Sebagai warga Tangerang Selatan yang sudah menetap kurang-lebih dua tahun, saya rasa banyak sekali permasalahan yang sudah saya jumpai. Seperti transportasi umum yang nggak layak, polusi, infrastruktur, kesenjangan sosial, banyaknya “Pak Ogah”, hingga kriminalitas (begal, curanmor, dst).
Saya cuma mau menyoroti masalah infrastruktur terutama jalan raya yang sama sekali tidak ada perubahan sejak 10 tahun lalu saat saya masih kuliah di UIN Syarif Hidayatullah! Terutama di sepanjang Jalan Ciputat Raya, U-Turn yang yang menjadi masalah kemacetan 10 tahun lalu. Potretnya masih sama dengan detik ini alias masih menjadi sumber kemacetan utama.
Padahal, Jalan Ciputat Raya ini adalah salah satu jalan utama warga dari Serpong, Parung, Cibinong, Depok, dan wilayah lainnya untuk menuju ke Jakarta. Selain simpul kemacetan yang tetap sama sejak dulu, lebar jalan di jalanan tersebut pun masih sama waktu saya masih kuliah 10 tahun lalu.
Bayangkan, dulu waktu kuliah saja saya sudah mumet merasakan kemacetan di Ciputat dan berharap di masa mendatang ada perbaikan. Namun, hingga kini baik simpul kemacetan dan lebar jalan sama sekali tidak ada perbaikan.
Banyak yang bilang Tangerang Selatan ini kota auto-pilot, sebab pilotnya memang lagi “ngorok” karena tidur lelap. Itu memang benar ternyata!
Tangerang Selatan memang sedikit terbantu dengan adanya pihak properti swasta (Sinarmas, Jaya, dll) yang ikut menunjang infrastruktur daerah. Tapi, bukan berarti daerahnya jadi auto-pilot, woy!”
Aji, Serpong Jaya, [email protected]