Kisruh soal kasus hoax Ratna Sarumpaet yang mencuat beberapa waktu yang lalu dan sempat menjadi mega berita di banyak situs media, termasuk Mojok, tak bisa tidak memang membuat lanskap sentimen netizen terbelah dengan sangat hebat. Maklum saja, sebagai sosok yang berada di dalam kubu Prabowo-Sandiaga, blunder Ratna memang menjadi sasaran empuk bagi orang-orang yang berseberangan pandangan politik dengan kubu pendukung Prabowo-Sandiaga.
Di linimasa sosial media, misalnya, orang-orang berlomba-lomba memberikan pandangannya terkait dengan kasus hoax skala nasional ini. Di warung-warung kopi, di tempat kerja, tak jauh berbeda. Semua orang membicarakan Ratna.
Nah, berdasarkan penilaian sikap orang-orang Indonesia terhadap kasus hoax Ratna Sarumpaet ini, saya dan Mojok Institute mengamati bahwa masyarakat indonesia bisa dikelompokkan menjadi lima golongan. Golongan apa sajakah? Monggo disimak…
Golongan Kampret
Rasanya tak perlu banyak penjelasan untuk golongan yang satu ini. Golongan Kampret adalah golongan yang tetap membela Prabowo dan kawan-kawannya walaupun mereka terbukti tertipu dan ikut menyebarkan hoax tentang penganiayaan Ratna Sarumpaet. Golongan ini secara sadar menganggap Prabowo adalah tokoh yang terlalu baik, sehingga sampai tak sadar bahwa ia ditipu oleh sahabatnya sendiri.
Golongan ini punya pembelaan bahwa hoax yang disebarkan oleh Prabowo dan kawan-kawan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan janji palsu yang dilontarkan oleh Jokowi saat maju sebagai calon presiden.
Narasi yang mereka bangun bervariasi, antara lain: “Kalian ditipu satu kali soal penganiayaan langsung kejang-kejang, tapi ditipu berkali dengan impor, mobil esemka, nilai tukar dolar, dan lain-lain diam saja,” atau “Yang satu calon presiden yang ditipu, satunya lagi calon presiden yang menipu, kalian yang menentukan mau pilih yang mana?”
Mantullll, sodaraaaaa….
Golongan Cebong (tentu saja)
Di mana ada kampret, di situ pasti ada cebong. Dua golongan ini memang tak pernah bisa dipisahkan. Keduanya selayaknya disebut dalam satu tarikan napas.
Golongan Cebong ini tentu saja menjadikan kasus hoax Ratna Sarumpaet untuk menyerang secara frontal dan kolosal kubu sebelah. Maklum, kapan lagi mereka punya senjata setajam dan seampuh ini.
Melihat orang-orang memberikan pernyataan “bunuh diri” seperti Ferdinand Hutahaean, Hanum Rais, Gus Nur, Fadli Zon, Rachel Maryam, tentu saja sangat menyenangkan bagi golongan ini.
Golongan inilah yang begitu gencar untuk mengupayakan agar 3 Oktober benar-benar ditetapkan sebagai hari kapusan nasional.
Golongan Sadar Tipu
Ini Golongan yang lumayan jernih. Golongan ini tidak berlebihan dalam menyikapi kasus hoax Ratna Sarumpaet, juga tidak serta merta langsung mencondongkan dukungan pada salah satu kubu, sebab mereka sadar, kasus Ratna ini bukan melulu soal Jokowi atau Prabowo. Mereka meyakini, seumpama Ratna berada dalam kubu Jokowi, akan banyak juga tokoh-tokoh di kubu Jokowi yang ikut terkena dan menyebarkan hoax.
Golongan ini paham betul, bahwa sebagai manusia Indonesia di zaman yang rumit ini, mereka selalu punya potensi untuk kena tipu, tak peduli siapa presidennya.
Golongan Nggak Ngurus Ratna
Ini Golongan yang boleh jadi paling santai dan paling tenang, sebab mereka blas nggak ngurus soal kasus Ratna Sarumpaet karena memang mereka tak tahu siapa Ratna.
Bagi mereka, hidup sudah sangat bahagia tanpa kisruh politik. Cukup disambi ngopi, rokokan, ngobrol, dan nongkrong di pos ronda sambil ndengerin lagi dangdut koplo “Secawan madu” yang dinyanyikan dengan lincah oleh Ratna Antika.
Golongan Ratnatainment
Ini golongan terbatas. Golongan ini berisi orang-orang yang gara-gara kasus Ratna Sarumpaet mencuat, mereka jadi tahu kalau Ratna adalah Ibu Atiqah Hasiholan dan mertua Rio Dewanto. Tidak kurang, tidak lebih.
Golongan Dilema Mera(t)na
Ini golongan yang lebih terbatas. Isinya cuma dua orang: Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto