MOJOK.CO – Real Madrid, Barcelona, dan Manchester City bakal bergumul untuk mencari keseimbangan terbaik. Perjuangan yang bakal berat dan nisbi panjang.
Untuk ketiga kalinya saya menulsi soal keseimbangan. Pertama, ketika meledek Manchester United, yang mana enak betul rasanya meledek mereka. Kedua, kembali meledek Manchester United. So good. Ketiga, ketika melihat betapa tim-tim besar yang pada awalnya terlihat stabil pun tetap kesulitan menjaga keseimbangan.
Real Madrid, Barcelona, dan Manchester City punya masalah yang sama. Terutama untuk Real Madrid, saya sempat menjelaskan kalau lini tengah mereka adalah salah satu lini tengah terbaik di dunia. Seimbang, baik dari sisi teknis tiga pemain yang mengisi lini tengah, sampai hasil pekerjaan yang mereja sajikan ketika bermain bersama.
Real Madrid punya tiga gelandang yang memberi rasa aman itu dan kamu tahu siapa saja mereka. Bahkan ketika melihat komposisi pelapis, kamu yang bukan suporter Real Madrid pun akan merasa lini tengah mereka bakal aman. Pemain muda seperti Fede Valverde, yang bisa bermain di banyak posisi, seharusnya bisa menyediakan rasa aman.
Namun, pada akhirnya semua analisis itu adalah goresan di atas kertas. Real Madrid tetap saja kesulitan ketika Casemiro absen. Gelandang bertahan asal Brasil itu seperti jangkar, memberi keseimbangan untuk Toni Kroos dan Luka Modric.
Casemiro berkembang menjadi gelandang bertahan yang komplet. Dia cerdas dan punya stamina untuk mendukung pekerjaannya. Real Madrid belajar dengan cara paling menyakitkan bernama Claude Makalele untuk kemudian mengapresiasi keberadaan pemain seperti Casemiro. Sosok gelandang bertahan yang krusial dalam fase-fase genting.
Barcelona dan Manchester City pun punya masalah di posisi yang sama. Manchester City sangat membutuhkan keberadaan Fernandinho. Seperti Casemiro, Fernandinho juga berasal dari Brasil. Sama juga seperti Casemiro, Fernandinho menjaga keseimbangan Manchester City di momen-momen penting pertandingan.
Nilai keberadaan Fernandinho sangat tinggi di sistem yang dibangun Pep Guardiola. Sama seperti Casemiro di sistem Real Madrid. Karena Manchester City menekan dengan garis pertahanan tinggi, mereka butuh pemain yang cerdas membaca gerak lawan. Terutama di momen transisi, gelandang bertahan seperti Fernandinho harus selalu ada.
Fernandinho bukan hanya pandai merebut bola di wilayah lawan. Keberadaannya menjadi penting karena kecerdasannya melakukan tactical foul. Dia membuat pelanggaran-pelanggaran ringan untuk menghentikan serangan balik lawan. Jenis pelanggaran yang terlalu ringan di mata wasit hingga kartu kuning tidak bisa dikeluarkan. Namun, itu jenis pelanggaran paling penting.
Butuh perhitungan timing dan kecepatan untuk melakukan tactical foul. Rodri, gelandang bertahan baru milik Manchester City adalah pemain bagus. Namun, dia belum punya kemampuan seperti Fernandinho. Maka, ketika Rodri bermain, lini belakang Manchester City terlihat lebih rapuh. Sederhananya: menjadi lebih mudah ditembus.
Sedikit banyak, Rodri punya gaya bermain mirip Sergio Busquets. Bedanya, Rodri belum punya kecakapan untuk merebut bola ketika Manchester City bermain dengan garis pertahanan tinggi. Rodri juga berbeda jika dibandingkan dengan Casemiro, gelandang Real Madrid.
Satu hal lagi, kecepatan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan berlari. Busquets menutupi kekurangan akselerasinya dengan kecepatan berpikir. Kelebihan yang membuatnya menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia.
Nah, kelebihan Busquets itu juga yang menjadi “masalah” bagi Barcelona. Ketika Busquets tidak lagi berada dalam performa terbaik, tim ini kehilangan keseimbangan. Namun memang, kalau bicara soal Barcelona, tim ini memang sudah tidak seimbang hampir di semua lini. Dari Gerard Pique yang sudah mengantongi 15 kartu kuning musim ini, hingga badai cedera di lini depan.
Sudah badai cedera, Barcelona tengah menghadapi penurunan performa banyak pemainnya. Sudah begitu, manajemen tengah perang dingin dengan Lionel Messi setelah Diretur Olahraga mereka, Erci Abidal, blunder di depan media.
Barcelona tengah memasuki sebuah periode “antara” untuk kesekian kali. Periode di mana angkatan lama secara perlahan mundur ke balik panggung digantikan generasi baru. Ini periode yang berbahaya. Dulu, Frank Rijkaard berhasil menginisasi “periode antara” ini dengan baik. Ketika dia memperkenalkan Lionel Messi dan membantu Andres Iniesta dan pemain muda lainnya menemukan bentuk permainan terbaik.
Kini, jika Quique Setien dan manajemen tidak menyadarinya, Barcelona bakal tenggalam di dalam lumpur. Pergumulan mereka untuk melakukan regenerasi dan menemukan keseimbangan akan semakin sulit. Ketika Real Madrid semakin kuat, Barcelona meredup.
Jika dipikirkan lebih jauh, siklus La Liga seperti ini sebetulnya sudah lumrah terjadi. Masing-masing Real Madrid dan Barcelona “punya waktunya” sendiri dengan Valencia atau Atletico Madrid menjadi figurannya. Satu bagus, satu meredup. Selalu seperti itu.
Real Madrid punya pekerjaan rumah yang relatif lebih mudah ketimbang Manchester City dan Barcelona. Los Blancos tinggal memikirkan caranya mencari pelapis Casemiro atau membuat sistem baru yang mendukung.
Sementara itu, Manchester City dan Barcelona akan masuk dalam sebuah periode yang berbahaya. Sebuah periode yang akan menentukan performa mereka selama dua atau tiga tahun ke depan. Satu hal yang pasti, uang dalam jumlah besar akan terlibat dalam periode berbahaya ini. Musim panas 2020, saya prediksi bakal membara.
BACA JUGA El Clasico Bisa Antiklimaks kalau Real Madrid dan Barcelona Gini Terus atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.