MOJOK.CO – Mulai dari pembisik yang menyesatkan, sampai partner yang konon nggak mau diajak “deklarasi kemenangan 62 persen”, Pak Prabowo, temenan sama kucing saja.
Saya sih nggak tau pastinya. Ada sebuah anggapan yang populer di mata masyarakat yaitu, baik Pak Prabowo maupun Pak Jokowi itu orang baik. Dua orang yang bersaing untuk posisi RI 1 itu, pada dasarnya, adalah orang yang tak ingin berkonflik. Namun, keduanya menjadi “orang jahat” di mata lawan masing-masing, dan mereka yang “netral” di Pilpres 2019 ini.
Salah satu sebabnya adalah keberadaan para pembisik. Mereka ini dianggap berhasil menginjeksikan nasihat-nasihat yang sebetulnya merugikan. Keberadaan para pembisik ini tidak terlihat di depan kamera atau disebut namanya di antara lembar-lembar esai jurnalis yang tayang tiap minggu. Mereka, orang-orang dengan pengaruh besar, ada di belakang layar.
Salah satunya adalah ketika, konon, Kiai Ma’ruf Amin bukan pilihan pribadi Jokowi. Petahan ingin orang lain, tapi demi mengimbangi kekuatan “agamis” di kubu Prabowo, nama Kiai Ma’ruf Amin yang didapuk mendampingi. Demikian juga ketika Ijtima Ulama, Prabowo sebetulnya direkomendasikan berpasangan dengan beberapa nama ulama. Namun, Prabowo berani “menolak” hingga akhirnya Sandiaga Uno yang maju.
Begitu juga dalam setiap pengambilan keputusan. Masing-masing dipengaruhi oleh pembisik. Dan, pada titik tertentu, nama keduanya jadi jelek setelah mencoba mewujudkan saran dari “para pembisik”.
Ini anggapan umum saja, lho. Bukan kesimpulan yang saya bikin sendiri. Oleh sebab itu, terutama untuk Pak Prabowo yang untuk sementara kalah di versi hitung cepat, lebih baik fokus dengan kucing saja. Maksud saya, ketimbang manusia yang punya tendensi tidak baik, lebih baik berpolitik ditemani hewan berkaki empat saja.
Saya sedikit heran, pada awalnya, untuk kemudian mencoba memahami ketika Pak Prabowo menyebut kucingnya yang bernama Bobby dengan: “How are you, Mister Vice President?”
Kalimat ini muncul di kediaman Prabowo di malam “deklarasi 62 persen itu”. Tempo, bukan imajinasi saya, menulis demikian:
“Sekitar pukul 22.00, Prabowo kembali menampakkan diri. Kali ini, ia menggendong kucing peliharannya yang bernama Bobby the Cat. Dari Lantai dua, ia menyorong-nyorongkan kucingnya ke arah tetamu yang menengadah. “How are you, Mister Vice President?” Kata Prabowo kepada Bobby.
Sebelum deklarasi, beredar rumor kalau capres 02 itu mengusir Sandiaga Uno. Konon, pengusiran itu dilakukan karena Sandiaga Uno menolak melakukan deklarasi, sekaligus mengingatkan Pak Prabs untuk menunggu konfirmasi resmi dari KPU saja. Marah, Ketum Gerindra itu mengusir Sandiaga Uno. Peristiwa yang bikin Sandiaga Uno tidak muncul di dalam “deklarasi 62 persen itu”.
Yang sabar ya Pak Prabowo. Memahami manusia itu butuh pendalam materi ratusan SKS. Oleh sebab itu, ketimbang manusia, lebih baik berkawan dengan kucing. Apalagi, kucing adalah hewan kesayangan Nabi.
Kucing bukan hanya hewan lucu dengan bulu halus. Mereka adalah hewan spesial. Bagi masyarakat Mesir Kuno, kucing dianggap hewan suci. Itulah kenapa mereka memiliki dewi perlindungan yang digambarkan sebagai seorang perempuan dengan kepala kucing yang jinak bernama Bastet.
Ia adalah putri dari Ra, sang dewa matahari. Dan seperti halnya kucing, Bastet pun kerap dideskripsikan memiliki dua sisi kepribadian: jinak dan agresif. Masyarakat Mesir Kuno juga telah menggunakan jasa kucing untuk menjauhkan dari tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung penyimpan hasil panen sejak 3.500 SM silam.
Sekira 2018, arkeolog menemukan lusinan kucing yang dimumikan dan 100 patung Bastet saat menggali sebuah pemakaman kuno berusia 6.000 tahun di wilayah Saqqara, situs di tepi kompleks piramida di selatan Kairo, Mesir. Penyelidikan ilmiah terkait fungsi kucing bagi kehidupan manusia makin jelas, meski masih meninggalkan kontroversi.
Pada 2011, tim riset American College of Epidemiology (ACE) melaporkan sebuah temuan menarik. Jadi, bayi yang sejak lahir hidup satu atap dengan hewan peliharaan (dalam hal ini selain kucing juga anjing), cenderung memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap alergi, dibanding bayi yang lahir di rumah tidak ada hewan peliharaan.
Anda tahu kalau kucing suka mendengkur? Banyak hipotesis yang mencoba mencari maksud dari dengkuran kucing. Misalnya, ungkapan rasa nyaman, meredakan stres atau keletihan, bentuk ekspresi terkait rasa takut, sedih, atau terkejut, juga menjadi semacam sarana komunikasi untuk meminta sesuatu (makan atau belaian).
Riset yang dilakukan selama 10 tahun oleh tim University of Minnesota Stroke Center, melibatkan 4.000 lebih koresponden di AS menunjukkan, dengkuran kucing dapat mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung hingga 30 persen.
“Dengkuran kucing merupakan stimulus pendengaran yang dikaitkan orang dengan semacam kedamaian dan ketenangan,” kata Dr. Rebecca Johnson, direktur Research Center for Human Animal Interaction. “Hal itu memberi kita semacam dorongan positif mengenai apa yang akan kita lakukan dan dapat berkontribusi pada efek relaksasi.”
Manusia memang sungguh ribet. Macam dengkuran kucing pun diteliti. Sebuah sinyal menarik bagi kamu semua yang mendengkur cukup keras ketika tidur. Bisa jadi, di tengah distorsi dan chaos dengkuranmu, terdapat manfaat dahsyat untuk kesehatan pendengarnya.
Sungguh banyak manfaat yang bisa Prabowo nikmati dari menjadi pecinta kucing. Sudah bikin sistem imun meningkat, dengkurannya pun memberi efek relaksasi. Kalau manusia macam elite politik itu bikin stres, mending ganti saja jadi kucing Anggora, Pak. Sudah lebih enak dipandang mata ketika dipakaikan kancut merah, mereka juga penurut dan nggak bisikin hal aneh-aneh.
Kalau KPU sudah mengumumkan kalau Bapak kalah, jangan khawatir. Masih banyak kucing-kucing di Hambalang yang masih setia. Republik Kucing? Hmm…terdengar surgawi dan bikin relaksasi. Saya mau daftar kalau betulan terjadi.