Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Menciptakan Surga Online Sebelum Menghayati Surga Sesungguhnya

Claudya Tio Elleossa oleh Claudya Tio Elleossa
22 Oktober 2016
A A
Menciptakan Surga Online Sebelum Menghayati Surga Sesungguhnya

Menciptakan Surga Online Sebelum Menghayati Surga Sesungguhnya

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Majalah terkemuka Amerika Serikat, TIME, tahun lalu menerbitkan satu edisi dengan yang bahasan khusus mengenai Surga. Sampulnya bergambar seorang laki-laki sedang duduk dengan pose sedang meneropong sesuatu di awan-awan. Judul yang terpampang adalah Rethinking Heaven.

Saya penasaran surga seperti apa yang akan dibahas oleh majalah yang jelas bukan genre religius itu (sekali lagi, ini mahalah TIME, bukan majalah Gembala, Sabili, ataupun Hidayah). Ekspektasi saya cukup tinggi pastinya, setidaknya lebih bermutu dari argumen Donald Trump apalagi pihak-pihak agamis Indonesia *eh. Ada banyak informasi yang saya dapatkan, tentang konsep surga di berbagai budaya dan kepercayaan.

Siang itu saya sedang berada di Perpustakaan Universitas Indonesia, dan disitu saya mendapatkan intisari bagaimana pemikiran soal kehidupan setelah kematian membawa pengaruh signifikan bagi durasi kala masih di bumi. “People who are heaven-minded are world changers.” Begitu bunyi sepenggal kalimat di halaman itu.

Berusaha menjadi orang baik, sederhananya, merupakan implikasi logis dari kepercayaan akan eksistensi surga.

Saya tergelitik tentang bagaimana kita sebagai orang bertuhan —terlepas apapun agama kita— menghayati keimanan dalam keseharian kita.

Apakah menjadi orang yang sangat ngotot ingin masuk surga dan menjadi pengikut agama yang baik menghalalkan kita terus mencari kesalahan atau titik lemah agama lain? Saya rasa tidak.

Oke, saya akan akui saya menulis ini karena rasa gerah akan laman facebook saya yang diisi satu dua orang yang terus saling bertemu dalam kolom ‘comment’ untuk berdebat. Isu pra-pilkada yang entah kenapa gemar sekali dihubungkan dengan isu SARA tak kalah bikin gregetan. Ini bukan tentang agama apa dan siapa yang mengatakannya, ini tentang mengoreksi cara-cara kita saat berupaya membuktikan bahwa kita adalah seorang “heaven-minded.”

Baik dari kawan Kristen (seagama dengan saya) ataupun kawan Muslim, saya menemukan dua tipe ‘religius’ yang sangat berbeda.

Tipe pertama sangat hobi menggunakan sosial medianya untuk membuka ruang ‘bertukar pikiran’ walaupun kebanyakan berujung pada debat dunia maya. Melalui facebook, dia bahkan tak segan untuk memberikan komparasi akan dua agama mayoritas di negeri ini. Yang Kristen menyindir yang Islam, dan sang Muslim menyindir Orang Nasrani. Saya tidak tahu apa motifnya.

Tipe kedua, diwakili oleh teman KKN saya, dia adalah seorang Muslim yang paling Islam yang pernah saya temui. Ini juga mewakili satu sahabat Kristen saya yang juga mengantongi kekaguman saya luar biasa. Mereka berdua sangat taat bahkan banyak berkarya. Sosial media mereka religius namun dengan nada yang sepenuhnya berbeda. Ngademno ati. Bukan melakukan perbandingan doktrin antar agama, kebanyakan justru membagi hal inspiratif atau bahkan koreksi terhadap teman seagamanya.

Misalnya saat kawan muslim saya membagi artikel bagaimana umat muslim harus belajar tertib merapikan sandal saat sholat Jumat. Dia tak tanggung-tanggung menampilkan kontrasnya perbedaan soal kerapian itu dengan kawan kita yang beragama Budha di depan Vihara. Sama-sama melakukan komparasi mungkin, namun untuk mengoreksi sesama penganut agamanya. Teman saya yang Kristen juga berlaku demikian, dia mencetuskan beberapa kalimat yang justru menegur sesama orang Nasrani.

Apakah artinya kawan muslim saya menjadi kurang-Islam dengan memuji salah satu kebiasaan baik orang Budha? Ooooo, Tidak sama sekali! Apakah teman Kristen saya mnjadi kurang berkualitas keimanannya dengan memberikan teguran-teguran halus tentang kekristenan? Sekali lagi, juga tidak sama sekali!

Saya kira —pendapat sangat personal— orang yang menghayati agamanya benar-benar tidak akan disibukkan dengan diskusi-diskusi tentang “siapa yang lebih benar?” apalagi ya memanipulasinya dengan isu politik.

Apa yang disebut orang muslim sebagai ‘Dakwah’, kami (saya dan teman Kristen) sebut sebagai ‘Penginjilan’. Keduanya menganjurkan kita membagi ‘kabar baik’ sesuai agama masing-masing, jika saya tidak salah mengartikan.

Iklan

Di saat yang bersamaan saya yakin, keduanya juga tidak pernah bertujuan untuk memecah belah dan memanaskan suasana.

Kita berusaha membuat teman seagama kita menjadi lebih baik tanpa membuat teman lintas agama kita tersinggung. Kita yang meyakini agama kita dengan teguh sekaligus teduh, akan lebih banyak membagikan hal-hal indah tentang kepercayaan kita tanpa perlu menciderai agama lain. Fakta bahwa kita hidup di negara seberagam Indonesia agaknya menggiring kita pada tuntutan tata perilaku tertentu demi menjaga kedamaian, walaupun sebatas di ruang maya. Sederhanya, menciptakan Surga Online sebelum menghayati surga sesungguhnya.

Semestinya Surga yang dijanjikan masing-masing agama justru mendorong para pengikutnya mencari tahu karya apa yang dapat digarap untuk menjadikan kehidupan lebih baik bukan justru membuat banyak pihak merasa terusik.

“…. To open their arms more often than they point fingers” -TIME

Terakhir diperbarui pada 8 Juni 2017 oleh

Tags: IslamKristenSurga
Claudya Tio Elleossa

Claudya Tio Elleossa

Artikel Terkait

Cerita Kebiasaan Orang Jawa yang Bikin Kaget Calon Pendeta MOJOK.CO
Esai

Cerita Calon Pendeta yang Kaget Diminta Mendoakan Motor Baru: Antara Heran dan Berusaha Memahami Kebiasaan Orang Jawa

21 November 2025
Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid
Video

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid

30 Maret 2025
Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nekat resign dari BUMN karena nggak betah kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Nekat Resign dari BUMN karena Lelah Mental di Jakarta, Pilih “Pungut Sampah” di Kampung agar Hidup Lebih Bermakna

10 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Perantau Aceh di Jogja Hidup Penuh Ketidakpastian, tapi Merasa Tertolong Berkat ‘Warga Bantu Warga’

10 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.