Hidup di era globalisasi selalu memunculkan resiko untuk bertemu dengan gebrakan-gebrakan baru dari segala macam penjuru dunia. Mulai dari tren yang penting sampai tren yang gak penting. Mulai dari tren yang informatif sampai tren yang gak informatif. Mulai dari tren yang keren sampai tren yang abal-abal. Mulai dari tren yang bagus sampai tren yang biasa aja. Mulai dari tren yang masuk akal sampai tren yang gak masuk akal.
Sebagai perempuan, Gue dipaksa atau terpaksa melihat teman-teman kaum hawa mencoba-coba tren yang keperempuanan. Hasil dari coba-coba mereka selalu dipamerkan, baik langsung di depan Gue, atau sekadar dijadiin display picture terus nanya: “Gimana?”
Dari semua tren yang pernah disuguhin, ada tren-tren yang membuat otak gue jungkir balik untuk memahami konsepnya, yang sumpah demi apapun, sangat tidak bisa Gue mengerti. Berikut adalah yang bikin gak paham lagi.
Sulam Bibir
Pada awalnya Gue ngerasa bahwa sulam alis adalah hal terabsurd dalam dunia persolekan wajah. Dan begitu Gue mendengar ada yang namanya sulam bibir, gue lebih gak paham lagi. Menurut orang-orang, sulam bibir itu memperbagus bibir, mempertegas garis-garis bibir, semacam itu, gak beda jauh sama alasan sulam alis.
Lalu gue kepikiran, orang kalo sulam alis terus hasilnya keliatan bagusnya tuh enak dipujinya. Kalo orang sulam bibir terus hasilnya keliatan bagusnya tuh rada gak enak kalo dipuji, seakan-akan dia udah merhatiin bibir kita lama-lama.
Terus ngapain diperhatiin.
Kalo gak diperhatiin nanti dianya bilang, “Ih, lo gak sadar apa ada yang beda dari muka gue”.
Kan ngehek…
Fake Braces
Just why?
Syukur-syukur dikasih struktur gigi dan mulut yang bagus sehingga gak perlu treatment berjuta-juta bertahun-tahun. Tapi ya, mau diapain lagi. Tiba-tiba pengguna behel membludak (di sekitar gue waktu itu) kemudian ikutan membludakkan orang-orang yang mau pake behel.
Gak paham aja. Dan gak tahu cara memahaminya gimana.
Kasus ini mungkin sebelas-dua belas sama kacamata model hipster. Tapi bagi gue itu biasa aja. Karena dari sebelum kacamata hipster menjadi sesuatu yang in, Gue udah suka.
Kerudung Punuk Unta
Mungkin di Indonesia ini udah menjadi hal yang biasa, tapi ternyata di luar sana ini adalah hal yang wah banget. Gue ngerti sebenernya, karena mungkin di luar Indonesia yang negara minoritas muslim gak punya edukasi mengenai bahwa di balik hijab itu perempuan tetap punya rambut. Jadi hadirlah si punuk unta di balik hijab kita yang menunjukkan bahwa kita punya rambut.
Tapi yang gue gak ngerti adalah ada ciput punuk unta. Masalahnya buat gue adalah kalo emang kita mau pamer punuk unta, ya panjanginlah rambut kita biar punuk untanya natural. Ini sampe ada ciputnya.
Rok Span
((Habis ini gue dihujat sama temen-temen gue yang pake, tapi bodo amat))
Gue berusaha memahami rok span karena itu adalah tren buat orang-orang seumur Gue. Berusaha membela karena seharusnya Gue punya kemengertian karena Gue seumuran. Tapi entah mengapa, semakin Gue berusaha, Gue semakin gak ngerti.
Kalau di kalangan Gue mungkin ini sebagai simbol rebel. Karena angkatan Gue peraturannya lebih ketat dari angkatan di atas Gue. Sumpah, Gue gak bisa nulis lebih panjang lagi. Karena ini adalah tren yang tiga tahun Gue saksikan dan sampai Gue lulus pun Gue gak bisa paham sekalipun Gue mencoba berkali-kali untuk memahami.
Rainbow Highlighter
Put rainbow in everything and it will become a trend.
Udah itu aja argumen gue. Gue bingung apakah gue gak paham karena pelangi adalah hal yang sangat in sampe segala macam hal dibuat pelangi, atau sebenarnya si highlighter ini adalah produk pelangi pertama tapi keeksposnya tuh jauh setelah tren pelangi-pelangi pertama.
Kemudian dengan adanya tren ini rasanya gue jadi pengen menyumbang gombalan.
“Kemarin aku liat pelangi bagus banget deh.”
“Di mana?”
“Di pipi kamu.”