ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Thrift Shop: Awul-awul Fancy yang Sok Ramah Lingkungan dan Ilegal

Promosi thrift shop ya promosi aja, baju bekas ya bekas aja. Nggak usah diromantisasi sebagai kegiatan ramah lingkungan gitu dong.

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
20 Desember 2021
0
A A
ilustrasi Thrift Shop: Awul-awul Fancy yang Sok Ramah Lingkungan dan baju bekas Ilegal mojok.co

ilustrasi Thrift Shop: Awul-awul Fancy yang Sok Ramah Lingkungan dan Ilegal mojok.co

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Thrift shop adalah tren jual beli baju bekas yang belakangan ini digandrungi anak muda. Tapi, semakin lama kok embel-embelnya yang ramah lingkungan itu ngaco sih.

Tren fashion baju bekas kini diberi nama fancy biar seolah-olah tampak Jaksel, thrift shop. Nama kegiatan saat beli-beli baju bekas ini pun berubah jadi kegiatan thrifting. Padahal, warlok Jogja bisa menyebut kegiatan ini sebagai ngawul alias belanja baju awul-awul. Ada juga yang menyebutnya sebagai “babebo” yang merupakan kependekan dari baju bekas bos.

Format jual beli baju bekas ini sebetulnya sudah lama ada di Indonesia. Dari saya TK juga udah ada yang jual. Berhubung saat ini yang jual anak muda dan konon baju-bajunya lebih berkualitas, akhirnya namanya diganti jadi thrift shop.

FYI aja nih, salah satu Redaktur Mojok, Audian Laili, bahkan punya pengalaman konyol tentang cerita babebo di masa kecilnya dulu. Mentang-mentang babebo dijual begitu serampangan, kadang ada yang nemu emas di saku-saku baju bekas. Tapi, tak jarang juga yang nemu ular sebagai surprise tiada tanding.

Ayah dan ibu saya menyebut thrift shop sebagai “rombengan”. Keluarga saya bukan tipe yang telaten ngulik baju bekas sampai nemu tren fashion hidden gem dari ngobrak-abrik tumpukan kain. Tapi, sejak dulu saya paham betul eksistensi thrift shop.

Dulu, beli baju bekas per biji hanya Rp5 ribu. Iya, goceng. Kalau dapat baju yang bahannya agak tebal, misal kain beludru yang masih baik atau jaket corduroy oke punya, harganya berkisar Rp10-15 ribu. Tidak peduli apa merknya.

Betapa gondoknya saya karena kadang-kadang bocah zaman sekarang menjual baju bekas seharga baju baru lokal, ratusan ribu rupiah. Mereka beralasan barang yang dijual langka dan berharga, baju bekas yang masih berkualitas, mereknya fancy pula. Ah, tapi siapa yang bisa menjanjikan, baju bekas tetaplah bekas pakai, preloved.

Saya pikir melakukan kegiatan thrifting dengan alasan berhemat itu kelewat klise untuk sekarang. Jika pilih hemat, Anda harusnya nggak sering-sering beli baju atau saling tukar saja dengan kawan. Beli baju bekas bermerek mahal, berkualitas, dan mahal dari segi ekonomi ya sama aja pemborosan.

Bila harga baju-baju di thrift shop tergolong mahal, sebetulnya masih bisa termaafkan walau sulit. Toh, beli baju bekas bukanlah sebuah kewajiban. Tapi, belakangan banyak antek pro thrift shop yang bawa isu-isu lingkungan terkait kegiatan mereka.

Jualan baju bekas dianggap menekan konsumsi fast fashion, memperpanjang usia penggunaan barang, sekaligus mengurangi limbah kain. Sebentar… kayaknya masalah ini nggak bisa dilihat dari satu sisi. Jangan-jangan “ramah lingkungan” itu hanya embel-embel promosi yang tujuan akhirnya bisnis lagi bisnis lagi. Klasik.

Thrift shop pada dasarnya ilegal

Thrift shop di Indonesia menjual barang-barang impor, limbah pakaian dari luar negeri yang dikirim berkarung-karung ke Indonesia.

Kalau melihat regulasinya, jelas. Impor baju bekal itu ilegal sesuai dengan Permendag Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015. Tapi, namanya juga negara Wakanda, semua yang ilegal bisa terasa legal di lapangan berkat backingan berbagai pihak.

Justru, lebih aman jika orang-orang berbisnis thrift shop dalam negeri. Baju bekas pakai orang-orang Indonesia sendiri. Ya tapi, gimana lagi. Kita sudah biasa menerapkan siklus yang lebih paten dan ramah lingkungan. Beli baju yang dipakai buat pergi-pergi, dipakai buat tidur sampai bolong-bolong, jadi lap dapur kemudian.

Ramah lingkungan, tapi mengimpor “calon limbah” baru

Gini aja deh, jika embel-embel ramah lingkungan itu benar-benar mau dipakai buat mendukung penjualan baju bekas, kita perlu persempit perspektifnya.

Pada dasarnya thrift shop populer di zaman Abang Kurt Cobain berjaya. Baju sobek-sobek, bolong, kedodoran, sampai desain kaos lawas memang populer lagi di Amerika semenjak grup band Nirvana jadi kiblat anak muda. Ini bagus buat perekonomian dan tujuan ramah lingkungan di Amerika. 

Kesenangan thrifting menekan konsumsi fast fashion dan menumbuhkan gelora reuse, menambah panjang umur pakaian. Sayangnya, kalau baju-baju bekas dari luar negeri diimpor ke Indonesia, ujungnya justru menambah limbah dong, Cintaaa.

Lha, konsumen di negara pengimpor tetap beli baju-baju fast fashion, begitu pula dengan kita. Ada kampanye beli baju di thrift shop, tapi nggak ada kampanye menekan konsumsi belanja baju. 

Jumlah limbah pakaian di negara kita dengan mudah bertambah. Industri baju bekas luar negeri menemukan “tempat sampah” baru untuk menyalurkan limbah dari sana. Lagi-lagi bisnis ini di Indonesia, punya misi demi cuan, bukan demi lingkungan.

Jadi, embel-embel ramah lingkungan yang dicanangkan lewat thrift shop itu masih sekadar nilai utopis yang secara aturan pun ilegal. Meromantisasi kegiatan ini demi kelancaran bisnis itu nggak asyik. Setidaknya nggak usah bawa-bawa isu lingkungan yang seolah luhur itu. Konsumtif ya konsumtif aja.

BACA JUGA Memilih Uniqlo ketika Pujha Fashion Mengubah Kultur Thrifting atau Ngawul di Yogyakarta dan artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 20 Desember 2021 oleh

Tags: awul-awulbabebobaju bekasbarang imporbisnisfashionfast fashionthrift shopthrofting
Iklan
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Ninja Xpress Bantu UKM Tumbuh dengan Affiliate Marketing MOJOK.CO
Ragam

UKM Daerah Makin Profit karena Pakai Affiliate Marketing Bareng Ninja Xpress, Awalnya Bisnis Kecil-kecilan Kini Makin Banyak Cuan

27 Juni 2024
Es Teh Ginastel, Bisnis Minuman yang Cuannya Nggak Sesederhana Booth-nya, 300 Ribu Sehari Itu Enteng!
Ragam

Es Teh Ginastel, Bisnis Minuman yang Cuannya Nggak Sesederhana Booth-nya, 300 Ribu Sehari Itu Enteng!

18 Mei 2024
Tips dan Trik agar Toko Kelontong Bisa Makin Cuan dari Pelaku Toko Kelontong di Sleman: Kalau Mau Berhasil, Tiru Indomaret!
Liputan

Tips dan Trik agar Toko Kelontong Bisa Makin Cuan dari Pelaku Toko Kelontong di Sleman: Kalau Mau Berhasil, Tiru Indomaret!

5 Mei 2024
Jadi Pengusaha Muda, Ini 4 Bisnis Gibran Rakabuming yang Bangkrut MOJOK.CO
Kotak Suara

Jadi Pengusaha Muda, Ini 4 Bisnis Gibran Rakabuming yang Bangkrut

24 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Nemo dan Animal Hope Shelter Mojok.co

Kisah Anjing Setia dari Erupsi Semeru, Mirip Hachiko Jepang

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mall di Malang Bikin Syok Orang Surabaya karena Ngaca di Toilet Saja Bayar dan Pelit Tisu, Kalah sama Indomaret.MOJOK.CO

Mall di Malang Bikin Syok Orang Surabaya karena Ngaca di Toilet Saja Bayar dan Pelit Tisu, Kalah sama Indomaret

15 Mei 2025
Sulitnya Pegawai Pinjol Menjelaskan ke Tetangga tentang Pekerjaannya: Ngaku Kerja di Bank hingga Jadi Sasaran Pinjam Uang.MOJOK.CO

Sulitnya Pegawai Pinjol Menjelaskan ke Orang Tua soal Pekerjaannya: Ngaku Kerja di Bank hingga Jadi Sasaran Pinjam Uang Tetangga

16 Mei 2025
Perjalanan biksu Thudong dari Thailand ke Candi Borobudur. MOJOK.CO

Cerita Seorang Muslim Ikut Menyambut Biksu Thudong di Candi Borobudur, Seperti Melihat Kyai Melaksanakan Ibadah Haji

15 Mei 2025
Cak Nun dan Komunitas Maiyah: Ruang Belajar dan Harapan yang Tak Pernah Padam | Semenjana Eps. 13

Cak Nun dan Komunitas Maiyah: Ruang Belajar dan Harapan yang Tak Pernah Padam | Semenjana Eps. 13

12 Mei 2025
Sinar Jaya Suite Class, Sleeper Bus yang Bikin Saya Menyesal MOJOK.CO

Setelah Tidak Pernah Naik Bus, kini Saya Menyesal Mencoba Naik Sleeper Bus Sinar Jaya Suite Class

14 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.