Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Ulasan Bacaan

Tragedi Mojok dan Upaya Mencegah Umat Manusia Menjadi Mutan

Sabda Armandio oleh Sabda Armandio
1 Juni 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lebih dari 20 tahun lalu, Art Spiegelman menerbitkan mahakarya yang kemudian mengubah pandangan orang mengenai komik: Maus. Sebagai komik, ia tidak hanya dibaca sambil mojok atau mengupil atau tidur-tiduran sampai ketiduran, tetapi juga didiskusikan secara serius di dalam kelas.

Lalu dimulailah era komik-komik autobiografis: Persepolis, Diary of Teenage Girl, dan seterusnya.

Maus tidak lahir begitu saja. Proses yang melatarbelakangi komik itu bahkan lebih ruwet daripada kelahiran anak gajah; (saya Perth nonton video gajah melahirkan dan itu kelahiran teruwet yang pernah saya saksikan) perlu pembantaian, pengusiran, trauma, dan hal-hal menyakitkan yang dibayangkan saja sudah bikin nyeri: Holokaus.

Di tahun 1938 terbit sebuah komik seharga sepuluh sen. 78 tahun embel-embel ‘Komik paling penting yang pernah diterbitkan’ membuat komik itu terjual seharga 956 ribu dolar. Komik itu, Action Comics No. 1, menceritakan Clark Kent dan Lois Lane, dan Petualangan Pak Superman. Kesuksesan Pak Superman kala itu mendorong berkembangnya komik-komik manusia misterius yang kemudian lebih dikenal dengan istilah ‘pahlawan super’. Dari Kapten Amerika hingga Manusia Plastik, dari Manusia Laba-laba hingga Manusia Ikan. Kelahiran dan tren pahlawan super ini pun tak lepas dari hal menyakitkan. Perang Dunia 2.

Seperti media-media di Amerika tahun 40-an, komik-komik pun dipenuhi propaganda. Ketika perang berakhir, pahlawan-pahlawan super-yang-misterius-tapi-nga-misterius-misterius-amat ini pun sekarat. Hingga 1950 hanya sedikit yang bertahan, salah satunya tentu yang paling (((anjeeeng))): Captain Marvel-nya C.C. Beck, yang kini sudah dilupakan banyak orang. Barangkali perlu perang lain untuk bikin Captain Marvel diingat lagi.

Bahkan komik fiksi ilmiah dan komik-komik antropomorfis (semoga Stan Sakai masuk surga karena telah menciptakan Usagi Yojimbo), tak muncul dan mendapat tempat begitu saja, mereka mesti berdiri di atas mayat-mayat pahlawan super yang tak laku.

Itu di Eropa dan Amerika, sekarang kita ke Asia.

Film dan komik Osamu Tezuka banyak membahas tema-tema luhur, seperti, cara mengatasi kesedihan, dan gagasan bahwa alam dengan segala keindahannya bisa dirusak oleh hasrat ingin memiliki yang menempel pada manusia. Tema lain yang sering digarap Tezuka antara lain kesepian (kehilangan orangtua, terpisah dari keluarga) dan bagaimana tokoh utama mesti bertahan dengan caranya sendiri, misalnya, Little Wansa. Atau cara mengatasi kesepian dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti di Astro Boy.

Tetangga Tezuka, Hayao Miyazaki—yang kartunnya disukai banyak orang itu, juga tak jauh berbeda dengan Tezuka; berbicara banyak soal kehilangan. Di pembukaan Nausicaä of the Valley of the Wind, sang narator mendeskripsikan keganjilan yang terjadi akibat kesalahan manusia.

Tahun-tahun pasca-perang, Jepang tumbuh sebagai negara super haibat, baik ekonomi maupun teknologi (10 dari 10 anak muda yang saya tanyai di kantor ingin mengunjungi Jepang, ke kota mana pun~) tetapi dari karya-karya Tezuka dan Miyazaki (kita ambil dua saja, yha, di samping Akira dan Barefoot Gen) tampak jelas bahwa semaju apa pun teknologi di sana, seenak apa pun kita melihatnya sebagai tetangga, kemajuan teknologi tak sanggup menggantikan relasi antar-manusia.

Dan pemikiran seperti ini mustahil lahir tanpa sebab. Efek setelah nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki menyisakan kenangan pahit: anak-anak yatim piatu, bayi-bayi lahir tidak normal, bertahan hidup di bawah bayang-bayang radiasi nuklir, dan usaha-usaha memulihkan trauma. Tak heran Miyazaki gemar membuat karakter gadis independen, yang memecahkan masalah tanpa campur tangan orang dewasa; dan kartun seperti Grave of the Fireflies bikin Arman Dhani menangys~

Miyazaki dan Tezuka kecil menyaksikan kehancuran negeri mereka.

Saya membayangkan, Mojok, setelah bosan merokok dan ngopi dan putus asa melihat kelakuan netizen (dari yang tadinya sangat lucu sampai bermutasi menjadi makhluk berkaki delapan yang keluar dari lumpur Lapindo sehingga baik wajah maupun sikapnya merupakan cetak biru dari Pak Jenglot), memutuskan untuk membeli tali rafia di warung terdekat. Mojok gantung diri.

Namun pilihannya menggunakan tali rafia adalah cerminan dari keyakinannya yang masih separuh. Jelas-jelas penggemar Mojok banyak (dan saya bukan salah satunya), dan situswebnya sudah lebih berat dari dirinya sendiri.

Iklan

Alhasil tali rafia putus dan Mojok cuma tersengal-sengal di lantai, memikirkan segelas air putih sambil berusaha bernapas.

Sebuah tragedi, dengan cara-cara aneh, melahirkan produk yang asyik dan di sisi lain memelihara kewarasan penikmatnya. Semoga tragedi bunuh-diri-yang-gagal bisa bikin Mojok melahirkan produk-produk seperti yang saya ceritakan dari awal, yang bukan cuma bisa men-tahi-anjing-kan kesedihan, tetapi juga mencegah umat manusia menjadi mutan terlalu cepat.

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2021 oleh

Tags: Art SpiegelmanAstro BoyHayao MiyazakiLittle WansaMojokOsamu TezukaStan SakaiUsagi Yojimbo
Sabda Armandio

Sabda Armandio

Artikel Terkait

Purwokerto Tidak Istimewa, tapi Nyaman Melebihi Jogja MOJOK.CO
Esai

Pandji Benar. Purwokerto Memang Tidak Istimewa, Tapi Lebih Nyaman Ketimbang Jogja

21 Juni 2024
Jejak Angkringan Dari Masa ke Masa, Jadi Andalan Warga Jogja, Solo, hingga Klaten
Video

Jejak Angkringan Dari Masa ke Masa, Jadi Andalan Warga Jogja, Solo, hingga Klaten

16 April 2024
Putcast Edisi Jeda: Kepala Suku Mojok Sedang Bosan Ngomongin Politik…
Video

Putcast Edisi Jeda: Kepala Suku Mojok Sedang Bosan Ngomongin Politik

27 Juli 2023
Wisnu Prasetya: Netralitas Media Cuma Ilusi Belaka!
Video

Wisnu Prasetya: Netralitas Media Cuma Ilusi Belaka!

9 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.