Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Ribetnya Pernikahan Sederhana Suhay Salim Jika Beliau Orang Jawa

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
7 Desember 2018
A A
Jika Suhay Salim orang Jawa MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bagi generasi milenial, sebelum mengangankan menikah secara sederhana ala Suhay Salim, mending berpikir seribu kali karena tetap ribet jatuhnya.

Ketika selebgram sekaligus vlogger kecantikan menikah, imajinansi kita terbang ke hal-hal yang mewah atau setidaknya camera-able. Mulai dari gaun mewah, serba elegan, dipenuhi tamu undangan sesama seleb, dan semarak dengan atraksi kamera yang teracung untuk nge-vlog, mengabadikan acara tersebut, lalu diunggah ke Instagram atau Youtube demi viewers, likes, comment, subscribe, dan share.

Namun yang terjadi adalah sebaliknya, di pernikahan Suhay Salim dan sang suami, semuanya justru serba sederhana. Tirto bahkan menyebutnya sebagai pernikahan kasual dambaan milenial. Oh, saya sangat setuju dengan istilah itu. Pernikahan yang sederhana, jauh dari kata ribet, bahkan kalau perlu tanpa resepsi. Karena sebenarnya seperti agama, menikah harusnya menjadi kesunyian masing-masing pasangan.

Suhay Salim menikah dengan cara paling sederhana, dari semua cara sederhana yang bisa kamu bayangkan. Ia datang ke KUA dengan mengenakan blazer warna hitam dan celana jeans. Sudah seperti mbak-mbak eksekutif muda yang janjian ngove lalu nonton film bareng pacar di mall. Sementara itu, sang suami bersenjatakan kemeja biru dan celana berwarna gelap. Pernah lihat mas-mas petugas PLN mencatat listrik di rumah kamu? Nah mirip.

Sudah begitu saja. Serba sederhana, dan Suhay Salim sangat menikmatinya. Ia bahkan bersyukur karena impiannya untuk menikah secara sederhana bisa terwujud. “I am a very private person. I just don’t like people knowing my business,” kata Suhay Salim setelah menikah.

Gaya berbusana yang jauh dari kata ribet itu menjadi perbincangan umat dunia maya. Gaya Suhay Salim dianggap terlalu kasual dan sederhana ketika menghadap penghulu. Namun perlu kamu ketahui, pilihan itu tidak salah karena KUA tidak menetapkan “seragam kawin”. Busana pengantin bebas, namun sopan.

Sudah sederhana, bersahaja, sat set cepat selesai, dan tanpa drama. Seperti kata Tirto, sebuah prosesi pernikahan yang menjadi dambaan generasi milenial. Ketika semua serba cepat dan ingin efisien, gaya sang influencer kecantikan ini bisa menjadi pilihan manis bagi calon pengantin generasi milenial.

Tapi, tunggu dulu, Paijo. Pernikahan kasual dan sederhana Suhay Salim bakal menjadi sangat ribet jika kamu orang Jawa. Eits, jangan salah, bukan hanya orang Jawa. Keribetan ini juga bisa jadi bakal dirasakan oleh orang Minang, Bugis, Bali, Padang, Palembang, pokoknya dari Sabang sampai Merauke.

Sederas apapun “jiwa milenial nan dinamis” mengalir di nadimu, aliran itu akan terbendung oleh yang namanya gengsi orang tua. Segala retorika dan landasan masalah yang kamu kemukakan di depan bapak dan ibumu soal kesederhanaan, efisiensi, dan penghematan biaya, akan mentah begitu saja. Dan hal ini, sudah saya rasakan sendiri.

Saya dan pacar, sejak jauh-jauh hari sudah mengangankan pernikahan yang sederhana. Kami sama-sama tidak suka dengan keribetan yang tidak perlu dalam hidup. Bahkan kalau perlu, cukup pemberkatan di gereja saja. Sudah. Resepsi dan segala keribetan menyiapkan undangan dan souvenir itu tak masuk dalam rencana masa depan kami.

Dengan niat yang bulat, segala retorika dan teori udah matang di dalam kepala, kami menghadap ke orang tua masing-masing. Dengan nada yang terkontrol, narasi yang sistematis, kami memberi penjelasan kepada bapak dan ibu. Kami merasa teori kami ini sangat logis. Mengapa? Karena keribetan harusnya terjadi setelah pernikahan. Nikah itu hanya titik start saja. Sama seperti suara pistol yang meletus ketika lomba lari.

Namun apa yang terjadi? Teori kami dimentahkan begitu saja. Rasanya sudah seperti Nicolaus Copernicus ketika teori matahari sebagai pusat alam semesta dibantah oleh komunitas gereja.

Atas dasar apa? Gengsi! Masak bikin acara yang mana menurut mereka sebuah perayaan besar, tidak mengundang tetangga kiri dan kanan, relasi, dan sejawat. Tentu yang dimaksud adalah relasi dan sejawat orang tua yang seumur hidup belum pernah kami kenalan, apalagi hafal wajah-wajah mereka.

Ketika kami menyampaikan soal tingginya biaya, dengan lantang dan gagah, bapak dan ibu menjawab: pokoknya jalan. Nah, sampai di sini saya paham bahwa “pokoknya jalan” adalah berutang. Siapa yang bakal menanggung cicilan utang itu? Sebagai anak yang berbakti, tentu saya tidak tega orang tua mencicil utang di usia tua mereka. Bisa-bisa dicoret dari daftar warisan. Warisan utang! Hiya hiya hiya.

Iklan

Kamu catat ya. Keribetan yang melelahkan ini baru permulaan. Masih ada keribetan-keribetan lainnya yang akan menyusul. Misalnya menentukan siapa saja, teman orang tua, yang harus mendapatkan undangan.

Ordo undangan masih dibagi lagi menjadi tiga kelas: mana yang bisa dikirim, dititipkan ke orang lain, dan diantar sendiri. Tentu kamu paham pembabagan seperti ini.

Kelas seseorang ditentukan dari bagaimana cara undangan kawinan diantar. Kalau cuma dikirim via pos, kamu dianggap “teman yang cukup tahu”, nggak datang nggak masalah. Dititipkan ke orang, artinya kamu cukup dikenal, sudah akrab, kekeluargaan megang banget. Nah, kalau diantar, artinya kamu kaya dan diharapkan amplomu cukup tebal. Nggak usah geer dulu.

Keribetan dari keinginan menikah secara sederhana seperti Suhay Salim berlanjut ke pemilihan souvenir pernikahan. Mau souvenir kipas, magnet kulkas, atau mug. Identifikasi ini berpotensi menyulut perdebatan-perdebatan kecil yang konon biasa terjadi menjelang kawinan. Padahal, inilah jenis keribetan yang ingin kami hindari.

Nah, keribetan yang lebih besar adalah ketika pasangan calon pengantin berasal dari dua budaya yang berbeda. Misal orang Jawa, kawin dengan orang Manado. Mau pilih nikah pakai budaya mana? Hati-hati, salah ucap, salah pilih, bisa memicu keretakan rumah tangga bahkan ketika“rumah tangga” itu belum ada dan sah di mata agama dan hukum.

Ini masih belum membahas pernikahan beda aliran, dan yang paling horor: beda agama. Pusing pala Tayo.

Jadi, bagi kamu generasi milenial, nggak usah sok-sokan mendambakan pernikahan sederhana ala Suhay Salim karena jatuhnya malah ribet. Menundukkan orang tua itu sudah keribetan tersendiri. Kalau belum bisa memegang orang tua dan merasa tak mungkin bisa, mending nabung yang banyak sejak jauh hari. Percayalah, cara nikah karena gengsi itu mahal, bos.

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2018 oleh

Tags: adat jawagenerasi milenialpernikahan idamanSuhay Salim
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Viral Nikah Anjing Pakai Adat Jawa, Disbud DIY Sebut Terjadi Degradasi Budaya
Kilas

Pernikahan Anjing Jojo-Luna Pakai Adat Jawa, Disbud DIY Ambil Sikap

20 Juli 2023
Sajen, bagian dari ritual
Geliat Warga

Blusukan ke Pasar, Mencari Sajen dan Jajan Pasar yang Disukai Lelembut

23 September 2022
Tapera Cuma Akal-Akalan: Buruh Jogja Tetap Sulit Beli Rumah, Malah Nyunat Penghasilan yang Tak Seberapa.MOJOK.CO
Esai

Penjelasan Sederhana Kenapa BP Tapera Konon Bisa Bikin Generasi Milenial Mampu Beli Rumah

18 Juni 2020
breakdown template video pernikahan slow motion drone video wedding prewedding rekomendasi prewedding dokumentasi pernikahan membosankan mojok.co
Pojokan

Membongkar Template Video Wedding yang Cenderung Itu-itu Saja. Slow Motion Terooos

30 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.