian Laili
10 Desember 2018
A A
toxic relationship mojok.co

Ilustasi toxic relationship. (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jika hubungan percintaan kalian hanya menyisakan lara dan blas nggak ada bahagia-bahagianya. Coba ditelaah pelan-pelan, apakah hubungan kalian termasuk toxic relationship?

Tidak dapat dimungkiri dalam menjalin hubungan romantis berbentuk pacaran, prosesnya tidak akan selalu berjalan baik-baik saja Pasalnya, hubungan ini menyatukan dua kepribadian yang berbeda supaya dapat berjalan beriringan. Tentu hal ini tidak mudah. Apalagi proses kehidupan seseorang tidak akan pernah terhenti. Selama apa pun kita bersama dengan pasangan, kita akan terus belajar untuk mengenalinya, sebab: kita terus berkembang, begitu juga dengan dia.

Meski proses yang dialami tidak selalu berjalan lancar, kita memutuskan berpasangan karena kita ingin kebutuhan afeksi kita terpenuhi jika bersamanya. Atau lebih mudahnya, kita dapat merasakan kenyamanan, keamanan, dan kasih sayang ketika bersama. Bahkan lebih jauh lagi…

…dia berhasil menjadi partner yang mendukung hidup kita naik level menjadi lebih baik!

Tetapi, bagaimana jika hubungan yang kita harapkan dapat memenuhi kebutuhan afeksi tersebut, justru membuat kita sangat tidak nyaman atau bahkan… TIDAK AMAN? Lebih lanjut, hidupmu bukannya menjadi lebih baik karena dukungannya, namun kamu malah merasa lelah ketika menghadapi partner-mu sendiri.

Perasaan tidak nyaman ketika bersamanya muncul dalam keadaan yang berbeda-beda. Misalnya,

  • Dia mulai mengekang kebebasanmu. Dia ingin kamu selalu ada untuknya, kapan pun itu. Dia akan menyusun banyak rencana dan beribu kisah nelangsa, supaya kamu terus memberikan simpati padanya dan tak tega melepasnya begitu saja.
  • Dia tidak pernah mau menjadi pihak yang dipersalahkan. Bahkan ketika dia sudah jelas-jelas bersalah. Dengan kemampuan ‘manipulatifnya’ yang aduhai, dia justru bisa membaliknya: menjadikan kamu sebagai pihak yang merasa bersalah dan bertanggung jawab untuk meminta maaf.
  • Terlalu sering ada ancaman bunuh diri setiap kali kalian bertengkar, berbeda pendapat, ataupun ketika kamu memutuskan ingin pergi darinya. Ancaman semacam ini, membuatmu tidak sanggup untuk melakukan apa-apa selain berusaha meredam emosinya dan menuruti keinginannya.
  • Keadaan yang lebih parah lagi, dia tega melakukan kekerasan verbal hingga fisik kepadamu, setiap kali dia sedang marah padamu ataupun sebetulnya kepada orang lain. Kamu terlalu sering dijadikan sasaran empuk untuknya mengeluarkan segala sumpah serapah.

Jika salah satu contoh di atas terjadi dalam hubungan kalian, itu artinya hubunganmu sudah tidak lagi sehat, Sayang.

Orang yang hidup dalam hubungan yang tidak sehat atau istilah lainnya toxic relationship, biasanya tidak sadar bahwa mereka dalam hubungan yang berbahaya. Tidak mengherankan jika kemudian, banyak orang di luar yang menganggap para korbannya: bodoh!

Namun, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa hubungan tersebut memang tidak baik untuk dilanjutkan. Sayangnya, kita tidak menemukan cara untuk dapat keluar dari cengkraman si toxic relationship ini. Apalagi ada perasaan, “Bagaimana bisa aku pergi begitu saja, dengan segala proses yang pernah kami jalani bersama?”

Lantas, apakah ini adalah sesuatu yang wajar? Mencintai seseorang yang justru paling sering membuat kita menangis diam-diam?

Sayang, sungguh. Itu bukanlah hal yang wajar. Kamu berhak mencintai dengan bahagia, bukan dengan rasa sakit karena tingkahnya yang—seakan—berhak atas kamu. Ingat, kalian adalah partner. Itu artinya kalian setara dan tidak seharusnya ada yang mendominasi dan menguasai.

Ah, kamu sok tahu. Tahu apa kamu tentang hubungan kami. Kamu kan cuma tahu dari luar saja!11!!!

Ya, ya, ya, pemikiran semacam inilah yang sering kali membuat toxic relationship seperti lingkaran setan. Berputar-putar, tanpa menemukan jalan keluar.

Pertama, kamu menganggap lika-liku hubungan dengan pasangan adalah masalah pribadi kalian. Kamu merasa, orang lain tidak perlu untuk mengetahuinya. Ini adalah aib. Setiap kali ada seseorang yang berusaha menyentil tentang hubungan tersebut, kamu berusaha keras menunjukkan hubungan kalian baik-baik saja bahkan meminta orang lain untuk memaklumi kondisi pasanganmu itu.

Iklan

Maka tidak mengherankan jika kamu terjebak, sebab terus menerus denial mengenai hubungan yang tidak sehat tersebut. Bahkan menjadi semakin sulit, karena orang luar ‘seakan’ tidak punya hak apa pun untuk ikut campur perihal masalah pribadi hubungan kalian.

Kedua, kamu terus menganggap bahwa dia pasti akan berubah, meski dia telah menyakitimu berkali-kali. Kamu pun merasa punya tanggung jawab untuk mendampingi dia menjadi pribadi yang lebih baik. Misal kamu berpikir, “Aku akan terus mendampingi dia, setidaknya sampai dia lulus kuliah.”

Sayang, tahukah kamu? Bahwa kamu tidak punya tanggung jawab apa pun tentang dia. Hubungan yang tidak membuatmu merasa aman dan nyaman, akan terus seperti itu. Percayalah, dia tidak akan berubah. Dia akan tetap dengan dirinya, yang merasa berkuasa atas kamu.

Ketiga, kamu memahami bahwa hubungan ini sudah tidak sehat lagi. Namun, melepaskan begitu saja hubungan yang telah dibangun dengan susah payah? Oh-oh, tentu saja kamu tidak rela. Kamu merasa sangat eman-eman dengan hubungan kalian, dengan segala proses yang telah kalian jalani bersama. Kamu tidak pernah berpikiran dapat mengakhirinya, apalagi untuk memulainya lagi—dengan orang lainnya.

Begini, Sayang. Ada beberapa hal yang perlu sama-sama kita ingat kembali.

Jangan pernah lupakan bahwa kamu juga masih punya harga diri. Jangan sampai, kamu kehilangan harga dirimu dalam hubungan tersebut. Kehilangan harga diri, hanya akan membuatmu terjebak dalam hubungan yang terus menerus menyakitkan—tanpa sanggup melakukan apa-apa. Lantas membuatnya tertawa-tawa karena merasa berkuasa atas kamu.

Selanjutnya, berhati-hatilah dengan pasanganmu yang terlalu sering drama, sok playing victim untuk memperdaya dan mencari simpatimu. Jangan terlalu mudah terpedaya dengan kelemahan yang dia buat-buat. Itu hanya untuk membuatmu stay dan tidak pergi meninggalkannya.

Apalagi, jika dalam hubungan tersebut, dia sering mengancammu untuk menyakiti dirinya sendiri. Keinginannya untuk bunuh diri terlalu sering kamu dengar. Sudahlah, itu artinya kamu memang tidak perlu lagi untuk bertahan. Dia lagi-lagi hanya sedang mencari simpatimu. Lagian, bagaimana bisa dia akan menjagamu, jika dengan dirinya sendiri saja, dia tidak mampu untuk menjaganya.

Selain itu, ketika dia—terlalu sering—melakukan hal yang tidak menyenangkan padamu, jangan mudah tertipu ketika dia meminta maaf dan berjanji akan berubah. Cukupkanlah dirimu menjadi manusia yang tidak pernah berprasangka dan menganggap semua orang baik adanya. Jangan mudah untuk memaafkannya.

Percayalah, tidak sulit baginya merasa ketagihan dengan simpati yang kamu berikan, sehingga kejadian semacam itu akan terus berulang. Lantas, kamu justru masih tak juga tega untuk meninggalkannya dan berharap dia akan berubah suatu saat nanti?!

Sayang, nggak ada yang betul-betul dapat berubah jika itu telah menjadi karakter. Mengenai karakternya itu, kamu tidak punya tanggung jawab apa pun untuk mengubahnya. Jadi, putusin aja. Lalu mulai hidupmu yang baru. Hijrahlah dan ikutan Indonesia Tanpa Pacaran. Murah kok biaya pendaftarannya~

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2019 oleh

Tags: indonesia tanpa pacaranpacarantoxic relationship
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Stasiun Gambir Jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Meninggalkan Surabaya yang Toxic dan Memilih Kehidupan Bebas di Jakarta

16 Januari 2025
Mereka yang Disuruh Putus Orang Tua Pacar karena Bukan Mahasiswa: Sakit, tapi Tak Perlu Repot-repot Kasih Pembuktian MOJOK.CO lebaran
Liputan

Cerita Pilu 2 Pria yang Hubungannya Kandas Menjelang Lebaran, Ada yang Bawa-bawa Agama dan Dianggap Tak Punya Masa Depan!

9 April 2024
Casual Date: Sebuah Kenikmatan Tanpa Batas yang Berbahaya MOJOK.CO
Esai

Casual Date: Kenikmatan Tanpa Batas dan Berbahaya yang Tidak untuk Dirasakan Semua Orang

28 Februari 2024
Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama MOJOK.CO
Kilas

Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama

28 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.