MOJOK.CO – Kata Sandiaga, beliau ingin membangun infrastruktur negara tanpa perlu berutang. Lantas, apakah hal ini bisa direalisasikan? Oh, siapa bilang tidak bisa.
Mungkin topik mengenai pembangunan sudah agak melempem. Namun, saya merasa hal ini masih hangat gara-gara di Instagram, di akun-akun apapun yang saya follow, pasti ada saja komentar ‘perusak suasana’ yang berbau politik dari kedua belah kubu.
Beberapa waktu yang lalu, Sandiaga Uno sempat berjanji, jika dia dan pasangannya—Prabowo Subianto—terpilih, mereka akan meneruskan pembangunan infrastruktur. Tetapi yang membedakan dengan pemerintah saat ini, dia berjanji untuk tidak berutang.
Tak perlu menunggu lama, maka jagat media pun langsung penuh dengan perdebatan di kedua belah pihak, baik dari Cebongers maupun Kampreters. Lantas, debat ini menjalar menjadi kerusuhan kecil-kecilan di mana orang-orang yang mulai emosi di kolom komentar, lalu berkata kasar, sumpah serapah, dan tentu saja bawa-bawa agama plus amal ibadah. Yang kemudian menjadi masalah, komentar kedua pihak ini bagi saya tidak pada tempatnya.
Saya pribadi follow akun Instagram dangdut ataupun akun-akun lawak. Semisal, dubbing jawa. Tidak ada yang salah dengan postingannya, justru saya merasa terhibur. Namun, semua berubah saat negara api menyerang saya membuka kolom komentar—maklum, manusia mana yang tak pengin kepo melihat komentar atau sekadar ingin ikut berkomentar—langsung saja, saya disambut dengan tagar-tagar kedua belah pihak, komen provokasi, bahkan komentar-komentar yang berbau SARA terhadap pendukung pasangan calon yang lain.
Seketika saya yang berbahagia, langsung berubah mengalami tekanan batin yang teramat sangat. Padahal, sudah jelas tujuan saya mem-follow akun-akun tersebut: ingin mencari lawakan untuk melepas penat.
Sebetulnya saya yakin, anda yang sedang membaca ini pasti pernah merasakan, atau bahkan baru saja merasakan hal di atas. Ingin hati berkomentar, namun malah takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun, kalau didiamkan, kok ya, keterlaluannya teramat sangat. Jadi, inilah dilema terbesar manusia abad ini, selain tentang bumi datar atau bulat, yaitu: komen atau nggak ya~
Dari sekian banyak komentar yang terpampang, salah satu komentar menarik jatuh kepada pihak Kampreters, yang mencatut statement junjungannya, Sandiaga Uno, yaitu perihal, ‘membangun tanpa utang’. Tentu saja berkat statement ini, muncullah ekonom-ekonom dadakan dari segala penjuru yang memperdebatkan soal utang ini.
Statement tersebut, saya pribadi akui sangat menarik di tengah kondisi Indonesia yang banyak utang. Mungkin bagi banyak orang lainnya, hal ini dijadikan salah satu justifikasi dalam memilih capres dan cawapres yang melontarkan kalimat tersebut.
Di pihak A, hal itu terdengar tidak mungkin (sulit). Di pihak B, terdengar mungkin. Namun, sebagai manusia, pasti kita pernah mendengar, ‘tak ada yang tak mungkin di dunia ini’. Maka atas dasar tersebut, saya akan membahas bahwa hal itu bisa-bisa saja terjadi, jika:
Pertama, seluruh masyarakat urunan dengan nominal paling kecil cuma Rp18,9 juta.
Nah, sebetulnya ini solusi paling mantap, anti utang, Bos! Jika kita cek, per September 2018, utang negara kita sekitar Rp5.000 triliun. Jadi sebelum kita membangun infrastruktur, kita harus membayar utang terlebih dahulu. Jika uang untuk bayar utang ini kita bagi sama rata ke seluruh masyarakat Indonesia yang berjumlah 264 juta orang, maka setiap orang akan diminta urun sekitar Rp18,9 juta. Hmmm, lumayan, kan? Jadi kita nggak perlu ngutang ke luar negeri lagi.
Tentu saja, hal ini perlu mengabaikan tingkat kesejahteraan ekenomi setiap warga negaranya.
Berkaca dari sejarah, pada krisis ekonomi tahun 90-an, masyarakat Korea Selatan menyumbang emas untuk negaranya yang sedang dilanda krisis dan ternyata hal ini berhasil membantu. Mungkin, Indonesia juga bisa meniru.
Kedua, pendapatan negara semuanya dipakai untuk infrastruktur dan bayar utang.
Dalam rincian informasi APBN 2018, pendapatan negara Indonesia sebesar Rp1.894 triliun, dengan rincian pembiayaan utang sebesar Rp399,2 triliun, dan untuk pembiayaan infrastruktur Rp410 triliun.
Nah, kalau memang pengin Indonesia bebas utang, bolehlah jika semua pendapatan dipakai untuk membayar utang terlebih dahulu. Jadi utang yang sebesar Rp5.000 triliun itu, jika setiap tahunnya hanya sanggup mencicil Rp1.894 triliun, kemungkinan akan lunas sekitar 3-4 tahunlah. Jika kita ingin tetap membangun infrastruktur, tentu saja jangka waktu untuk mencicil itu akan lebih panjang.
Terlihat mudah? Ya, ya, ya, tentu saja, namun hal ini beresiko kita kehilangan subsidi, beasiswa, tunjangan plus gaji PNS, dan lain-lainnya. Lha wong, pendapatan setiap tahunnya cuma habis untuk bayar utang doang.
Ketiga, menghidupkan kembali profesi dukun pelipat ganda uang.
Oleh karena pendapatan Indonesia cuma Rp1,8 triliun, tentu saja kalau ditanya apakah ini kurang? Ya jelas, kurang. Terus pengin pendapatannya bisa bertambah jadi 4, 5, atau 6 triliun? Oh, tentu saja itu mudah. Langsung saja, gaskan ke dukun pengganda duit di sekitar Anda. Nggak pakai lama, hasil nyata, utang berkurang, dan pembangunan berjalan. Wuih, asyique-lah pokoknya~
Keempat, membuat akun Youtube.
Siapa yang saat ini tidak mengenal Youtube? Bahkan, menjadi seorang Youtuber telah menjadi cita-cita anak Indonesia mengalahkan profesi dokter, polisi, dan tentara pada zamannya. Maka, daripada pusing-pusing menerka kira-kira bisa menambah pendapatan dari mana. Bagaimana jika negara ini buat akun Youtube, lantas mengisinya dengan konten-konten berfaedah dan tentu saja clickbait. Ya, seperti yang dilakukan oleh Atta Halilintar bersaudara.
Nah, kalau akun Youtube negara ini di-subscribe setidaknya sama warga negaranya sendiri dan ditonton berkali-kali setidaknya sama warga negaranya sendiri, tentu saja penghasilan yang didapat oleh akun Youtube negara ini tidak dapat dikatakan sedikit. Apalagi, kalau akun ini mendapat endorse.
Maka, hasil dari gotong royong ini sangat membantu untuk pembangunan infrastruktur negara tercinta. Meski kemudian ada kemungkinan…
…Youtube bangkrut.
Kelima, nggak usah ngapa-ngapain.
Menurut saya, ini adalah solusi yang paling jitu. Kalau memang nggak mau ngutang, ya nggak usah ngutang, dong. Jadi sederhananya, bangun seadanya, kalau dananya sudah habis, ya habis. Atau sekalian nggak usah ngapa-ngapain. Tentu saja uangnya bakal tetap utuh dan nggak perlu ngutang, deh! Ini lumayan, loh, dana APBN yang sebesar Rp410 triliun itu, bisa dipakai untuk mentraktir sego kucing seluruh warga negara Indonesia. Yeay!
Jadi, sekiranya itu beberapa cara yang bisa saya usulkan, supaya biaya untuk pembangunan infrastruktur tidak perlu lagi berutang dan membuat mumet kepala para petinggi negara. Namun, hal ini kembali lagi kepada kebijaksanaan sang capres dan cawapres terkait untuk melaksanakannya dengan cara seperti apa dan tentunya harus dilakukan setelah mempertimbangkannya dengan matang.
Jadi, entah siapa pun nanti yang terpilih sebagai kepala negara, kita semua harus tetap bersaudara. Di tahun politik ini, jangan sampai kita kehilangan teman, sahabat, atau saudara hanya karena pilihan yang berbeda. Toh, siapa pun presidennya, ya tetap kita sendiri yang menentukan hidup kita ke depannya. Mau presiden A atau B, tapi kalau kita tetap malas, ya, gimana, ya~