Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Timnas Indonesia vs Timor Leste: Bima Sakti Bukan Murid yang Baik?

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
12 November 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Membuka Piala AFF 2018 dengan kekalahan, timnas Indonesia, atau lebih tepatnya Bima Sakti ditabrak oleh kritikan begitu keras. Kritik tepat sasaran?

Timnas Indonesia tidak memulai Piala AFF 2018 dengan baik. Seperti biasa. Ketika ekspektasi naik, performa tim justru tenggelam. Timnas Garuda kalah dari Singapura dengan skor tipis 0-1. Bukan kekalahan itu saja yang patut disesali. Posisi pelatih yang saat ini diisi Bima Sakti justru menjadi sorotan utama. Meneruskan kerja Luis Milla, beban Bima memang tak bisa dikatakan ringan.

Kegagalan PSSI untuk mengamankan tanda tangan pelatih kelas dunia berimbas ke banyak hal. Seperti biasa. PSSI. Jangan heran. Imbas kebobrokan itu menular dan menjalar ke pundak Bima Sakti. Bahkan, mantan pemain timnas Indonesia itu pernah berujar bahwa sebetulnya, ia tidak ingin berada dalam posisi ini. Menggantikan seseorang dengan level yang jauh lebih tinggi dan sudah sangat dekat dengan jadwal Piala AFF 2018.

Imbas kedua adalah kekalahan timnas Indonesia itu sendiri. Kok bisa begitu? Karena, mau tak mau, pergantian Luis Milla ke Bima Sakti mengubah cara bermain (atau pendekatan) timnas. Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah: “Mampukah Bima Sakti menunjukkan respons terbaik ketika timnya tertekan?” ketika melawan Singapura, aksi itu belum terlihat. Laga timnas Indonesia vs Timor Leste yang akan menjadi panggung ujian.

Sepak bola adalah permainan yang hidup. Sangat jarang terlihat seorang pelatih hanya menyiapkan satu taktik saja untuk sebuah pertandingan. Dua taktik adalah minimal. Bahkan, tidak jarang, terjadi tiga perubahan taktik di tengah pertandingan. Kecakapan dan pengalaman pelatih yang akan diuji habis-habisan.

Sayangnya, Bima Sakti belum punya dua hal itu. Jam terbangnya sebagai pelatih kepala masih terlalu minimal. Tidak bisa dibohongi, kurangnya pengalaman akan memengaruhi kecepatan respons pelatih akan sebuah perubahan situasi. Untuk masalah ini, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Bima Sakti. Lha wong beliau jarang mendapatkan kesempatan. Lha wong ketika belajar dari pelatih kaliber dunia, PSSI malah mengacau.

Namun, kamu juga perlu tahu bahwa sepak bola adalah kompetisi yang kejam. Sangat jamak terjadi, pelatih langsung dihakimi dari satu atau dua pertandingan saja. Unai Emery di Arsenal merasakannya ketika dua kali kalah berturut-turut di awal musim. Bahkan Julen Lopetegui dipecat Real Madrid ketika belum jalan separuh musim melatih.

Kesulitan yang sama dirasakan Bima Sakti. Ia dianggap gagal meneruskan corak bermain yang sudah dibangun Luis Milla. Padahal, Coach Bima adalah orang terdekat di timnas Indonesia dengan Luis Milla. Miris memang ketika sebuah kalimat begini bertebaran di media sosial: “Pas masih dilatih Luis Milla, timnas enak ditonton. Kenapa ganti Bima jadi beda ya?”

Meskipun menggunakan tanda tanya, kalimat tersebut adalah “penghakiman” yang lumayan nyelekit. Dari sesuatu yang sudah bagus, berubah buruk ketika orang yang bertanggung jawab diganti. Di sudut hati paling jauh, Coach Bima pasti merasa tak enak. Sedikit banyak, beliau pasti merasa sedang dihakimi.

Inilah masalahnya: ketika melawan Singapura, Bima Sakti dianggap terlambat membuat perubahan saat permainan timnas Indonesia mentok. Seperti tidak ada rencana B, alih-alih menyamakan kedudukan, timnas kesulitan menyerang. Yang dilakukan Bima adalah memasukkan Riko Simanjuntak untuk menambah kreativitas saja. Kreativitas, tanpa dibarengi disiplin taktik, tak akan membawa kesuksesan.

Padahal, Bima menyaksikan dari dekat ketika Luis Milla memperbaiki kesalahan penentuan pemain dan cara bermain yang sempat monoton. Buktinya ada di Asian Games 2018 yang lalu, ketika timnas Indonesia kalah dari UEA. Saya menyebutnya sebagai “Khilaf Luis Milla”.

Ada satu pelajaran penting dari kekalahan itu, yaitu berani melakukan perubahan ketika taktik A tidak berjalan. Saat itu, Luis Milla memainkan Andy Setyo untuk menggantikan Rezaldi Hehanusa. Masuknya Andy Setyo membuat posisi bek kiri timnas Indonesia diisi Ricky Fajrin. Mengapa Luis Milla menggantikan Rezaldi dengan Andy Setyo? Sungguh sulit mencari alasan Luis Milla menggantikan Rezaldi dengan Andy Setyo.

Yang terjad kemudian adalah Andy Setyo membuat banyak kesalahan, salah satunya berbuah penalti untuk UEA, hingga akhirnya digantikan Septian David di babak kedua. Pergantian dari Andy Setyo ke Septian David langsung mengubah cara bermain timnas. Dari pola empat bek, menjadi tiga. Luis Milla mencoba membuat lapangan tengah menjadi lebih padat.

Hingga akhirnya perubahan itu berbuah manis selepas menit 80. Timnas Indonesia bermain lebih tenang, bola-bola pendek dominan terlihat, umpan-umpan lebih presisi, dan lebih sabar ketika masuk ke kotak penalti lawan. Timnas menekan UEA habis-habisan. Meski sayang, pada akhirnya kalah lewat babak adu penalti.

Iklan

Kalah? Ya sudah, toh timnas Indonesia mendapatkan pelajaran penting. Apa itu? Timnas Indonesia bisa bermain bola-bola pendek, umpan-umpan akurat, sabar membongkar pertahanan lawan, bahkan solid ketika bertahan. Ketika tonggak pelatih berganti, ketika melawan Singapura, semua hal positif itu lesap begitu saja.

Maka jangan disalahkan ketika Bima Sakti ditabrak kritik begitu keras. Ia yang paling dekat dengan Luis Milla. Paling tidak, cara bermain timnas tidak banyak berubah. Kami sih tidak terlalu berekspektasi timnas menjadi menangan atau juara. Toh sudah terlalu sering kami dikecewakan. Ya oleh timnas, ya oleh PSSI. Kami tetap mendukung karena kecintaan. Tapi, jangan cederai kecintaan kami dengan kerja setengah hati.

Apakah Bima Sakti bukan murid yang baik? Apakah beliau menyimak dengan serius ketika Luis Milla melatih? Kenapa yang baik-baik tidak diteruskan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab timnas Indonesia ketika melawan Timor Leste.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2018 oleh

Tags: Bima Saktiluis millaPSSItimnas indonesia
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Ketum PSSI Erick Thohir dan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi bahas soal Liga 3 dan Liga 4 di Jawa Tengah MOJOK.CO
Kilas

Liga 3 dan 4 bakal Bergulir di Jawa Tengah, Bina Bakat-bakat Muda dari Desa…

8 Agustus 2025
Kalau gue jadi Patrick Kluivert, gue nggak mau menjadi pelatih Timnas Indonesia gantikan Shin Tae Yong karena Ketum PSSI Erick Thohir problematik MOJOK.CO
Ragam

Kalau Jadi Patrick Kluivert Gue Nggak Mau Kerja sama Erick Thohir yang Interview Kerja di Hari Raya, Tak Punya Value dan Tak Tahu Batas

9 Januari 2025
Timnas Indonesia Gagal Lagi di AFF, Siapa yang Pantas Disalahkan?
Video

Timnas Indonesia Gagal Lagi di AFF, Siapa yang Pantas Disalahkan?

28 Desember 2024
Shin Tae Yong tanpa pemain naturalisasi di Timnas Indonesia dalam Piala AFF 2024 kayak pelatih amatir MOJOK.CO
Aktual

Shin Tae Yong Tanpa Pemain Naturalisasi Jadi Pelatih Biasa Aja yang Tak Kelihatan Hebatnya

10 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.