[MOJOK.CO] “Napoli dan sepak bola adalah satu kesatuan. Seperti “agama” yang dipegang teguh dan dirayakan setiap akhir minggu di dalam katedral bernama San Paolo.”
Sudah dua setengah musim ini, terutama setelah ditangani Maurizio Sarri, Napoli menjadi salah satu tim paling atraktif di Eropa.
Dan musim ini, mereka menjadi satu-satunya tim yang mampu mengganggu lari Juventus menuju Scudetto. Sarri membuat anak-anak asuhnya menjadi satu unit yang tak hanya tajam di depan, namun juga tanggung di belakang.
Hampir semua tim di Serie A pasti akan kesulitan ketika meladeni Napoli. Mungkin kecuali AS Roma, yang justru tampil apik ketika tidak diunggulkan, tengah tidak mendapatkan pujian, dan dijagokan untuk kalah. Mirip-mirip Arsenal. Ehem…
Meski baru saja menelan kekalahan, yang terjadi secara mengejutkan, dari tangan Roma, Napoli masih memimpin klasemen sementara, unggul satu poin dari Juventus di peringkat kedua. Perjalanan bagi Napoli musim ini masih sangat berat lantaran Juventus masih menyimpan satu pertandingan lebih. Apakah Napoli bisa mempertahankan level performa mereka?
Untuk mengenal lebih lanjut tentang sebuah klub yang musim ini berpeluang memutus dominasi Si Nyonya Tua, Mojok Institute melakukan penelusuran. Terdapat 7 fakta menarik tentang Napoli yang layak Anda ketahui. Apa saja 7 fakta tersebut?
1. Degradasi ke Serie C1
Napoli pernah berjaya ketika nama Diego Maradona menjadi legenda di Kota Naples. Keberhasilan merengkuh Scudetto dan Uefa Cup membuat Napoli menjadi diperhitungkan di Italia.
Namun sayang, pada tahun 2004, il Partenopei harus rela diturunkan ke Serie C1, atau divisi 3 di pembagian kasta Liga Italia. Saat itu, Napoli dinyatakan bangkrut oleh pengadilan karena gagal memenuhi syarat administrasi untuk mengikuti Serie B pada musim 2004/2005.
Kantor berita Italia, ANSA, melansir sebuah berita yang menerangkan bahwa klub yang didirikan pada tahun 1926 ini gagal melunasi utang sebesar 70 juta euro. Rasa sukses pada awal tahun 1990an seperti menghilang begitu saja ketika Napoli dinyatakan bangkrut. Dengan payung perusahaan baru, Napoli harus rela merangkak dari divisi 3.
2. Rekor di Serie C1
Yaya Toure, gelandang Manchester City, mengungkapkan sebuah pernyataan yang secara terang menerangkan hubungan antara Napoli dan para pendukungnya.
Setelah bertarung melawan Napoli di San Paolo, Yaya Toure mengungkapkan bahwa hubungan antara klub dan pendukungnya begitu mendalam. Sebuah hubungan yang sudah mirip seperti cinta ibu dan anak. Gairah di dalam stadion yang ditunjukkan oleh pendukung Napoli yang membuat San Paolo menjadi salah satu arena paling intimidatif di Eropa.
Berkaca dari pernyataan Toure, maka bisa dimaklumi apabila sebuah rekor bisa tercipta, bahkan ketika Napoli berlaga di Serie C1. Rekor yang dimaksud adalah rekor jumlah penonton. Bermain di divisi 3 tidak mengurangi antusiasme pendukung. Tak kurang dari 50 ribu penonton selalu hadir mendukung Napoli di Serie C1.
Sebuah mitos pun lahir: bisingnya selebrasi gol pendukung Napoli di Serie C1 sampai tercatat seismograf, atau alat pengukur kekuatan getaran di permukaan bumi!
3. Dua curva berbeda rupa
Pendukung Napoli di dalam stadion “terbagi” menjadi dua curva, yaitu Curva A dan B.
Curva A (pendukung yang menempati lengkungan stadion di sebelah utara) dikenal sebagai sisi stadion yang liar dan tak jarang membuat kekacauan. Curva A diisi kantong-kantong suporter yang melegenda, seperti Mastiffs, Vecchi Lions, Teste Matte, dan Brigata Carolina.
Sementara itu, Curva B mewakili suporter-suporter yang lebih “tenang” dan kreatif. Kantong suporter yang paling terkenal di Curva B adalah Commandos Ultras Curva B (CUCB) yang didirikan pada tahun 1972 oleh Gennaro “Palummella” Montuori. Saking terkenalnya, CUCB sampai bisa membuat surat kabar dan program televisi sendiri.
Sejarawan berdarah Australia yang bernama Nicholas Doumanis menggambarkan bahwa dua curva di stadion Napoli seperti mewakili situasi masyarakat Italia, yaitu perbedaan pandangan soal politik, budaya, sosial, dan situasi ekonomi.
4. Punya ultras untuk wanita
Ketika banyak kantong-kantong suporter mulai terbentuk, kelompok ultras wanita juga lahir. Salah satu yang paling ikonik adalah Ladies Napoli. Menjadi istimewa karena kelompok ultras ini didirikan oleh para para pengajar universitas. Dan tentu saja semuanya wanita.
Tentu sangat menarik ketika sebuah kelompok ultras didirikan oleh para pengajar universitas yang mana semuanya perempuan. Sebuah fakta yang menegaskan bahwa sepak bola bukan hanya milik kaum lelaki.
5. Kenal dengan Decibel Bellini?
Salah satu aksi yang paling ditunggu di Stadion San Paolo adalah ketika Napoli berhasil mencetak gol. Tak hanya gol yang ditunggu, namun selebrasi para suporter yang dipimpin oleh seorang laki-laki di tepi lapangan, berkepala plontos, dan memegang sebuah mik untuk memimpin chant yang legendaris itu.
Namanya adalah Daniele Belleni. Profesinya adalah stadium announcer. Yang menjadi pembeda dibanding stadium announcer yang lain adalah kebiasannya mengumumkan nama pencetak gol.
Suatu kali, beberapa detik setelah Dries Martens mencetak gol, Bellini meraih mik di saku jaketnya. Ia mengambil napas panjang, meletakkan mik di depan mulutnya. Suara Bellini memecah keriuhan suporter yang berteriak merakan gol Martens.
“Gol per il Napoli,” teriak Bellini lewat mik. Huruf “o” pada kata gol ia teriakkan selama lima detik. “Pencetak golnya adalah…” Jeda satu detik, lalu dilanjutkan, “Mengenakan nomor punggung 14!” Jeda satu detik lagi sebelum ia berteriak sekuat tenaga, “Driees!” dan dijawab seisi stadion, “Marteens!”
Teriakan nama pencetak gol itu ia ulangi 10 kali lagi. Bellini menutup aksinya dengan membagi nama pencetak gol menjadi dua suku kata: “Dri-Es!”. Para suporter mengikutinya dengan gemuruh yang membangkitkan bulu kuduk, “Mar-Tens!”.
Gemuruh yang diciptakan oleh Daniele Belleni memberinya julukan “decibel”.
Siapa yang tak ingin namanya dirayakan seisi stadion sedemikian rupa?
6. Pesepak bola yang dipuja begitu mendalam
Tentu, Anda harus seorang pesepak bola yang mumpuni untuk diakui tak hanya suporter di dalam stadion, namun oleh Kota Naples itu sendiri. Selain kemampuan, kesetiaan juga menjadi barang yang sakral.
Suatu kali, Marek Hamsik, kapten Napoli, pernah ditodong oleh dua orang perampok sepulang dari berbelanja keperluan Natal. Perlu diketahui bahwa Kota Naples bisa menjadi kota yang tidak ramah bagi beberapa orang, tak terkecuali pesepak bola.
Kedua perampok tersebut mengincar jam tangan yang dikenakan Hamsik. Lucunya, selang beberapa hari, kedua perampok mengembalikan jam tangan tersebut. Disebutkan bahwa keduanya baru sadar siapa sang pemilik jam tangan. Namun konon, sebenarnya, atas andil mafia Naples, jam tangan tersebut kembali ke Hamsik dengan utuh.
Bahkan mafia pun menjaga pesepak bola yang sudah memberikan segalanya untuk Napoli. Jika Anda menjadi pemain pujaan di Kota Naples, seisi kota akan selalu berusaha menjaga Anda. Seperti kata Yaya Toure, hubungan klub dan suporternya sudah seperti cinta ibu dan anak. Begitu dalam dan saling menjaga.
7. Sang legenda lain: Careca
Napoli sangat lekat dengan kepahlawanan Diego Maradona. Namun, sosok Maradona pun membutuhkan rekan berkualitas di lini depan. Beruntung, Napoli punya satu pemain yang namanya memang kalah benderang dibandingkan Maradona. Ia adalah Careca, penyerang dari Brasil.
Careca adalah cetak biru penyerang komplet. Sebagai orang Brasil, ia punya tabungan banyak trik untuk mengelabuhi lawan. Tak hanya trik, Careca juga sangat klinis di depan gawang lawan. Banyak serangan Napoli yang dibangun Maradona lalu diselesaikan oleh Careca. Bersama Bruno Giordano, ketiganya membentuk trio mematikan: Ma-gi-ca, Maradona-Giordano-Careca.
Kedalaman cinta suporter Napoli kepada legenda mereka begitu nyata. Ketika menggelar laga testimonial pada tahun 1999, lebih dari 50 ribu suporter hadir di stadion. Mereka menyanyikan chant khusus untuk Careca yang berlirik, “O Carè, Carè, Carè, tira la bomba, tira la bomba (Come on Careca, Careca, Careca, throw the bomb, throw the bomb).
**
Napoli dan sepak bola adalah satu kesatuan. Sepeti agama yang dipegang teguh dan diamalkan setiap akhir minggu di dalam stadion.