Saya nggak tau pasti sejak kapan tren masjid dibatasi dan ditutup di luar jadwal salat. Yang saya rasakan, sejak tahun 2010 ke atas, satu dua masjid mulai dibatasi baik waktu maupun kesempatan salat, itupun masjid khusus milik golongan tertentu. Namun, belakangan, masjid-masjid besar milik pemerintah juga membatasi “jadwal kunjungan”.Â
Saya berusaha untuk husnudzon, mungkin di zaman sekarang masjid-masjid sudah sepi jemaah. Apalagi sekarang pengurus masjid stand by hanya di waktu-waktu salat.
Saya mafhum, tapi tetap saja uneg-uneg ini tidak bisa dibendung. Apalagi saya memiliki berbagai pengalaman yang tidak mengenakkan dengan kebijakan ini.Â
Dari kesulitan mencari tempat berteduh, bingung ketika mau salat tapi sudah tutup, diburu-buru biar cepet pergi karena sudah bukan waktunya (padahal waktu solatnya masih panjang). Hingga puncaknya ketika saya datang dari Bandung tengah malam dalam keadaan belum salat isya dan sudah niat jamak takhir dengan magrib karena tidak memungkinkan untuk salat di awal waktu.Â
Sesampainya di Cirebon, saya dijemput bapak, diantar beliau menuju masjid kecamatan terdekat dengan rumah saya, karena yang terpenting salat jamak bisa dilakukan di luar wilayah sendiri. Namun, sayang masjid besarnya ditutup, dilarang masuk jika bukan jadwal salat, tidak ada toleransi untuk sekedar menunaikan kewajiban.Â
Akhirnya saya berpindah tempat ke desa terdekat, lagi gerbang masjidnya dikunci, saya pun terpaksa berpindah lagi, di desa tetangga juga tidak bisa, terpaksa saya pulang dan harus mengqodo sholat saya.Â
Rasanya sedih sekaligus kecewa sekali, sedih karena harus mengqodo dan kecewa karena bukan kali ini saja saya kecewa dengan peraturan yang terlalu kaku itu. Sekarang, masjid tidak ada bedanya dengan perkantoran dan tempat perbelanjaan yang ada jam buka tutupnya.Â
Padahal kata orang tua, masjid di Indonesia sampai disediakan teras sebagai bentuk “mempersilahkan” umat untuk datang ke masjid. Selain itu, masjid bukan hanya digunakan untuk salat, di masa nabi, masjid juga menjadi tempat kegiatan umat.Â
Di Indonesia jauh lebih bermanfaat, masjid menjadi pusat kegiatan dan sumber kehidupan, tak sedikit masyarakat yang terbantu dengan adanya masjid.Â
Seperti ketika kemarau, masyarakat bisa ambil air di masjid, membantu pengguna jalan yang ‘kebelet’ untuk buang air, dan berteduh saat hujan. Itu dulu, sekarang saya merasa rumit dan sulit mengakses masjid.
Nanda, Cirebon [email protected]
Uneg-uneg, keluh kesah, dan tanggapan untuk Surat Orang Biasa bisa dikirim di sini.
BACA JUGA Survei BPS: Jomblo Lebih Sehat Mental daripada yang Udah Nikah dan tulisan menarik lainnya di Uneg-uneg.