Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Tipe Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
24 Maret 2020
A A
Tipikal Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya
Share on FacebookShare on Twitter

Membuat sebuah karya apa pun itu pasti ada yang nggak suka dan ada yang suka. Ada fans ada pula haters. Begitu pula dengan menulis, apalagi menulis di Terminal Mojok. Menulis di sini mungkin bagi sebagian kecil orang merupakan idaman, maka dari itu mereka berlomba-lomba untuk lolos.

Tetapi yang perlu dipahami adalah menulis di Terminal Mojok juga termasuk ke dalam kategori karya. Maka dari itu, apa yang saya utarakan di atas masih berlaku. Sebagai penulis, tentu harus bisa menerima kritik, saran, dan kalau perlu ujaran kebencian dari para pembacanya. Jika diibaratkan rantai makanan, penulis itu berada di rantai paling bawah. Kemudian di atasnya ada editor atau redaktur, dan di atasnya lagi ada komentator.

Begitu pula ketika saya memutuskan buat nulis di Terminal Mojok. Meski belum sesukses Mas Seto atau seasyik Mas Gusti Aditya dalam menulis di kanal yang identik dengan warna kuning—untung nggak dibilang media Golkar— itu, tetapi saya sudah beberapa kali membaca komentar di sana. Baik yang mengomentari tulisan penulis lain maupun tulisan saya. Ya, saya juga merasakan bagaimana tulisan saya dicaci maki abis oleh para komentator itu.

Setelah sharing sama penulis lain, ternyata memang komentator tulisan di Terminal Mojok ini memiliki keunikan tersendiri. Mereka ini tersaring dari jutaan netizen yang menyempatkan diri membaca artikel di kanal ini. Saking uniknya, saya akhirnya melakukan observasi kecil-kecilan untuk menemukan tipikal tukang komen tulisan Terminal Mojok. Serta bagaimana harusnya penulis menanggapinya.

Pertama: Pembaca Judul

Setiap artikel yang dimuat di Terminal Mojok bakalan dibagikan juga melalui seluruh akun media sosial mojok. Facebook, Instagram, sampe Twitter. Khusus tulisan Terminal Mojok, saya sering mendapati dibagikan di Facebook dan Twitter saja. Alhasil belum juga masuk ke laman Terminal Mojok, sudah ada yang komentar.

Belum genap lima menit artikel di-share, langsung ada yang komentar. Menohok lagi komentarnya. Warganet jenis ini, setelah saya amati ternyata hanya membaca judulnya saja. Mereka menyamakan Terminal Mojok sama Tribunnews yang baru baca judulnya saja menimbulkan emosi. Ini Mojok woy! Kelasnya beda, dong. Dalam menghadapi tipikal komentator semacam ini, saya sarankan setiap penulis membagikan link tulisannya lagi di reply. Biar puas!

Kedua: Ahli Agama

Selayaknya netizen pada umumnya, mereka yang berkomentar di setiap tulisan Terminal Mojok saya amati pun sudah menjelma menjadi ahli agama. Tingkatannya bukan ustaz lagi, sudah syekh. Mau menanggapi tulisan saja pakai hadis segala.

Apalagi syekh-net (syekh yang cuma ngomong di internet) ini suka membanding-bandingkan aliran. Bahkan tak jarang menuding penulis sesat. Nggak ngerti agama, dan seringnya disuruh belajar lagi. Banyak cara untuk menanggapi komentator semacam ini.

Baca Juga:

Iseng Ikut Kelas Menulis Terminal Mojok, TernyataLebih Berbobot daripada Mata Kuliah di Kampus

Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Justru Jarang Jadi Penulis?

Yang pasti teman-teman penulis bisa dengan me-like komentar itu. Iya, like. Manfaatkanlah tombol jempol ke atas. Menyukai komentar bukan berarti sepakat dengan komentarnya loh ya. Itu seperti tanda apresiasi kita sebagai penulis karena tulisannya telah beliau baca. Entah membaca seutuhnya atau judulnya saja. Siapa tahu dengan itu, mereka di sana tersenyum-senyum sendiri. Membuat orang lain senyum kan baik juga.

Ketiga: Tukang Dark Jokes

Kamu kenal Coki Pardede? Itu loh yang senang bikin dark jokes atau komedi gelap. Ternyata di antara komentator Terminal Mojok juga banyak loh yang punya bakat kayak Bang Coki. Bahkan jokes-nya lebih dark, saking gelapnya sampai nggak kelihatan di mana lucunya.

Simpel banget menanggapi komentator macam begini. Sebagai penulis, saya malah paling senang dibuatkan dark jokes dari tulisan saya. Bolehlah sesekali membalasnya dengan emotikon tertawa yang ada air matanya itu. Atau kalau sedang semangat-semangatnya ngetik, balas menggunakan “HAHAHAHA” dan semoga dia bangga sudah numpang melucu dan bisa bikin penulis tertawa di kolom komentar.

Keempat: Akademisi

Tulisan saya soal banyaknya tugas itu nggak disangka mendapat komentar yang lumayan banyak. Saya sebagai penulis bolehlah bangga sedikit. Apalagi karena banyak yang komen tulisan saya jadi trending. Di samping itu saya sebenarnya takut juga, sih.

Gimana nggak takut? Yang komen itu kelihatan akademis semua. Nggak tahu deh, dia itu guru, dosen, mahasiswa, atau malah siswa. Dibaca dari komentarnya sih, bisa masuk dalam kategori orang berpendidikan. Susah menanggapi warganet macam akademisi ini.

Barangkali kalau mau diladeni bisa membalasnya lewat argumentasi dengan teori yang rada ndakik-ndakik. Atau jika nggak mau ribet ya tinggal minta maaf saja. Bisa nulis gini: “Maaf saya nggak bisa memenuhi teori anda, sebaiknya saya belajar lagi.” Lagian, heran deh, kalau nggak sepakat sama tulisannya bikin tulisan tandingan kan lebih bagus.

Jadi, bisa kelihatan sedikit akademis gitu. Kalau cuma komentar mah semua orang bisa. Tunggu dulu, apakah para akademisi semacam ini bakalan beranggapan tulisan di Terminal Mojok adalah produk literasi? Coba aja nulis dulu, siapa tahu bakal dilolosin tulisannya.

Kelima: Ahli Misuh

Dari semua tipikal komentator, menurut saya tipe terakhir ini yang paling keren. Sangat mencerminkan netizen Indonesia. Komentator yang hobinya misuh di kolom komentar Terminal Mojok hampir selalu ada. Kayaknya mereka ini banyak yang membelah diri.

Tulisan saya juga beberapa kali di-pisuhi sama mereka. Ada yang bilang saya sedang berak bukan menulis, atau semacamnya. Tulisan dari penulis lain pun sama. Komentar sejenis ini lebih baik didiamkan saja, kalau bisa dikasih formalin biar beku tuh jari nggak bisa misuh lagi. Mau diladeni pun percuma, bukannya adem malah tambah mangkel.

Udah ah, semoga nggak ada yang bilang menggeneralisir. Karena mau bagaimana tipikal tukang komen, penulis Terminal Mojok nggak bakalan kapok buat nulis. Semakin dikomentari, penulisnya malah semakin menggila buat nulis. Jadi komentator tipe apa pun yang komen malah jadi bahan bakar buat nulis. Hahaha.

BACA JUGA Tantangan Penulis Pemula Melawan Penulis Berprivilese Ketenaran atau tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 November 2021 oleh

Tags: komentatorPenulisTerminal Mojok
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

artikel ramalan zodiak dibikin dengan cara mengarang bebas mojok.co

Jangan Kaget, Artikel Ramalan Zodiak Emang Sering Ditulis sambil Ngarang Bebas kok

26 Agustus 2020
Nggak Selamanya Orang yang Hobi Nulis Itu Lancar Ngerjain Skripsi terminal mojok.co

Menulis kok buat Dapat Honor? Aneh!

1 Desember 2020
Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula saat Menulis Esai untuk Media Online Terminal Mojok

Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula Saat Menulis Esai untuk Media Online?

1 Desember 2020
Mojok Itu Bukan Hanya Media, tapi Juga Sebuah Sekte

Mojok Itu Bukan Hanya Media, tapi Juga Sebuah Sekte

28 Maret 2020
Derita Mahasiswa yang Masuk Jurusan Sastra Indonesia sebagai Pilihan Kedua, Selalu Dipandang Sebelah Mata Mojok.co

Lulusan Sastra Indonesia Dianggap Susah Dapat Kerja? Ah, Nggak Juga, kok

25 Juli 2024
bung valen jebret simajuntak gerakanmutemassal mojok

Ramai-ramai #GerakanMuteNasional untuk Bung Valen ‘Jebret’ Simanjuntak, Salah Siapa?

14 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.