Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Wacana Pindah Ibu Kota di Tengah Tekanan Bisnis Sawit dan Batu Bara

Tarli Nugroho oleh Tarli Nugroho
28 Agustus 2019
A A
batu bara

batu bara

Share on FacebookShare on Twitter

Tren penurunan harga-harga komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia kian mendatangkan dampak nyata. Ketidakpastian ekonomi global dan dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina kian menekan harga komoditas andalan ekspor kita, khususnya sawit dan batu bara.

Dua bulan lalu, lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service menyatakan meski mayoritas perusahaan Indonesia menunjukkan tren kredit yang stabil dalam satu atau satu setengah tahun ke depan, tapi mereka menyebut ada sektor-sektor terkait komoditas tertentu yang bakal menghadapi tekanan. Dua komoditas yang disebut adalah batu bara dan sawit. Moody’s menyebut bahwa tekanan harga batubara dapat menyebabkan rasio kemampuan membayar utang dan membayar bunga utang perusahaan melemah. Kondisi yang sama terjadi pada minyak sawit yang juga terus mengalami tekanan harga.

Perlambatan ekonomi global memang telah membuat harga batu bara terus tertekan. Di sisi lain, Cina terus menggenjot tambang batu baranya. Sepanjang semester pertama 2019, misalnya, produksi batu bara Cina mencapai 1,76 miliar ton, naik 2,6 persen dibanding produksi tahun lalu. Sebagai catatan, pada 2018 lalu produksi batu bara Cina mencapai 3,55 miliar ton, juga naik 5,2 persen dibanding 2017. Kenaikan terus menerus produksi batu bara Cina ini kian menekan harga batu bara secara global.

Sebagai salah satu produsen batu bara, Cina sebenarnya tak berkepentingan harga batu bara di pasar dunia terus jatuh. Itu sebabnya, pada tahun-tahun sebelumnya Cina berusaha mengintervensi pasar dunia melalui penetapan kuota impor yang besar guna menyerap suplai berlebih. Tujuannya tentu saja agar harga batu bara tidak jatuh, yang tentunya akan merugikan para pengusaha mereka.

Namun, di tengah perang dagang dan perang mata uang yang kian sengit, kebijakan bank sentral Cina untuk mendepresiasi Yuan tentunya akan membuat kebijakan impor batu bara besar-besaran tak lagi mudah dilakukan Cina. Intervensi pasar semacam itu kini jelas mahal harganya.

Di sisi lain, relokasi pabrik-pabrik manufaktur dari Cina juga telah mendorong berkurangnya permintaan batu bara di sana. Sebagai catatan, ada lebih dari 50 perusahaan multinasional yang telah dan tengah memindahkan sebagian kegiatan manufakturnya dari Cina, seperti HP, Dell, Sharp, Apple, Microsoft, dan lain-lain. Efeknya kini sudah terasa. Tahun ini penjualan batu bara Indonesia ke Cina turun 14,2 persen dibanding tahun 2018 lalu.

Ketidakpastian bisnis batu bara ini telah berimbas pada jaminan pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan. Itu sebabnya Moody’s Investors Service memberi catatan terhadap perusahaan-perusahaan yang berbisnis komoditas ini.

Tekanan serupa juga dialami oleh industri sawit Indonesia. Penyebabnya, melemahnya permintaan global, perang dagang, dan kelebihan produksi. Dalam beberapa tahun terakhir banyak pengusaha sawit mengakui bahwa industri sawit saat ini tengah berada di ujung senja. Bisnis ini kian penuh tekanan, berbeda dengan kondisi dua puluh atau dua puluh lima tahun silam. Harga sawit secara global juga terus menerus merosot

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Sampai pertengahan 2019 ini, misalnya, harga minyak sawit mentah (CPO) terus tertekan hingga ke titik terendah sejak 2011. Gejala penurunan harga sebenarnya sudah bisa diprediksi. Setelah berakhirnya era booming komoditas, yang ditandai oleh turunnya permintaan global akibat dari pelemahan ekonomi, satu per satu harga komoditas andalan ekspor kita berguguran.

Di tengah tren penurunan tersebut, restriksi perdagangan yang kini diterapkan Uni Eropa cukup jelas kian membuat kita kalang kabut. Mereka melarang produk sawit Indonesia masuk, padahal Eropa mengimpor sekitar 5 juta ton sawit Indonesia. Jika produk sawit benar-benar dilarang masuk ke Eropa, harga sawit Indonesia akan kian jatuh.

Masalahnya, restriksi perdagangan bukan hanya datang dari Eropa saja. Produk sawit kita bahkan menghadapi hambatan tarif di mana-mana. Amerika Serikat, misalnya, menerapkan bea masuk tinggi terhadap produk biodiesel sawit dari Indonesia. India juga melakukan hal sama. Mereka menaikkan bea masuk CPO dan produk turunannya jauh lebih tinggi dari produk serupa asal Malaysia. Tak tanggung-tanggung, India memberlakukan kenaikan tarif bea masuk CPO hingga batas maksimum, yaitu 54 persen.

Celakanya, pada saat yang sama produksi minyak sawit kita justru terus meningkat. Pada 2018, misalnya, berdasarkan data BPS, total produksi sawit kita mencapai 47 juta ton. Peningkatan produksi ini adalah imbas dari maraknya pembukaan lahan perkebunan sawit dalam satu dekade terakhir. Padahal, dari jumlah produksi tadi, sekitar 12 persennya sudah pasti tak akan bisa diserap oleh pasar. Inilah yang membuat sejumlah pengusaha sawit mengakui jika bisnis ini tengah berada di ujung senja.

Semua ini masih belum memperhitungkan tumbuhnya perkebunan sawit di Afrika yang dalam dua atau tiga tahun ke depan akan segera berproduksi. Jika produksi sawit Afrika masuk ke pasar dunia, tekanan terhadap harga sawit tentu akan kian menjadi.

Sebagaimana hal yang terjadi dalam bisnis batu bara, ketidakpastian bisnis dalam industri sawit ini juga telah berimbas pada jaminan pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan. Tanpa strategi dagang dari pemerintah, komoditas ini akan mengikuti jejak senja kala bekas komoditas-komoditas andalan kita lainnya, seperti cengkeh, pala, atau karet, yang pernah jadi anak emas pada zamannya namun kini merana.

Sayangnya, sulit bagi Pemerintah untuk menolong pelaku usaha pertambangan dan sawit. Tak berkembangnya industri manufaktur di dalam negeri telah membuat pasar domestik sulit diandalkan untuk menggantikan ekspor. Sejak krisis 1997/1998, bisa dikatakan kita telah meninggalkan industri manufaktur.

Dalam bisnis sawit, misalnya, Indonesia gagal mengembangkan industrialisasi sawit dan terjebak hanya menjadi pengekspor bahan mentah saja. Akibatnya, kita hanya jadi tukang tanam. Paling banter, kita baru membangun industri hulu yang menghasilkan CPO, belum bisa membangun industri hilir yang bernilai tambah tinggi.

Tapi, Pemerintah tentu tak akan membiarkan para pengusaha bisnis batu bara dan sawit di tanah air jatuh terjerat utang dan gagal bayar. Mereka harus ditolong. Salah satunya mungkin dengan cara memindahkan ibu kota. Dengan rencana pemindahan ibu kota, para pengusaha itu kini bisa menyusun proposal bisnis baru.

Bahkan, bukan hanya pengusaha batu bara dan sawit yang akan tertolong, beberapa pengusaha properti besar yang peringkat utangnya kini tengah melorot juga bisa mendapat suntikan nafas baru. Dan tak ada yang ganjil dengan semua itu. Bukankah sudah menjadi tugas Pemerintah untuk menolong rakyatnya yang sedang kesusahan?!

Entahlah. Barangkali ini hanya pikiran usil saya yang sedang ngantuk saja. Hoahmmm…(*)

 

BACA JUGA Mengkhawatirkan Flora dan Fauna Jika Ibu Kota Pindah ke Kalimantan atau tulisan Tarli Nugroho lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Januari 2022 oleh

Tags: batu barachinaIndonesiapersaingan dagangpindah ibu kota
Tarli Nugroho

Tarli Nugroho

Staf Khusus Wakil Ketua DPR RI 2014-2019

ArtikelTerkait

jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Iwan Bule, Ketua PSSI Terbaik Sepanjang Masa

30 Desember 2020
basa-basi

Basa-Basi Orang Indonesia yang Bikin Keki

7 Juli 2019
10 Lagu tentang Selingkuh yang Pernah Populer di Indonesia Terminal Mojok

10 Lagu Bertema Selingkuh yang Pernah Populer di Indonesia

23 Juni 2022
Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria Terminal Mojok

Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria

10 Desember 2022
Kapan Indonesia Jadi Negara Ramah Anjing?

Kapan Indonesia Jadi Negara Ramah Anjing?

5 Juli 2023
4 Tempat Wisata yang Cocok untuk Konser BTS di Indonesia terminal mojok

Rekomendasi Tempat Wisata yang Cocok untuk Konser BTS di Indonesia

3 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.