Tamu Sebat Dulu kali ini kedatangan Dodok Jogja, seorang aktivis, komika, sekaligus breeder ikan koi yang blak-blakan membicarakan isu sosial, hukum, dan lingkungan dengan gaya santai tapi penuh makna.
Dalam obrolan ini, Dodok mengkritik tajam pengelolaan sumber daya alam yang sering hanya menguntungkan segelintir orang, sementara rakyat kecil dibiarkan berjuang sendiri. Ia juga menyinggung dugaan hotel di Jogja yang mengeringkan sumur serta privatisasi air yang bertentangan dengan UUD 1945.
Baginya, UUD 1945 seharusnya jadi pedoman sumber daya publik, yang semestinya dikelola untuk kemakmuran rakyat, bukan untuk menambah pundi-pundi investor.
Tak sampai disitu, dengan blak-blakan ia juga membicarakan problem struktural lain, mulai dari ketidakadilan hukum, hingga bahaya ketika sejarah yang ditulis hanya penuh glorifikasi. Ia merasa Indonesia kerap gagal memberi ruang belajar dari masa lalu, sehingga kita mudah mengulang luka yang sama.
Menariknya, di usia 46 tahun, Dodok Jogja justru memilih stand up comedy sebagai jalan baru untuk aktivitasnya. Menurutnya, komedi adalah media untuk menyampaikan keresahan tanpa harus menggurui. Penampilannya bahkan sudah terekam dalam format digital, hal ini membuktikan keseriusan menjadikan panggung komedi sebagai sarana kritik sosial.
Di balik gaya blak-blakan, Dodok Jogja adalah sosok yang hangat dan penuh refleksi. Ia berbagi cerita tentang rumah tangganya, bagaimana komitmen dengan pasangan menjadi pondasi kehidupan. Bagi Dodok, hidup bukan hanya soal mengejar materi, tapi tentang menanam kesadaran dan mengisi waktu yang singkat dengan penuh kebaikan.
Episode Sebat Dulu kali ini terasa lengkap. Kritik sosial, refleksi diri, cinta, dan tawa berpadu lewat kejujuran. Dengan gaya yang lugas dan hangat, Dodok mengajak kita menjaga kesadaran, peduli lingkungan, dan memperjuangkan keadilan sosial demi masa depan.







