Suatu kebiasaan bagi saya sebagai orang yang gak suka keramaian untuk pergi ke perpustakaan. Saat waktu kosong alias gak ada kerjaan atapun sekedar iseng untuk mencari ketenangan. Jika orang lain menyebutkan orang yang pergi ke perpustakaan adalah orang yang rajin, menurut saya belum tentu hal tersebut benar. Bagi saya perpustakaan mempunyai nilai tersendiri sebagai anak yang jauh dari kata rajin. Perpustakaan sebagai nilai tambah dari rutinitas. Saya lebih sering meminjam novel daripada buku ilmiah lainnya.
Sebenarnya saya tidak mempunyai masalah dengan orang yang berada dalam perpustakaan, karena setiap individu di dalamnya pasti memiliki misi yang berbeda. Hanya saja setelah sekian lama meneliti orang orang di sekitar, perpustakaan yang awalnya menyimpan rasa ketenangan juga membawa kejengkelan yang membuat hati dongkol tak karuan. Ternyata hal ini tidak hanya dialami saya saja. Perasaan demikian juga disepakati oleh beberapa teman saya yang mempunyai hobi yang sama.
Hal yang membuat jengkel ketika di perpustakaan
Salah satu faktor yang membuat orang lama di perpustakaan bukan karena sibuk membaca buku akan tetapi kesulitan untuk mencari buku. Padahal setiap perpustakaan pasti menggunakan teori klasifikasi persepuluhan Dewey yang diciptakan oleh Malvil Dewey.
Hal ini untuk mempermudah pengunjung mengakses buku yang dicari. Pengklasifikasian tersebut dibuat dengan menggunakan nomor indeks yang terdapat di rak buku, katalog buku, atau disamping cover buku. Coba bayangkan apabila tidak ada hal semacam ini mungkin butuh berhari hari sampai menemukan buku yang ingin dicari.
Namun, ada yang bikin jengkel ketika saya mengecek keberadaan buku di katalog komputer. Setelah hasil menampakkan bahwa buku tersebut ada dan bisa dipinjam, saya cepat cepat menuju rak yang telah dirujuk dari indeks buku bacaan. Tai hasilnya nihil!
Beberapa kali saya mengitari rak yang sama namun buku tak kunjung ketemu juga. Sampai mata rasanya mulai kepanasan karena kira kira sampai 2 jam-an melakukan hal seperti itu. Sebagai orang yang memiliki kesabaran setipis tisu berkeliling dengan mata melotot bukanlah perkara yang mudah. Yang membuat saya semakin kecewa buku yang ingin saya baca tetap tidak menampakkan batang kertasnya.
Ternyata oh ternyata…
Mau setipis atau setebal apapun buku jika letaknya teratur dan tertata rapi tentu akan mudah dicari. Saya kemudian iseng melihat salah satu penghuni perpustakaan. Ia tampaknya sudah membaca buku dan meletakkannya di dalam rak. Tapi ketika orang tersebut berlalu, saya menghampiri buku yang barusan diletakkannya itu dan selama ini dugaan saya benar. Ternyata bukunya diletakkan tidak sesuai asalnya begitu sembrono alias ngawur karepe dewe.
Setelah diteliti lebih luas, kejadian tersebut juga terjadi di beberapa rak di sekitarnya. Banyak buku dengan nomor indeks yang letaknya tidak sesuai dengan katalog yang ada. Saya tidak tahu persis atas dasar apa hal ini bisa terjadi.
Dampaknya dari orang yang malas atau egois
Tindakan yang sepele itu tentu akan mempengaruhi kenyamanan di perpsutakaan. Kelalaian ini akan berdampak pada orang yang akan merasa kesulitan dan membuang buang waktu gara gara mencari buku yang diletakkan tidak semestinya.
Mengutip pepatah “Buku Adalah Jendela Dunia”, saya sangat bangga melihat teman teman yang suka membaca dan rajin pergi ke perpustakaan. Namun kebiasaan bobrok ini harus segera dimusnahkan. Malas dan bersikap egois menempatkan buku dengan semena mena.
Di sini karena kita sama-sama belajar melatih hidup disiplin serta bertanggung jawab, alangkah baiknya untuk menciptakan ruang belajar yang nyaman. Bersikap peduli terhadap sesama dengan berlatih menempatkan kembali buku sesuai klasifikasi yang sudah ada.
Novia Ulfa Isnaini,
Jember,
[email protected]
BACA JUGA Siapa Bilang Jadi Pengusaha Itu Nikmat?! Nih Saya Jelasin Kondisinya dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini