Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Menjadi Anggota MLM dan Tidak Menjadi Anggota MLM: Pilih yang Mana?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
28 Oktober 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – MLM dan segala problematika yang ditimbulkannya sebenarnya bersumber dari satu masalah: curiga bakal diprospek!

Di awal-awal tahun perkuliahan saya, seorang teman datang tiba-tiba. Kenapa saya sebut tiba-tiba? Karena sebelumnya, kami hanya sesekali berkomunikasi lewat Facebook—nomor hape saja tak punya. Lagi pula, dia pun bukan teman sekelas saya, melainkan temannya teman mantan pacar saya. Jauh, kan, tingkat kekerabatannya?

Saya, sih, seneng-seneng aja, soalnya pas dia dateng ke kos, dia bawa molen pisang dan molen kacang hijau. Kami pun ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari Super Junior (gara-gara di kamar saya ada poster Super Junior) sampai soal penyebab saya putus sama si mantan. Lalu setelah lelah tertawa-tawa, Melati mengeluarkan map kecil berwarna hitam dan berkata, “Jadi gini, Mbak…”.

Dimulailah perjalanan panjang malam itu: saya diprospek ikutan MLM.

Yhaaa!!! Melati yang saya pikir datang karena tergugah hatinya melihat saya kurusan dan akhirnya ngasih saya molen gratis, ternyata bermaksud mengajak saya bergabung dengan sebuah MLM!!!

Dengan bangga, Melati bercerita bahwa ia sudah cukup lama bergabung dengan MLM yang satu ini, bahkan tak segan-segan mengaku bahwa ia sampai menggadaikan laptopnya demi memenuhi persyaratan awal untuk bergabung di level tertentu. Saya—yang laptop-nya cuma berisi video Super Junior dan semua episode Running Man—langsung bergidik ngeri. Saya jelas nggak bisa diajak menggadaikan laptop; nanti saya lihat Kyuhyun Oppa dari mana lagi coba???

Bukan cuma saya dan Melati, teman dekat saya pun pernah mengalami hal yang sama, sebut saja namanya Anggrek. Dulu, Anggrek mendadak diajak jalan oleh seorang laki-laki di kelasnya, bernama Daun (ya jelas bukan nama sebenarnya!). Anggrek dihujani perhatian dan dijemput untuk makan malam suatu hari, lalu dikenalkan dengan teman-temannya.

Siapa sangka, Anggrek diajak masuk ke sebuah ruangan bersama Daun dan konco-konconya. Kebingungan, Anggrek bertanya, “Acara apa sih ini?”

“Udah, kamu ikut aja. Duduk aja, ya, tenang,” jawab Daun sok misterius.

Tiba-tiba, masuklah seseorang dengan jas perlente dan rambut klimis. Semua orang disapa dengan tingkat keceriaan di atas rata-rata, lalu semua orang ini pun menyambutnya dengan bertepuk tangan penuh semangat sambil berdiri. Refleks, Anggrek ikutan.

Di makan malam kedua mereka, Anggrek diprospek. Sialnya, ia malah terjerat bujuk rayu Daun yang menawarkan produk MLM-nya: Anggrek membeli salah satu produk dengan harga 80 ribu rupiah padahal ia nggak butuh-butuh amat.

“Plus,” kata Anggrek, “ternyata dia udah punya pacar. Ceweknya, ya, salah satu dari ‘teman-temannya’ yang dikenalin ke saya waktu makan malam pertama. Demi prospek MLM, pacar Daun rela melihat cowoknya anter-jemput saya dan rajin menghubungi saya. Setelah saya beli produk itu, ya sudah, bye.”

Ckckck!

Saat mendengar kata ‘MLM’, kesan yang muncul di otak saya memang negatif. Sejak zaman-zaman saya salah jurusan di sebuah kampus di Bandung, mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari negara tetangga pernah mengajak saya datang ke sebuah acara yang saya kira hanya dinner biasa, ternyata…

Iklan

…mereka malah presentasi MLM!!!

Ini serius, btw.

“Kemarin aku juga diajak ikut pelatihan MLM gitu. Melati maksa aku ikut, sampai njemput aku ke kos, padahal kosku kan jauh banget,” cerita teman saya yang lain—sebut saja namanya Kamboja—soal Melati yang di awal tulisan ini saya ceritakan. Dari pengakuan Kamboja, Melati bersikap cukup agresif dan terkesan memaksa. Ini pulalah yang saya rasakan dari kisah soal Daun, sekaligus teman-teman internasional saya di zaman perkuliahan yang lalu.

Pertanyaannya: kenapa??? Kenapa, sih, orang kalau MLM sering kali terkesan memaksa???

Sebagai orang yang anti-MLM, sering kali kita merasa teman-teman kita di bisnis jaringan tersebut sedang berada dalam fase ‘dicuci otak’ karena berubah agresif dan selalu melakukan prospek.Pesannya yang berbunyi ‘Apa kabar?’ yang dikirimkan lewat WhatsApp pun seakan-akan terbaca sebagai ‘Sudah siap aku prospek hari ini?’ saking parnonya kita. Pokoknya, kita jadi merasa terancam!

Dengan keyakinan bahwa ‘MLM adalah bukan jalan hidup’, suatu hari sampailah saya di sebuah kerjaan baru: panitia EO (event organizer). Menariknya, acara yang saya tangani saat itu adalah…

…seminar MLM!!!

Sejak pintu masuk dibuka, saya diminta menyambut peserta yang datang. Bukan salam “Selamat pagi” yang sopan dan halus, saya diharuskan melakukan hal ini dengan keceriaan berlebih, mengajak tos semua orang, dan tak lupa berkata, “SEMANGAT PAGI!” sambil tersenyum lebar sekali.

­­Baru saja saya mengeluh bahwa tersenyum terus-terusan sungguh membuat saya merasa palsu, saya menyadari satu hal: acara-acara di seminar MLM ternyata tidak buruk-buruk amat.

Iya, saya ulangi: tidak buruk-buruk amat.

Konsepnya memang sangat biasa: si pembicara naik ke atas panggung, lalu memberi presentasi motivasi. Isinya? Ya dorongan supaya pesertanya lebih semangat melakukan presentasi-presentasi sepanjang hidupnya, alias memprospek orang-orang lain.

[!!!!!!!!!!!!111!!!11!!!!]

Bagian yang saya sebut tidak buruk datang kemudian: bagian refreshing. Sekelompok orang naik ke atas panggung, diikuti dentuman musik kencang yang asyik buat ajeb-ajeb. Mereka kemudian akan melakukan gerakan dance yang mudah—persis seperti gerakan olahraga—mengikuti musik yang diputar. Semua orang langsung ikut bergoyang, termasuk saya. Bedanya, mereka goyang-goyang karena antusias, sedangkan saya bergoyang karena sudah jadi job desc saya sebagai panitia. Katanya, biar peserta merasakan atmosfer histeris.

Histeris, ndyaaasmu!

Tapi, sungguh, dengan aksi dance ini, saya rasa pihak MLM sedang mengajarkan pada kita bahwa hidup tidak semestinya dihadapi dengan kaku. Sesekali berdiri dan menari gila-gilaan tidak akan membuatmu aneh jika memang itu adalah hal yang kamu butuhkan. Eaaa~

Selain itu, kalau dipikir-pikir lagi, aksi presentasi dan prospek yang mereka lakukan adalah pelatihan public speaking yang sebenarnya. Para pemain MLM ini seperti tengah menunjukkan pada kita bahwa untuk kepandaian berbicara adalah kunci kesuksesan. Kalau ada yang ‘terjerat’ ya syukur, kalau nggak ada ya dicoba lagi.

Eh, kok malah jadi mirip mantan kekasih playboy, ya???

Yang jelas, mengikuti seminar MLM berlangsung selama 8 jam hari itu membuat saya menyadari bahwa peserta MLM adalah manusia-manusia biasa. Selagi kita merasa mereka bisa ‘menyerang’ kita dengam prospek kapan saja, mereka pun memiliki kekhawatiran yang sama: kenapa sih teman-teman menghindari aku? Kenapa sih kalau aku ngomong di grup WhatsApp nggak ada yang nanggepin? Kenapa sih kalau aku ajak main, semuanya pada nggak bisa?

Sampai sini, jelas sudah dampak dari MLM: bukan soal menjadikan seseorang kaya atau miskin—sukses atau tidak sukses—ia justru menimbulkan kecurigaan di antara kerabat. Ini gawat, apalagi kalau yang ikut MLM adalah gebetanmu—seperti kasus si Anggrek.

Bisa-bisa, perhatian yang kamu terima selama ini bukan karena cinta, melainkan demi kenaikan level si gebetan di bisnis jaringannya. Duh!

Terakhir diperbarui pada 28 Oktober 2018 oleh

Tags: bisnis jaringangebetanMLMpenipuanprospek
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

kupon doorprize nggak guna saat karnaval. MOJOK.CO
Catatan

Kesal dengan Karnaval 17 Agustus, Doorprize-nya “Beri Kesialan Seumur Hidup”

5 Agustus 2025
Penipuan love scam: ngaku-ngaku jadi pilot di luar negeri, berhasil pikat perempuan Lampung hingga poroti puluhan juta MOJOK.CO
Ragam

Penyesalan Perempuan Lampung, “Tergila-gila” Lelaki yang Ngaku Jadi Pilot di Luar Negeri Berujung Kehilangan Uang Puluhan Juta

7 Mei 2025
Warga Surabaya merantau ke Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Kekesalan Orang Surabaya karena Tingkah Buruk Warga Jakarta yang Suka Menipu, Harga Murah Jadi Mahal

12 April 2025
Kejam, Oknum Mahasiswi di Jogja Tipu Mahasiswi di Panti Asuhan Lain Lewat MLM. Orang Tua Korban Sampai Jual Tanah MOJOK.CO
Kampus

Kejam, Komplotan Mahasiswa di Jogja Tipu Mahasiswa di Panti Asuhan Lewat MLM. Orang Tua Korban Sampai Jual Tanah

17 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.