Menjadi satu-satunya anak di keluarga yang mengenyam bangku kuliah memang tidak mudah. Ekspektasi orang tua menjadi sangat besar. Perlahan, rasa bangga bisa masuk perguruan tinggi pudar terganti dengan beban. Apalagi ketika ibu saya ingin melihat anaknya wisuda, padahal saya masih semester 4.
Saya tidak langsung kesal. Saya menyadari ibu tidak pernah punya kesempatan masuk bangku kuliah. Memang sudah tugas saya untuk menjelaskan dan meyakinkan bahwa saya pasti akan wisuda suatu saat nanti.
Perjalanan saya bisa kuliah tidak mudah, terutama untuk meyakinkan kedua orang tua bahwa saya benar-benar serius ingin melanjutkan ke bangku kuliah. Pertama kali minta izin sama orang tua untuk kuliah, tidak langsung disetujui.
Sepengetahuan orang tua saya, biaya kuliah setiap semester bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta, belum lagi biaya hidupnya. Pengetahuan orang tua saya seputar dunia perkuliahan memang terbatas, mereka bekerja sebagai petani yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Latar belakang pendidikan orang tua saya memang kurang beruntung. Ayah hanya bersekolah sampai SD, sementara ibu tidak sekolah sama sekali karena tidak ada biaya biaya.
Belum lagi, di kampung halaman saya hanya ada beberapa orang saja yang melanjutkan kuliah. Sehingga pengetahuan para orang tua terhadap dunia perkuliahan tidak begitu luas.
Butuh waktu berbulan-bulan meyakinkan orang tua agar bisa kuliah
Butuh waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan orang tua bahwa ada kampus dengan biaya per semesternya sekitar Rp1 juta-an. Walau sulit mengumpulkan kepercayaan dari mereka, itu tidak menyurutkan semangat untuk membanggakan kedua orang tua dengan menjadi satu-satunya sarjana di keluarga.
Akhirnya di 2021 saya menjadi mahasiswa baru di salah satu kampus swasta di Sulawesi Selatan. Tidak pernah menyangka saya bisa menambah ilmu pengetahuan di bangku kuliah.
Semua pengalaman itu patut disyukuri, walau memang menjadi satu-satunya orang yang berkuliah di keluarga itu tidak mudah. Terkadang saya sedih dan bertanya-tanya, kenapa saya lahir di keluarga yang tidak berpendidikan tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan itu terkadang membuat saya lupa besarnya perjuangan mereka untuk bisa masuk ke perguruan tinggi. Seharusnya saya lebih bersyukur ya, walau penuh perjuangan saya masih bisa mengenyam bangku kuliah. Banyak sekali orang di luar sana yang ingin sekali kuliah, tetapi tidak bisa karena berbagai alasan.
Mirasari, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, [email protected]
BACA JUGA Pertanyaan Bab Skripsi itu Ranah Dosbing, Bukan Kalian!  dan keluh kesah lagi dari pembaca Mojok di Uneg-uneg.