Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Tak Sopannya Belasungkawa Hasto Kristiyanto Memang Penyakit Politikus Narsis

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
19 Februari 2020
A A
kesalahan politikus narsis Indonesia hasto kristiyanto PDI perjuangan harun masiku maudy ayunda pemilu pilkada poster narsis pejabat politikus iklan politik sampah vidual ashraf sinclair politik onani

kesalahan politikus narsis Indonesia hasto kristiyanto PDI perjuangan harun masiku maudy ayunda pemilu pilkada poster narsis pejabat politikus iklan politik sampah vidual ashraf sinclair politik onani

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalian mungkin kaget melihat sebuah poster ucapan belasungkawa dari seorang Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto. Wajahnya tampak lebih dominan daripada orang yang meninggal. Sungguh kesalahan politikus narsis Indonesia nggak berubah dari dulu.

Menjelang Pemilu dan Pilkada, saya selalu resah dengan sampah visual yang bertebaran di jalan-jalan. Saya nggak kenal 90% orang-orang yang memajang wajah mereka di sana. Saya justru lebih hafal muka-muka selebgram yang tiap hari di-endorse pemutih ketiak dan pembesar payudara itu. Hadeeeh~

Masalahnya, kita semua tahu jenis iklan seperti ini nggak efektif untuk pemilih pemula. Memperkenalkan politisi nggak hanya dengan pasang poster dan nampangin wajahnya di mana-mana tanpa tahu kinerja mereka apa, sepak terjang di dunia soial dan politiknya apa, dan prestasinya apa. Kita sebagai target market politik, adalah pemalas yang sebenarnya sedang diperjualbelikan untuk memilih.

Di level yang sangat akut, seorang politikus mengucapkan belasungkawa dengan nampangin wajahnya di samping orang yang meninggal. Bukannya terlihat raut dukacita, sang politikus narsis justru kelihatan jumawa. Jangan salahkan netizen kalau mereka bingung siapa yang meninggal, posternya memang misleading.

Kami di PDI Perjuangan meyakini, politik menjadi menarik dan mempersatukan jika ditempuh lewat jalan budaya. Hari ini kita kehilangan pelaku jalan budaya. Saya mengucapkan turut berduka yang mendalam. pic.twitter.com/jGfyI6jHfK

— Ir Hasto Kristiyanto MM (@66Hasto) February 18, 2020

Sudahlah saya nggak mau komentar soal EBI-nya karena saya nggak mau misuh. Yang jelas, bukan sebuah hal yang elok kalau ucapan belasungkawa saja dijadikan sebuah kendaraan politikus narsis yang wajahnya ingin kelihatan terus. Di luar itu semua, dukacita mendalam juga saya rasakan atas meninggalnya seorang aktor dan figur publik Ashraf Sinclair, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

Nggak cuma tentang meninggalnya Ashraf Sinclair dan menjelang Pemilu+Pilkada, btw. Ucapan dengan narsisme semacam ini juga banyak ditemukan pada perayaan hari besar. Kata-katanya sih, selamat menunaikan ibadah puasa, selamat Natal, selamat. Tapi… yang dipampangkan wajahnya adalah pejabat yang sebenarnya nggak populer-populer amat. Mengingat ini saya jadi ingin nyanyi lagunya Maudy Ayunda.

Untuk apa~

Sebenarnya ada sebutan khusus untuk menggambarkan fenomena politikus narsis yang bertebaran. Namanya adalah politik onani. Iya, kalian nggak salah baca. Memasang poster, baliho, dan spanduk dengan menyematkan wajah sendiri adalah upaya memuaskan politikusnya sendiri. Ini adalah turunan dari sifat narsistik yang dimiliki politikus di mana-mana.

Ada banyak hal yang melatarbelakangi tindakan politik onani, beberapa di antaranya adalah kekuasaan dan kebutuhan validasi dari orang banyak. Orang yang terbiasa dengan uang dan kekuasaan cenderung narsistik. Pokoknya menampakkan diri adalah kebutuhan. Nggak peduli orang lain, yang jelas diri sendiri puas menatap foto sendiri terpasang di baliho paling besar. Mantap!

Dibandingkan dengan meletakkan foto wajahnya di poster, mendingan politikus narsis belajar lebih jauh tentang personal branding dan guirella marketing. Beberapa orang yang sadar akan citra diri mereka yang perlu dijaga bahkan menyewa staf khusus untuk merumuskan langkah-langkah mempromosikan diri pada masyarakat.

Sementara guirella marketing akan banyak memberikan inspirasi bagi politikus dengan megiklankan dirinya secara berbeda sekaligus efektif. Intinya marketing yang nyeleneh tapi tapi tepat sasaran. Ini juga bisa dirumuskan dengan menyimpulkan beberapa riset staf personal branding.

Manajemen artis dan pejabat kelas atas mungkin sudah pakai staf khusus untuk merumuskan personal branding. Nggak perlu kaget, ilmu semacam ini bahkan secara spesifik dipelajari di jurusan Ilmu Komunikasi, bukan sekadar ilmu kira-kira.

Kesalahan Hasto Kristiyanto dalam mengucapkan belasungkawa saya rasa sudah jelas. Ketidakpantasan pasang fotonya sendiri, sampai kepikiran menyebarkan posternya di media sosial yang kebanyakan dihuni milenial dan gen Z adalah lampu hijau untuk diserang netizen.

Iklan

BACA JUGA Jokowi Polah, Kaesang Pangarep yang Kena: Derita Anak Bungsu atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 19 Februari 2020 oleh

Tags: NARSISME politikPDI-Ppolitikus
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

kampanye digital mojok.co
Podium

Memahami Pola Kampanye Digital Para Politisi di Tahun Politik

26 Januari 2023
jokowi mojok.co
Kilas

Jokowi Lanjut Tiga Periode sebagai Cawapres, Memang Bisa? 

16 September 2022
Belajar Ngeles yang Profesional
Komik

Belajar Ngeles yang Profesional

29 September 2018
pdi perjuangan
Moknyus

Dua Kericuhan yang Melibatkan PDI-P Saat Pendaftaran di KPU

17 Juli 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.