MOJOK.CO – Hilangkan gol-gol Aubameyang dan fans Arsenal akan benar-benar jadi sufi, kumpulan suporter penghasil kebijaksanaan. Menghibur diri di tengah penderitaan disiksa cara bermain tim pujaannya.
Mesut Ozil. Pemain Arsenal paling kreatif. Pemain dengan visi paling dibutuhkan di sepertiga akhir lapangan. Mesut Ozil. Dia diasingkan dari tim utama. Unai Emery, sang pelatih, menegaskan kalau hanya mereka yang latihan paling keras yang akan digaransi menit bermainnya. Raul Sanllehi, Head of Football Arsenal menegaskan hal yang sama.
Nicolas Pepe. Pemain baru milik Arsenal, pemain termahal sepanjang sejarah klub ini. Pepe bermain gemilang di Ligue 1 musim lalu. Membuat nilai pasarnya melonjak menyentuh 75 juta paun. Nicolas Pepe, pemain baru, diharapkan menambah opsi di sisi lapangan dan menggelembungkan tabungan gol The Gunners di setiap musim.
Alexandre Lacazette. Striker Arsenal asal Prancis ini sudah menepi selama beberapa minggu. Cedera ankel yang sudah bersemayam selama beberapa bulan akhirnya mendapatkan perhatian. Namun, sebagai gantinya, The Gunners harus kehilangan salah satu striker terbaiknya selama beberapa pertandingan.
Hector Bellerin dan Kieran Tierney. Dua bek sayap Arsenal. Dua bek sayap dengan agresivitas tinggi. Akselerasi tinggi. Daya penciptaan peluang yang tinggi. Kemampuan bertahan di atas rata-rata. Keduanya sudah absen sejak awal musim. Baru Oktober ini keduanya sudah mulai kembali ke tim utama.
Unai Emery, sang pelatih. Berubah wujud dari pelatih dengan nyali tinggi, berani bertaruh di setiap laga, menjadi sosok yang takut kepada tim semenjana seperti Watford. Hasilnya, Arsenal kehilangan agresivitasnya di lini depan. kehilangan kreativitas dan daya juang. Sebuah sajian yang bertolak belakang dibandingkan musim lalu.
Lini belakang Arsenal. Adalah perpaduan antara orang linglung dan masuk angin tak kunjung sembuh. Lini belakang yang mengecewakan, membuang keunggulan yang tengah dipertahankan. Kurang lebih, performa buruk lini belakang adalah cerminan dari seorang pelatih yang gagak membangun “cara bermain” paling ideal bagi tim ini.
Buruk sekali kisah Arsenal di awal musim ini. Namun, tahukah kamu, di tengah situasi menjengkelkan ini, The Gunners bisa duduk di peringkat ketiga klasemen sementara Liga Inggris. Betul, kamu tak salah baca. Di tengah sebuah tim yang tidak kreatif, mudah kebobolan, dan bermental kerupuk, The Gunners hanya kalah dari Liverpool dan Manchester City untuk urusan klasemen sementara.
Untuk capaian itu, baik Arsenal maupun Emery perlu berterima kasih kepada Pierre-Emerick Aubameyang! Keduanya berutang sangat besar kepada Aubameyang. Seorang tap-in monster yang baru saja terpilih sebagai pemain terbaik Liga Inggris untuk bulan September 2019.
Kontribusi Aubameyang tidak main-main. Selama September 2019, Aubameyang selalu mencetak gol di setiap laga. Dan, semua gol yang dicetak Aubameyang punya bobot yangluar biasa berat.
Gol penyama kedudukan ketika melawan Tottenham Hotspur. Dua gol melawan Watford. Gol kemenangan lewat tendangan bebas ketika melawan Aston Villa. Gol penyama kedudukan ketika melawan tim calon degradasi musim ini, Manchester United. Tanpa gol-gol Aubameyang, Arsenal kini tengah kejar-kejaran (lagi) dengan United untuk menghindari garis degradasi.
Betapa pentingnya Aubameyang bukan saja terwujud dalam catatan statistik di atas. Keberadaannya sebagai “insan” menjadi titik krusial bagi tim ini, baik di atas lapangan, di ruang ganti, maupun di luar sepak bola. Status wakil kapten yang disandang Aubameyang bukannya tanpa alasan.
Sven Mislintat, seorang pencari bakat brilian sekaligus direktur olahraga memandang Aubameyang sebagai seorang “team player”. Aubameyang akan mendahulukan tim ketimbang catatan pribadi. Pemain asal Gabon ini tidak ingin menang sendirian. Dia ingin tim menang “secara tim”, bukan hanya karena kontribusi satu orang saja.
“Aubameyang adalah, mungkin satu-satunya, dari jajaran striker top yang betul-betul “team player”. Striker seperti Neymar atau Aguero tidak akan pernah memberikan kesempatan menendang penalti kepada Pepe untuk mencetak gol pertama,” kata Mislintat.
“Aubameyang memberikan kesempatan penalti kepada Pepe. Instingnya seperti berkata, “Mari bikin gol dan maju bersama”. Dia peduli kepada rekan-rekannya. Sejak bergabung ke Arsenal, dia menurut perintah pelatih untuk bermain di mana saja dibutuhkan. Dia juga membantu Lacazette beradaptasi dengan Liga Inggris.”
“Mungkin sikapnya ini membuat Aubameyang tak akan bisa bermain untuk Real Madrid atau Barcelona, tetapi kedua klub itu yang justru merugi tidak mencoba memboyongnya. Saya suka cara berpikirnya. Sangat bagus untuk menjaga atmosfer tim,” tutup Mislintat.
Aubameyang tahu betul kalau beban yang ada di pundak Pepe sangat berat. Banderol yang tinggi, berbanding lurus dengan ekspektasi. Padahal, di masa-masa adaptasi ini, beban itu yang bakal terlihat membuat kaki Pepe menjadi berat. Untuk melepas belengggu adaptasi itu, Aubameyang meminta Pepe mengambil penalti. Gol adalah sumber kebahagiaan bagi suporter dan jadi dorongan mental untuk pemain.
Di tengah miskinnya kreativitas, di tengah pelatih yang kehilangan keberaniannya, Aubameyang menyeret Arsenal duduk di peringkat ketiga. Hilangkan gol-gol Aubameyang dan Gooners akan benar-benar jadi sufi, kumpulan suporter penghasil kebijaksanaan. Menghibur diri di tengah penderitaan disiksa cara bermain tim pujaannya.
Untuk catatan istimewa, untuk posisi tiga klasemen sementara, Arsenal dan Emery perlu cium tangan Aubameyang. Keduanya berutang sangat besar di tengah situasi yang sebetulnya rancu.
BACA JUGA Ketika Bromance Aubameyang dan Lacazette Lebih Panas Ketimbang Dilan dan Milea atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.