MOJOK – Untuk sekali lagi menjadi penantang, zaman baru Arsenal ada di dalam gurat wajah Lucas Torreira. Munculkan lagi gairah giant killing di dalam hati Arsenal!
Revolusi Arsenal sejak Unai Emery ditunjuk sebagai pelatih berjalan dengan cepat. Fokus pertama adalah memperbaiki lini pertahanan dengan merekrut Stephan Lichtsteiner dan semakin dekatnya dua nama lagi, yaitu Sokratis Papastathopoulos (bek tengah dari Borussia Dortmund) dan Bernd Leno (dari Bayer Leverkusen).
Setelah lini pertahanan, manajemen Arsenal mengalihkan fokus ke lini tengah. Langkah pertama adalah memastikan Aaron Ramsey bertahan. Kontrak baru dengan durasi masa kerja lima tahun pun disodorkan. Gaji pemain asal Wales tersebut akan mencapai 200 ribu paun per pekan, atau naik dari 110 per pekan seperti yang tertera di dalam kontrak lama.
Sayangnya, manajemen Arsenal gagal bernegosiasi dengan Jack Wilshere. Kontrak pemain asal Inggris ini habis pada Juli 2018. Setelah gagal, manajemen resmi melepas Wilshere ke West Ham United. Tidak mempertahankan Wilshere memang nampaknya sudah keputusan bulat. Apalagi ketika ada satu pemain baru yang siap bergabung.
Terlepas dari usaha menahan dua dinamo Arsenal tersebut, manajemen, bersama Emery sudah mengidentifikasi lini tengah sebagai sektor yang perlu diperkuat. Sepanjang Mei hingga awal Juni, ada beberapa nama pemain tengah yang sudah dikabarkan akan dibeli. Yang paling santer asal Steven N’Zonzi, gelandang asal Sevilla.
Namun, pada akhirnya, manajemen Arsenal menjatuhkan pilihan kepada gelandang sentral Sampdoria, Lucas Torreira. Negosiasi untuk mendapatkan tanda tangan Torreira cukup alot. Masalah pertama yang muncul adalah ketertarikan Napoli untuk menjadikan Torreira sebagai pengganti Jorginho, yang tengah diminati Manchester City.
Napoli sendiri mundur teratur dalam balapan meminang Torreira. Besaran gaji yang diminta sang pemain yang membuat Napoli mundur. Mundurnya Napoli menjadi jalan bagi Arsenal untuk maju. Besaran gaji yang diminta tidak menjadi masalah. Justru, ganjalan kedua muncul dari keteguhan Sampdoria untuk hanya mau melepas Torreira apabila Arsenal memenuhi buy-out clause senilai 25 juta euro.
Arsenal pun bersiasat. Pada dasarnya, seperti yang disampaikan oleh Gianluca Di Marzio, Arsenal siap membayar 30 juta euro, jauh di atas buy-out clause Torreira. Hanya saja, cara pembayaran tidak selesai di muka, namun dibayarkan secara bertahap. Cara pembayaran ini diterima oleh manajemen Sampdoria. Maka, dengan dana mencapai 30 juta euro secara total, Torreira menjadi milik The Gunners.
Dunia sepak bola Lucas Torreira
Tinggi badannya hanya 168 sentimeter. Meski kecil dan imut, bermain sebagai gelandang bertahan dan gelandang sentral, keberadaan Lucas Torreira di atas lapangan begitu terasa. Si kecil ini adalah pusat permainan Sampdoria musim lalu yang melebihi ekspektasi. Maka, ketika Torreira diredam oleh lawan, lini tengah il Samp macet.
Meski bertubuh kecil, Torreira punya segala atribut untuk memainkan banyak peran di lini tengah. Mulai dari deep playmaker hingga ball winning. Distribusi bola dari kakinya sangat baik, dengan ditunjang dua kaki yang sama kuat. Keberadaan Torreira sangat penting dalam proses build-up fase pertama Sampdoria. Jika berkembang penuh, pemain asa Uruguay ini punya potensi untuk menjadi tukang tekel yang melebihi N’Golo Kante.
Lucas Torreira paham betul dengan kekurangan dirinya. Ia akan sulit bersaing dengan kerasnya Serie A dan dunia apabila tidak memiliki yang namanya determinasi. Kerja keras Torreira adalah gambaran nyata dari ucapan Takeshi Tatsumi di komik Giant Killing.
Pelatih East Tokyo United (ETU) itu menegaskan kepada anak-anak asuhnya bahwa, ketika kita kalah secara teknik dari pemain yang lebih baik, motivasi akan menentukan segalanya. Motivasi melahirkan akan muncul daya juang untuk berlari 1 meter lebih jauh dan bergerak 0,1 detik lebih cepat. Dari situ, mental giant killing akan lahir.
Giant killing adalah situasi ketika tim yang dianggap lebih lemah mampu mengalahkan tim besar. Ketika tim kecil, membalikkan prediksi. Ketika si kecil tidak ditindas oleh si besar. Lucas Torreira, yang hanya punya tinggi badan 168 sentimeter itu tidak kalah ketika bertarung dengan gelandang-gelandang yang lebih besar dan tangguh.
Kemauan untuk bertarung sepanjang 90 menit adalah atribut yang dibutuhkan Arsenal. Selama ini, lini tengah Arsenal terlalu lembek, terutama ketika bertemu tim yang lebih tangguh. Apalagi ketika The Gunners tengah dalam posisi tertinggal.
Saat ini, mungkin masih terlalu dini untuk berbicara soal cara bermain dan cara Emery memaksimalkan Torreira ke dalam skuat. Namun paling tidak, melihat gaya bermain Torreira, Arsenal kembali menemukan determinasi di lini tengah. Ingat, zaman invisibles tak hanya diwarnai kreativitas dan ketajaman lini depan, namun juga determinasi dan ciri pertarung di lini tengah.
Untuk sekali lagi menjadi penantang, wajah baru Arsenal ada di dalam gurat Torreira. Munculkan lagi gairah giant killing di dalam hati Arsenal!