MOJOK.CO – Kalau Muhadjir Effendy sempat usul agar orang miskin menikah dengan orang kaya, sekarang Dedi Mulyadi usul kalau orang miskin tidak menggelar pesta pernikahan.
Miris betul nasib orang miskin. Dulu Muhadjir Effendy selaku Menko PMK bilang kalau kemiskinan baru lahir karena keluarga miskin saling menikahi. Dengan kata lain, kawin silang keluarga tajir melintir dengan mereka yang melarat bakal membantu pemerataan kesejahteraan. Yang tajir diporotin, yang miskin bisa sedikit foya-foya.
Masuk akal jika logikamu logika dongeng, komedi romantis, dan realitas FTV.
Masalahnya gimana caranya sobat misqueen dapat jodoh anak sultan kalau circle mereka aja udah beda banget. Yang satu makan di restoran berbintang, satunya nongkrong di angkringan. Usulan yang begitu utopis, Hyung.
Bersyukur saja karena sepertinya ujaran ini sudah disadari sebagai kelakar. Meskipun kelakarnya politikus yang sampai ke kuping khalayak itu nggak selalu bikin tertawa, kebanyakan bikin migrain. Di saat orang miskin sudah hampir move on dari anjuran matre dari Muhadjir Effendi, kini Dedi Mulyadi sebagai Wakil Ketua DPR RI Komisi IV mulai membahasnya lagi.
Katanya, urusan jodoh dan percintaan ini nggak bisa diatur, ini soal hati. Jadi, Dedi Mulyadi nggak setuju dengan usul Pak Muhadjir. Lagian, kata beliau, negara nggak berhak mengatur soal jodoh. Sampai sini setuju ya Mylov? Ya, harus. Bahkan tanpa dikasih instruksi aja, secara naluriah orang yang lebih nggak berduit bakal cari jodoh orang yang berduit. Basic insting 101.
Sayangnya pernyataan Dedi selanjutnya malah bikin rakyat nggak sanggup mikir lagi. Katanya, negara ini seharusnya mengatur bagaimana pesta pernikahan tidak diselenggarakan oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Mungkin ditakutkan bakal dibela-belain berutang demi pesta pernikahan meriah, uang sumbangan nggak bikin balik modal, eh malah saingan mewah-mewahan. Waaah.
Sedih banget jadi orang miskin. Sudah jodohnya mau diatur-atur, sempat ramai di Twitter orang miskin dilarang punya anak, sekarang orang miskin nggak boleh menggelar pesta pernikahan. Tekanan ini malah bikin kaum kantong kering nggak lantas optimis, tapi makin tertekan karena seolah dilarang bahagia.
Dear Pak Dedi Mulyadi, sebenarnya yang suka saingat mewah-mewahan pesta pernikahan itu justru orang kaya. Mereka yang miskin hanya bisa nontonin sambil ngantri Zuppa Sup. Nah orang dengan ekonomi menengah yang tajir wannabe itu jelas meniru tindakan orang-orang kaya sebagai usaha aktualisasi diri. Biar nggak dianggap miskin. Pola pikir inilah yang racun.
Saya yakin orang yang benar-benar sadar nggak punya uang, boro-boro mau menggelar pesta pernikahan, mikirin mas kawin aja mentok. Seriusan, Pak Dedi Mulyadi ini sedang menyasar rakyat miskin yang mana?
Lagian usulan Pak Dedi Mulyadi untuk bikin aturan semacam itu nggak ada bedanya sama usul Muhadjir Effendy. Keduanya sama-sama urusan menikah, urusan hati, dan urusan pribadi. Ranah privat yang kayaknya negara nggak terlalu berhak buat mencampuri. Belum ketahuan juga seberapa damage pesta pernikahan yang bisa lebih memiskinkan orang-orang miskin.
Hla mbok daripada bikin aturan yang semakin mencekik, lebih baik menghukum mereka yang benar-benar mencuri dari orang miskin. Ya siapa lagi kalau bukan yang korup, yang suka pakai jalur orang dalam saat daftar kerjaan, dan yang melanggengkan sogokan. Penyakit ini jelas terbukti bikin negara dan rakyatnya makin miskin sementara mereka sekarang ini mungkin lagi tidur-tiduran pakai bantal bulu angsa.
BACA JUGA Yang Hobi Nyinyir Jangan Khawatir, Fahri Hamzah dan Fadli Zon Aja Dapat Penghargaan dari Jokowi atau artikel lainnya di POJOKAN.