MOJOK.CO – Usaha Raul Sanllehi dan petinggi Arsenal membela Unai Emery adalah usaha untuk menyelamatkan harga diri sendiri. Dan membiarkan Arsenal mati perlahan?
Satu kebiasaan terulang lagi ketika Arsenal kalah dari Southampton, yaitu kalah jumlah tembakan ke arah gawang. Arsenal membuat 12 tembakan, Southampton 21. Dan ya, kalimat pertama paragraf ini saya tulis secara sadar. The Gunners memang kalah. Skor imbang 2-2 cuma bukti kalau dewa sepak bola masih welas asih.
Seperti biasanya, Unai Emery tidak punya nyali untuk menurunkan 4 pemain terbaik di lini depan. Dia memilih jalan aman. Atau setidaknya dia berpikir demikian, dengan 3 bek tengah di belakang, 2 bek sayap di sisi, dan 2 gelandang bertahan. Ada sebuah susunan 5 bek dan 2 gelandang bertahan melawan Southampton, tim yang duduk di posisi 19 dan baru saja kalah 0-9 dari Leicester City.
Ada sedikit intensitas yang terasa di awal-awal babak pertama. Tapi ya, seperti yang sudah hakekatnya terjadi, tim dengan logo meriam ini betah betul berkubang di lumpur medioker. Saya rasa Arsenal hanya unggul desain jersey saja dibandingkan Southampton. Selebihnya? Bahkan sudah saya katakan di atas. Tim ini selayaknya kalah.
Dan hasil buruk melawan Soton sudah bukan salah Emery belaka. Hasil minor ini sudah menjadi milik bersama. Kombinasi antara Emery, Raul Sanllehi, Edu, dan semua petinggi Arsenal yang pontang-panting mematut diri di depan moncong kamera wartawan. Para petinggi Arsenal, dengan bibir berbalur lipstik kemunafikan, membela Emery.
“Keadaan harus membaik supaya kami bisa mencapai target musim ini dan kami sangat percaya Unai (Emery) adalah orang yang tepat untuk pekerjaan ini. Kami bekerja sangat intensif di belakang layar untuk membalikkan situasi dan kami sangat percaya diri bisa melakukannya,” kata Sanllehi seperi dikutip Metro.
Pembelaan manis legit itu dilontarkan Sanllehi setelah Arsenal kalah dari Leicester City dengan skor 2-0. Sangat percaya diri Sanllehi bisa mengepalai tim untuk mengubah situasi dan Emery adalah sosok yang tepat. Apa yang terjadi ketika melawan Soton, tim peringkat 19? Arsenal bermain dengan 5 bek dan tidak punya kejelasan cara bermain di atas lapangan.
Saya memahami kalau pembelaan Sanllehi adalah bahasa public relation saja. Sebuah bahasa yang menjadi media untuk menyampaikan bahwa kondisi tim tetap baik-baik saja meskipun ungkapan Emery out sudah membahana sejak Agustus 2020 yang lalu. Pada kenyataannya, kalimat manis Sanllehi justru terasa perih di tenggorokan karena performa di atas lapangan lebih bisa menjelaskan kondisi Arsenal ketimbang lip service para petinggi.
Kenapa Sanllehi dan Edu rela menghabiskan waktu dan mengikis kesehatan jantungnya dengan terus mendukung Emery?
Minggu yang lalu, David Ornstein, lewat The Athletic, membuka daftar calon pengganti Arsene Wenger yang sudah didekati oleh manajemen. Mereka adalah Max Allegri, Mikel Arteta, Patrick Vieira, Thierry Henry, Julen Lopetegui, Ralf Rangnick, dan Jorge Sampaoli. Betul, tidak ada nama Emery di dalam “daftar rahasia” tersebut.
Namun, yang kemudian terpilih adalah Emery. Manajemen bersepakat. Satu suara. Oleh sebab itu, polah tingkah ide dan visi Emery sudah mendapatkan restu dari manajemen. Maka tidak heran apabila Raul Sanllehi membela Emery begitu keras. Ada nama baik dan reputasi yang juga sedang dipertaruhkan oleh manajemen.
Sikap itu sebetulnya bisa dipahami. Kamu, sebagai pemimpin, sudah menunjuk satu orang untuk mengerjakan sebuah proyek besar. Kamu tertarik dengan presentasi yang disajikan si pelamar. Kamu pun membawa presentasi itu ke jajaran direksi untuk mendapatkan restu. Ketika presentasi dan proposal si pelamar diterima, ada namamu yang juga dijaminkan.
Namun, sikap Sanllehi justru sebuah keputusan yang akan membunuh Arsenal secara perlahan. Pertama, semakin jarang menang, peluang Arsenal lolos ke Liga Champions semakin sulit. Apalagi, beberapa tim papan tengah tengah berada dalam performa terbaik. Misalnya Leicester yang mempecundangi Emery di segala area itu.
Kedua, pemain-pemain penting akan hengkang. Tidak perlu saya jelaskan kalau pemain seperti Aubameyang dan Lacazette, dua pemain yang rutin menyelamatkan Arsenal, adalah pemain ambisius. Tidak heran jika keduanya ingin hengkang musim depan ketika Arsenal lebih suka kejar-kejaran dengan Soton di zona degradasi ketimbang berusaha mendongkel duologi Liverpool dan Manchester City.
Ketiga, pesan yang tersampaikan kepada calon pemain baru akan sangat salah. Terus mempertahankan Emery sudah seperti keputusan yang akan menutup keran potensi pemain. Kegagalan memaksimalkan pemain-pemain berkualitas dan sikap konfrontatif Emery kepada Mesut Ozil tentu menggangu perkembangan pemain.
Keraguan untuk memecat Emery yang semakin menumpuk itu akan membunuh Arsenal secara perlahan. Sebuah kondisi yang saya yakin fans Arsenal di luar sana sudah memahaminya.
Raul Sanllehi menjadi kesayangan fans di musim panas yang lalu. Dia sampai mendapatkan julukan Don Raul atas aksi pembelian pemain yang brilian. Namun, julukan Don Raul itu akan kehilangan makna, kehilangan unsur kasih sayang di dalamnya, ketika Arsenal dibiarkan kehilangan harapan.
Don Raul, perubahan selalu menyisakan sakit. Jangan gentar menempuh rasa sakit itu. Jika rasa sakit dibutuhkan demi perubahan terbaik di masa depan, saya yakin, Gooners akan merelakan dirinya bersama-sama menanggung sayatan rasa sakit itu. Namun, jika Anda membiarkan The Gunners mati perlahan, fans akan bersorak ketika rasa sakit itu merobek jantung Anda.
BACA JUGA Mikel Arteta Dalam Pusaran Penolakan Fans Arsenal Pada Jose Mourinho atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.