MOJOK.CO – Liputan kali ini akan membuktikan kalau kita tetap bisa menghasilkan masakan yang variatif dan sehat dengan budget 50 Ribu.
Sebagai kids zaman now yang suka hidup enak dengan budget minim, kali ini saya dan kawan-kawan mencoba untuk berbelanja berbagai bahan makanan ke pasar dengan berbekal uang 50 ribu rupiah. Dengan uang segitu, kami, mahasiswa misqueen yang biasanya cuma makan nasi angkringan dan gorengan, akan membuat masakan yang lebih variatif dan sehat sesuai standar tumpeng gizi seimbang.
Tumpeng gizi seimbang bukan tumpeng nasi kuning yang biasa dipakai ultah, bukan. Tapi, tumpeng ini merupakan standar makanan yang menggantikan empat sehat lima sempurna. Bedanya, tumpeng gizi seimbang punya batasan yang lebih jelas soal porsi makan, penggunaan garam atau gula, serta menekankan aktivitas olahraga. Tapi, saya nggak betul-betul terpaku dengan standar itu secara rinci. Saya cuma mengacu pada komponen-komponen yang ada dalam porsi sekali makannya, itu saja.
Komponen-komponen tumpeng gizi seimbang di antaranya adalah makanan pokok, sayuran, lauk-pauk, buah-buahan, dan segelas air tawar. Susu nggak ditekankan, tapi boleh juga dimasukkan dalam list. Nah, oleh sebab itu, uang 50 ribu menurut kami cukup logis untuk dijadikan titik awal dalam upaya memenuhi semua komponen tersebut. Bisa dibilang masing-masing dari kami, cuma merogoh kocek Rp12,500 saja.
Selanjutnya, berangkatlah kami ke Pasar Kolombo, Kaliurang, Jogja, pada Sabtu pagi (25/8). Pertama, saya membeli beras setengah kilo dengan Rp5,500. Kemudian untuk sayurnya, saya membeli satu jagung seharga Rp2,000 dan dua ikat bayam seharga Rp4,000. Sebetulnya ada beberapa opsi sayuran dengan harga sama, cuma saya dkk sedang ingin makan bayam biar kuat seperti Popeye si Pelaut.
Tak lupa, kami membeli bumbu supaya masakannya sedap, di antaranya garam Rp2,000, satu buah jeruk nipis Rp1,000 satu sachet micin Rp500, cabe Rp2,000, tomat Rp2,000, bawang Rp1,000, dan tentu saja minyak goreng Rp3,500. Sedangkan untuk lauknya, saya membeli satu buah tempe seharga Rp5,000 dan tiga butir telur dengan harga Rp4,500. Total sementara yang saya keluarkan Rp33,000. Masih ada sisa Rp17,000 lagi.
Saya lalu membeli satu sisir pisang susu seharga tujuh ribu untuk memenuhi komponen buah dan tiga sachet susu bubuk Dancow dengan total harga Rp10,000. Demikian, maka uang 50 ribu pun habis sudah. Tinggal satu babak terakhir: masak-masak.
Teman saya, Chintara, kebagian tugas untuk mengolah semua bahan yang saya beli di pasar itu agar menjadi makanan yang lezat. Saya dan dua teman lainnya cuma membantu menanak nasi dan menjerang air. Sedangkan Chintara harus pintar-pintar meracik bumbu supaya bisa menghasilkan sop bayam campur jagung yang menggoda.
Bagian membuat sop memang agak lama, soalnya kami harus memotong bayam dan jagung supaya mudah dimakan. Bayangkan kalau bayamnya nggak dipotong-potong, bisa seret di tenggorokan karena saking panjangnya.
Selesai membuat sop, Chintara langsung menggoreng tempe yang sudah kami iris tipis-tipis. Dilanjutkan dengan mendadar tiga telur sekaligus, dan terakhir mengulek tomat, bawang putih, serta cabai yang masih segar, menjadi sambal yang betul-betul merangsang selera makan. Untuk minumannya, tiga sachet Dancow kami seduh dalam cangkir-cangkir mungil. Takarannya, satu setengah sachet Dancow untuk dua cangkir. Jangan khawatir, masih terasa manis, kok.
Siang itu, kami berhasil membuat sop sayur bayam plus jagung, telor dadar ekstra besar, tempe goreng, dan sambal tomat. Bersama dengan nasi yang masih mengepulkan asap hangat, kami menyantap semua hidangan tersebut. Kombinasi rasa antara sop bayam yang manis-pedas, gurihnya tempe goreng dan telur dadar, serta sambal tomat, betul-betul mampu memanjakan lidah. Nggak kalah dengan masakan aa’ burjo atau paklik angkringan.
Puas rasanya bisa mengolah makanan dari mulai beli sampai proses memasaknya. Apalagi, menunya variatif, karena kami juga punya susu vanila dan sesisir pisang untuk bagian pencuci mulut.
Ternyata 50 ribu sudah cukup untuk memenuhi standar makanan tumpeng gizi seimbang (minus olahraga). Bahkan, setelah kami selesai makan, masih ada sisa sayur, tempe, dan sambal, yang porsinya cukup untuk makan empat orang sekali lagi. Hanya saja, karena nggak bagus menyimpan bayam terlalu lama, maka kami pun menghabiskannya secara paksa walau sudah agak kenyang. Daripada mubazir.
Selain itu, 50 ribu ternyata lebih dari cukup untuk porsi makan sekali empat orang. Lha wong sisa tempe dan sambalnya saja masih lumayan banyak kalau dibuat tempe penyet untuk makan malam. Nah, ini bisa jadi alternatif buat mahasiswa-mahasiswi yang ngontrak bareng dan ingin makan murah tapi bisa variatif sekaligus memenuhi standar tumpeng gizi seimbang. Tentu dengan satu catatan: orang-orangnya nggak kemaruk!