MOJOK.CO – Duet Prabowo dan Sandiaga Uno sudah saatnya dan (kayaknya) pantas untuk memenangi Pilpres 2019. Mengapa? Inilah 5 alasannya.
Setelah kemarin menyajikan kisi-kisi cara elegan menyerang Jokowi untuk kubu Prabowo, kali ini Mojok Institute bakal menawarkan beberapa alasan. Alasan apa yang dimaksud? Tentu saja alasan mengapa Prabowo dan Sandiaga Uno harus menang di Pilpres 2019.
Bukan, bukan karena kami semata ingin menyeimbangkan tulisan Jokowi dan Prabowo. Kami ini betul-betul sayang kepada Ketum Gerindra tersebut. Tentu saja beserta pasangannya yang ikonik itu: Sandiaga Uno. Tanpa banyak berbasa-basi, inilah lima alasan mengapa Prabowo dan Sandiaga kudu menang di Pilpres 2019 nanti.
1. Biar Prabowo bahagia setelah mencoba tiga kali.
Kalau kamu sering main suit Jepang, biasanya pemenang ditentukan dari tiga kali percobaan. Rasanya kecewa banget kalau kalah terus dua kali berturut-turut. Mau main ronde ketiga pun sudah percuma. Nah, sebagai manusia yang welas asih dan penuh tenggang rasa, sebaiknya kamu beri kesempatan menang untuk lawanmu. Ya itung-itung menambah pahala dan menjaga pertemanan tetap lestari.
Begitu juga dengan Prabowo yang sudah dua kali mencoba meraih posisi puncak di Indonesia, presiden dan wakil presiden. Beliau kalah dua kali, lho, meskti tidak berturut-turut.
Ketika mendampingi Megawati di Pilpres 2009, Prabowo merasakan kekalahan di pemilu presiden dan wakil untuk kali pertama. Ketika itu, pasangan Mega dan Prabowo kalah oleh SBY – Boediono. Setelah itu, mantan Danjen Kopassus tersebut kalah lagi di Pilpres 2014 ketika berpasangan dengan Hatta Rajasa. Keduanya kalah oleh Jokowi dan Jusuf Kalla.
Pilpres 2019 nanti adalah kesempatan ketiga bagi mantan menantu Pak Harto itu. Mari kita tidak mengecewakan beliau. Butuh keberanian dan modal besar untuk maju lagi.
2. Melihat duet Fadli Zon dan Fahri Hamzah sebagai Menteri.
Selama ini, duet Fadli Zon dan Fahri Hamzah sangat vokal ketika urusan mengkritik pemerintah. Tak hanya kritis, salah satu dari mereka bahkan sangat kreatif sampai menggubah lagu anak untuk menyerang Jokowi. Oleh sebab itu, sungguh menggugah rasa penasaran melihat keduanya mendapatkan kesempatan menjadi menteri.
Untuk Fadli Zon sangat cocok dibikinkan Menteri Kesenian. Dari merdeka, hingga generasi tik-tok dan Bigo Live, Indonesia belum punya yang namanya Menteri Kesenian. Kegiatan berkesenian adalah sebuah upaya manusia memaksimalkan cipta, rasa, dan karsa (dan kreativitas yang terkadang aburd). Indonesia, penuh dengan orang kreatif. Perlu wadah untuk menampung dan mengarahkannya ke arah yang “tepat”.
Menggubah lagu anak demi kepentingan kampanye butuh keberanian (baca: kenekatan yang absurd). Mendobrak batas kesenian dan menampilkan karya yang betul-betul baru. Sungguh….ahh saya tak sanggup melanjutkannya. Ini terlalu grande dan sophisticated.
Bagaimana dengan Fahri Hamzah? Nah ini. Banyak yang tidak tahu. Ketika Fahri Hamzah menjadi pemimpin DPR, terjadi penataan kelembagaan DPR dan pengembangan kapasitas anggota dikerjakan. Kalau tidak percaya, silakan simak videonya di sini. Hmm…Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi kayaknya cocok.
3. Habib Rizieq bisa pulang ke Indonesia dengan aman sentosa.
Ini dia. Kita semua tahu kalau Prabowo sudah menjanjikan bahwa dirinya akan berusaha sekuat tenaga memulangkan Habib Rizieq. Bahkan, beliau menjanjikan akan menjemput Habin Rizieq secara langsung ke Arab Saudi. Sangat epic dan heroik. Kapan lagi bisa melihat pemimpin yang sedemikian berani.
Toh, siapa sih yang tidak merindukan sang habib? Indonesia kurang berwarna tanpa beliau. Xixixi…
4. PKI nggak jadi bangkit.
Selama ini, PKI dan paham komunisme dikhawartirkan bangkit lagi di bawah pemerintahan Jokowi. Bahkan, Jokowi dianggap sebagai antek PKI. Bahkan lagi, ada jutaan simpatisan PKI yang siap bangkit ketika mendapatkan kesempatan. Sampai saat ini belum ada buktinya, sih. Tapi bagaimana kalau betulan terjadi? Hemmm…
Nah, kalau Prabowo jadi presiden, maka semua yang menyerang Jokowi sudah berada di dalam pemerintahan. Seharusnya, PKI dan paham komunisme tidak akan bisa bangkit lagi. Pas, bukan?
5. Mengamankan stok meme sampai lima tahun ke depan.
Nomor lima ini justru yang paling penting. Betul, kita membicarakan Sandiaga Uno, yang beberapa bulan terakhir menjadi media darling karena aksi-aksi konyolnya. Aksi-aksi yang meme-able. Ya soal tempe, ya soal memakai untaian petai di kepala, sampai terakhir yang menantang Jokowi lomba mencari ukuran tempe. Apakah Sandiaga Uno punya fetisme kepada tempe?
Oya, jangan sampai ketinggalan komentar terakhir Sandiaga Uno yang dijadikan meme oleh Mojok. Beliau bilang: Ya iya la…masa ya iya dong…secara umbrella-nya Rihanna itu ela ela bukan edong…edong…” Sungguh quote-able dan bermakna sangat dalam. Kalau begini, kita tidak perlu khawatir kehabisan bahan meme untuk lima tahun ke depan.
Meme itu sumber kebahagiaan untuk banyak orang. Dan, membahagiakan orang itu kan pahala. Masyaallah, sungguh penuh faedah.