Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kera Sakti Adalah Serial Terbaik di Tahun 90-an dan Inilah Alasannya

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
18 Mei 2020
A A
kera sakti
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dengan berbagai daya tarik cerita yang ditawarkan, Kera Sakti mampu membuktikan diri sebagai salah satu serial terbaik di era 90-an.

Entah sudah berapa tahun berlalu sejak terakhir kali saya menonton serial Kera Sakti. Yang jelas, sampai sekarang, ingatan saya pada kisah perjalanan Biksu Tong bersama murid-muridnya ke barat mencari kitab suci itu masih terus melekat.

Serial Kera Sakti, yang kalau dalam Dukcapil Hongkong tercatat dengan nama asli “Journey to The West” dan disiarkan pertama kali oleh TVB itu tak bisa dimungkiri memang menjadi pengisi sebuah ruang khusus bagi jutaan anak-anak Indonesia era 90-an lalu.

kera sakti

Kera Sakti bukanlah serial biasa. Ia spesial. Ada banyak aspek dan nilai-nilai yang terkandung dalam Kera Sakti. Ia memadukan banyak hal yang selama ini sering menjadi obsesi bagi anak-anak (khususnya anak laki-laki): dongeng, makhluk jadi-jadian, dan perkelahian.

Untuk ukuran serial anak, atau setidaknya banyak ditonton oleh anak-anak, saya pikir Kera Sakti mampu menunaikan tugasnya dengan sempurna. Terlalu sempurna malahan.

Sebagai mantan pemirsanya, saya dengan penuh kesadaran tak terlalu sudah untuk mengakui Kera Sakti sebagai salah satu serial anak terbaik di tahun 90-an.

Tentu saja saya punya banyak alasan yang mungkin saja Anda juga menyetujuinya.

Kaya akan pengetahuan fauna.

Di Kera Sakti, penonton bisa menemukan tokoh-tokoh siluman dengan latar belakang hewan. Kekayaan pengetahuan alam khususnya fauna ini tentu bagus bagi anak-anak. Mereka jadi memahami betapa dunia ini penuh dengan keanekaragaman nabati dan hewani.

Dari mulai kera dan babi, tentu saja, kemudian nyamuk, belalang, harimau, ular, kerbau, laba-laba, kalajengking, anjing, kambing, kupu, burung, kucing, ayam, sampai binatang-binatang tak lazim seperti berang-berang dan lipan.

Dari aspek ini, tentu saja Kera Sakti jauh lebih unggul ketimbang serial-serial lain, apalagi kebanyakan sinetron Indonesia yang pengetahuan faunanya sebatas hanya pada tiga binatang saja, yakni ular, belut, dan buaya. Itu pun dalam wujud yang full manusia.

Mengenalkan konsep keberagaman beragama.

Boleh jadi, hanya Kera Sakti-lah yang mampu membuat anak-anak Indonesia, utamanya yang Islam, menjadi tahu akan konsep dan perspektif ajaran agama lain, dalam hal ini, Buddha.

Gara-gara Kera Sakti, ada jutaan anak Indonesia yang sudah mengenal konsep reinkarnasi, bahkan sebelum mereka paham konsep kehidupan selanjutnya di dalam agama mereka sendiri.

Ini tentu saja bagus. Memupuk jiwa kritis sejak masih anak-anak. Perkara nanti ada yang nanya Biksu Tong kalau pagi salat subuh apa nggak, itu lain soal.

Iklan

Tidak naif.

Salah satu yang paling saya suka dari Kera Sakti adalah penggambaran beberapa tokohnya yang tidak naif. Tidak melulu tokoh yang baik banget atau jahat banget, namun juga ada tokoh yang setengah baik setengah jahat.

Cu Pat Kai, misalnya. Siluman babi murid Tong Sam Cong tersebut kendati tampak baik, namun juga punya sifat egois dan jahat. Ia bahkan pernah tak mau menyelamatkan gurunya saat gurunya diculik. Ia menganggap tugasnya memang sudah selesai sebagai murid.

Contoh lainnya adalah Kera Tung Pei. Sosok yang oleh banyak orang dianggap sebagai musuh terberat rombongan Tong Sam Cong ini bagaimana juga sebenarnya adalah sosok yang punya niat baik. Ia punya niat ingin mengantarkan Tong Sam Cong menjalankan tugas sucinya. Keinginan yang baik tersebut sayangnya terlalu berlebihan, sehingga membuat dirinya amat bernafsu untuk menggantikan Sun Go Kong sebagai murid Tong Sam Cong.

Boleh dibilang, apa yang dilakukan oleh Kera Tung Pei ini adalah bentuk fastabiqul khoirot namun dengan cara yang salah.

Mengaduk emosi.

Tak banyak serial yang mampu mengaduk emosi anak-anak yang menontonnya. Dari sekian yang tak banyak itu, Kera Sakti adalah satunya.

Kera Sakti bukan hanya menawarkan banyak adegan yang lucunya setengah mati, namun juga menghadirkan adegan yang sedihnya nggak ketulungan.

Adegan ini, misalnya.

kera sakti

Sun Go Kong menghajar siluman tengkorak yang sedang menyamar sebagai manusia. Tong Sam Cong yang tak tahu bahwa yang dihajar oleh Sun Go Kong sejatinya adalah siluman tengkorak kemudian marah besar. Ia kemudian tidak mengakui Sun Go Kong sebagai muridnya lagi dan mengusirnya.

Sun Go Kong berusaha meminta maaf. Namun tiap kali Sun Go Kong bersujud, Tong Sam Cong berpaling darinya. Tak menyerah, Sun Go Kong kembali berlari ke arah gurunya berpaling dan kembali bersujud. Tong Sam Cong kembali berpaling ke arah yang lain.

Sun Go Kong kemudian menggandakan dirinya menjadi empat dan bersujud mengelilingi gurunya dari empat arah mata angin.

Backsound-nya yang sedih membikin air mata saya semakin deras. Apalagi saat Sun Go Kong menangis dan kemudian terpaksa meninggalkan guru dan dua saudara seperguruannya.

Saat menonton adegan itu, saya menangis tersedu-sedu. tapi tentu saja, sambil menangis, dalam hati saya tetap mengumpat, “Biksu Tong goblooook!”

Membuat anak-anak Indonesia jadi bisa ngerap.

Sejarah mencatat bukan lagu-lagu Iwa K, Saykoji, atau Eminem yang mampu membuat anak-anak Indonesia bisa nyanyi rap, melainkan Ost Kera Sakti.

Hampir mustahil menemukan anak 90-an yang tak hafal lirik “Seekor kera, terpuruk, terpenjara dalam goa di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa…”

Lagu yang dinyanyikan oleh grup rap Sindikat 31 tersebut sukses menjadi lagu rap yang, boleh dibilang, paling terkenal  dan paling dihafal sepanjang sejarah Indonesia sampai saat ini.

Hafalan anak-anak 90-an akan lirik lagu ini mustahil ditandingi oleh lagu dari serial atau sinetron mana pun. Tingkat hafalnya bahkan hanya setingkat di bawah hafalan orang Islam pada surat Al-Fatihah.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2020 oleh

Tags: biksu tongkera sakti
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Nelangsa Guru Pencak Silat dari Kera Sakti dan PSHT Gaji Cuma 300 Ribu: Saat Ada Onar Ikut Terseret, Tapi Kalau Muridnya Berprestasi Tak Dianggap.MOJOK.CO
Ragam

Nelangsa Guru Pencak Silat dari Kera Sakti dan PSHT Gaji Cuma 300 Ribu: Saat Ada Onar Ikut Terseret, Tapi Kalau Muridnya Berprestasi Tak Dianggap

3 Agustus 2024
Perguruan Silat Kera Sakti, PSHT.MOJOK.CO
Ragam

Curhat Guru Pencak Silat Kera Sakti: Seumur Hidup Belum Pernah Berkelahi, Tapi Tiap PSHT Kisruh Selalu Dibawa-bawa

30 Juli 2024
3 Penyebab Rentetan Konflik PSHT dengan IKSPI Kera Sakti di Jawa Timur. MOJOK.CO
Kilas

3 Penyebab Rentetan Konflik PSHT dengan IKSPI Kera Sakti di Jawa Timur

5 Juli 2023
ikspi kera sakti mojok.co
Sosial

Mengenal IKSPI Kera Sakti, Aliran Pencak Silat Kombinasi Kungfu dari Madiun

19 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.