MOJOK.CO – Dejan Kulusevski memenuhi dua kebutuhan Juventus. Baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Bakal menjadi bargain buy di Januari 2020?
Mari memikirkan kata “dibutuhkan” yang muncul di judul tulisan ini….
Dejan Kulusevski, remaja berusia 19 tahun, sudah menjalani tes medis di klinik Juventus. Pemain milik Atalanta yang dipinjamkan dan bersinar bersama Parma itu dibeli Juventus dengan banderol 35 juta euro. Bukan nilai kecil untuk remaja berusia 19 tahun. Namun, di sepak bola modern, 35 juta euro, demi yang namanya memenuhi “kebutuhan” bisa menjadi bargain buy.
Pemain yang dibeli di jendela transfer Januari, biasanya, diharapkan menjadi kekuatan tambahan. Sebuah penguatan yang dampaknya bisa segera dirasakan. Apakah situasi itu layak digunakan untuk membaca niat Juventus membeli Dejan Kulusevski sedemikian cepat? Di mata saya, strategi Juventus ini sangat menarik.
Pemain muda yang masuk dalam kategori wonderkid seperti Dejan Kulusevski akan datang dengan dua beban. Pertama, harga tinggi yang pasti terasa. Kedua, suporter (dan klub tentu saja) berharap bisa melihat sekilas kualitas si pemain muda dalam waktu dekat. Kombinasi yang bisa membunuh potensi si wonderkid.
Untuk poin kedua, Dejan Kulusevski mungkin bisa mengatasinya. Ada kata “mungkin” di sini karena sepak bola adalah dunia misteri. Parma dan Juventus tentu dua entitas yang berbeda. Baik soal tekanan akan hasil hingga sorotan moncong kamera jurnalis yang semakin kejam ketika kamu membela tim besar.
Dejan Kulusevski bermain berbekal kepercayaan penuh dari rekan dan manajemen Parma. Kepercayaan itu terlihat, kok, ketika si pemain bisa bermain lepas saat dalam tekanan. Kebebasan itu yang membuat pemain asal Swedia itu menonjol menjadi pemain kunci Parma musim ini. Performa pemain berkaki kidal itu penting bagi keberhasilan Parma duduk di posisi tujuh sebelum winter break.
Kepercayaan itu melahirkan kepercayaan diri. Dari mana terlihat? Dari caranya bermain, dari ketenangan Dejan Kulusevski memanfaatkan semua kelebihannya di atas lapangan. Kepercayaan diri itu yang membantunya menguatkan mental. Setidaknya, Dejan Kulusevski akan tetap bermain di liga di mana tubuhnya sudah merekam cara-cara mengatasi kesulitan.
Bagi saya, kepercayaan diri, mental, dan kecepatan beradaptasi adalah tiga hal penting dari kepindahan Dejan Kulusevski ke lingkungan yang “lebih menuntut”. Baru kemudian kita bicara soal kualitas diri dan mengapa Juventus membutuhkan pemain berusia 19 tahun itu.
Mengesampingkan usia dan segala tuntutan yang bakal mengagetkan Dejan Kulusevski, Juventus memang membutuhkan. Sekali lagi kata “membutuhkan” muncul di sini.
Sebuah kebutuhan, di sepak bola, selalu dibagi menjadi dua sisi, yaitu jangka pendek dan panjang. Dari sisi usia, kita tahu Fabio Paratici dan Maurizio Sarri sedang menyiapkan masa depan Juventus. Melihat transfer ini dari rencana jangka panjang kita tahu Juventus sudah melakukan bargain buy! Bagi penonton Serie A, kualitas Dejan Kulusevski tak perlu dipertanyakan.
Melihat cara bermain Dejan Kulusevski, kita bisa mengukur di mana dia akan bermain. Untuk jangka panjang, dia adalah penerus yang ideal untuk Paulo Dybala. Ups, Dybala? Betul, karena di dunia sepak bola, Dybala yang kini menjadi pemain penting, tidak menutup kemungkinan terjadinya transfer di masa depan.
Meski berposisi sebagai pemain yang memulai laga dari sisi kanan, Dejan Kulusevski bukan sekadar inverted winger. Di dalam dirinya, Juventus menemukan kreator sekaligus eksekutor. Usia yang masih 19 tahun membuat Juventus bisa membentuknya menjadi pemain yang berkembang di belakang striker. Posisi ideal yang selama ini ditempati Dybala, tentu selain sebagai striker.
Dejan Kulusevski punya postur yang ideal. Tinggi badannya mencapai 186 sentimeter, dilengkapi kemampuan akselerasi yang sangat baik. Tubuh yang bongsor dimanfaatkan betul untuk melindungi bola dari terjangan lawan. Ketika lawan menerjang (atau terpancing untuk melakukan pressing), dia bisa berkelit dengan mudah.
Akselerasi membuatnya jago melakukan stop and go. Dejan Kulusevski bisa secara mendadak berhenti dari momentum berlari, menahan bola untuk memancing lawan mendepat, lalu mengubah arah dan membebaskan dirinya. Momentum berhenti ke top speed bisa dia lakukan dengan mudah. Otot kaki dan tubuh bagian atas yang sudah mulai ranum sangat membantu.
Akselerasi dan kemampuan stop and go ini membuat Dejan Kulusevski menjadi inverted winger yang baik. Tidak mudah kehilangan bola memuatnya mudah masuk ke kotak penalti. Pada momen ini, dia bisa menjadi eksekutor dengan tembakan ke tiang jauh, misalnya.
Ketika bermain lebih ke tengah, Dejan Kulusevski seperti berubah wujud. Di sebuah pertandingan, dia mendapatkan situasi kosong di depan kotak penalti. Gesture lawan menunjukkan kalau mereka mengira dia akan menembak menggunakan kaki kanan. Namun, Dejan menipu perkiraan lawan.
Kuda-kuda menembak yang dia pasang membuat lawan berhenti berlari dan bersiap mengintersep bola. Tepat pada saat itu, dia menyodorkan umpan terobosan ke temannya yang berlari ke tiang jauh. Bola datar itu berjalan pelan, tetapi sukses menerobos kerumunan lawan. Visi, membuatnya bisa mengamati pergerakan kawan seolah-olah dia mengamatinya dari atas.
Kreator. Perpaduan visi dan kecerdasan bergerak membuat Dejan Kulusevski menjadi salah satu kreator muda terbaik di Eropa. Dia menempati posisi ketiga dengan percobaan asis mencapai 15. Pos pertama ditempati Martin Odegaard dengan 23 percobaan asis dan kedua diisi Mason Mount dengan 17 kali percobaan.
Dari penjelasan “kebutuhan” jangka panjang di atas kita bisa meraba kebutuhan jangka pendek. Saat ini, Juventus punya dua winger aktif, yaitu Douglas Costa dan Juan Cuadrado. Douglas Costa masih dan baru saja sembuh dari cedera. Sementara itu, Cuadrado tidak konsisten, meski sempat bermain apik ketika dipaksa bermain sebagai bek sayap kanan.
Jika Sarri ingin bermain dengan skema 4-3-3 dan butuh winger di sisi lapangan, masuk akal apabila Dejan dibeli. Variasi skema, dengan mengorbankan salah satu dari Higuain, Ronaldo, dan Dybala, tentu dibutuhkan untuk menghadapi beragam lawan di banyak kompetisi.
Namun, Juventus punya rencana berbeda. Si Nyonya Tua enggan merusak perkembangan Dejan. Pemain berusia 19 tahun itu akan dipinjamkan ke Parma hingga musim 2019/2020 selesai. Keputusan bijak demi perkembangan si pemain.
Nah, pada titik ini, semuanya kembali ke usaha Juventus membuat Dejan Kulusevski merasa ada “di rumah” secepatnya. Tidak memberinya tekanan tidak perlu dan memberi kebebasan seperti yang dilakukan Parma dan Atalanta. Sisanya adalah determinasi Dejan Kulusevski sendiri untuk sukses. Sebuah pembelian yang bagus untuk menutup “kebutuhan”.
BACA JUGA Juventus Semakin Kuat dan Bukan Ronaldo Pemain Terbaiknya atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.