Omongan tetangga yang menyakitkan sarjana psikologiÂ
Belum lagi, warga sekitar di desa saya yang suka julid kepada orang lain hingga saya terkena imbasnya.Â
“Kuliah jauh-jauh, habisin uang, ujung-ujungnya hanya di rumah saja.”Â
Ada lagi yang bilang, “ngapain kuliah, kalau ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga.”
“Percuma kuliah, kalau pas sudah lulus tidak kelihatan hasilnya, buang-buang uang saja. Lebih baik setelah lulus sekolah bekerja, cari uang yang banyak, berhenti jadi beban keluarga”.Â
Sesungguhnya masih banyak lagi omongan tetangga yang bikin sakit telinga.Â
Sebagai sarjana psikologi saya pernah membaca sebuah buku yang isinya pada intinya seperti ini, “kita tidak bisa mengendalikan pikiran, perasaan, kehendak, maupun omongan orang lain. Yang bisa kita kendalikan adalah pikiran, perasaan, kehendak, dan cara kita menyampaikan pendapat.”Â
Maka dari itu, ketika ada orang lain yang menggunjing alangkah baiknya, mencerna dulu apakah hal itu termasuk kritik yang membangun, ataukah menjatuhkan mental kita. Kita sebagai manusia, hendaklah bisa membedakan mana omongan yang bisa kita terima maupun omongan yang lebih baik jika kita mengabaikannya.”
Annisa Khoiriyaturrosidah Margoyoso, Pati [email protected]
BACA JUGA Curhatan Ibu Rumah Tangga Lulusan Sarjana yang Tinggal di Desa dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini.