Sudahi tren AI ubah foto ala Ghibli ini. Jangan sampai wajahmu berubah jadi karakter anime, tapi etika dan moralmu malah menghilang.
Kamu pasti pernah melihat foto temanmu di media sosial berubah jadi ala-ala karakter anime Ghibli, lengkap dengan pipi merona, mata besar berbinar, dan latar belakang ala desa-desa Jepang yang syahdu. Mungkin kamu juga tergoda, lalu buru-buru unggah foto diri, berharap berubah jadi sosok protagonis dalam dunia Hayao Miyazaki.
Akan tetapi sebelum kamu ikut-ikutan, mari kita duduk sebentar, minum teh, dan berpikir jernih. Kamu tahu nggak kalau tren ini sebenarnya bermasalah?
Daftar Isi
AI, Ghibli, dan hak cipta yang diinjak-injak
Pertama, mari kita luruskan satu hal, Studio Ghibli nggak pernah mengizinkan karyanya digunakan untuk model AI. Jadi, kalau ada AI yang bisa mengubah fotomu jadi “Ghibli-style,” itu artinya AI tersebut belajar dari karya-karya Ghibli tanpa izin.
Bahasa sederhananya, AI ini seperti anak bandel yang diam-diam masuk ke gudang rahasia Ghibli, mencuri berbagai ilustrasi, lalu kabur dan memamerkan hasilnya ke internet. Mungkin terdengar keren, tapi itu melanggar hak cipta, Bro!
Studio Ghibli sendiri dikenal sangat menjaga keaslian karya mereka. Bahkan, Hayao Miyazaki pernah terang-terangan bilang bahwa dia nggak suka AI. Dalam sebuah wawancara, beliau melihat animasi AI dan menyebutnya sebagai sesuatu yang “menghina kehidupan”. Jadi, kalau beliau tahu ada AI yang meniru gaya ilustrasi Ghibli, mungkin reaksi beliau adalah:
Miyazaki mengambil sapu, lalu mengejar AI itu sambil berkata, “Keluar kau, dasar kurang ajar!”
Layanan AI gratis atau berbayar itu nggak selalu bebas
Orang-orang sering berpikir, “Ah, kan gratis. Nggak ada ruginya!” Tapi mari kita pikir ulang.
Ketika kamu menggunakan layanan AI gratis atau berbayar yang menjanjikan hasil foto ala Ghibli, pernahkah kamu membaca syarat dan ketentuannya? Ada kemungkinan besar bahwa foto yang kamu unggah akan masuk ke dalam database mereka. Artinya, fotomu bisa jadi bahan eksperimen AI di masa depan, atau lebih buruk, dijual ke pihak ketiga tanpa sepengetahuanmu.
Jadi, kalau besok-besok kamu melihat wajahmu muncul di poster anime abal-abal di toko online, jangan kaget. Itu bisa jadi akibat dari keisenganmu sendiri.
Menghargai karya itu sebuah keharusan
Coba bayangkan, kamu seorang ilustrator yang bertahun-tahun belajar menggambar dengan gaya tertentu. Lalu tiba-tiba ada AI yang bisa meniru hasil karyamu dalam hitungan detik, tanpa membayar sepeser pun, tanpa izin, dan tanpa memberikan kredit kepadamu. Rasanya pasti seperti melihat tetangga mengambil sepeda yang kamu beli pakai tabungan sendiri, lalu dengan bangga mengaku itu miliknya.
Ghibli adalah hasil kerja keras seniman-seniman luar biasa. Setiap detail dalam film mereka digambar dengan tangan, penuh cinta, dan mengandung filosofi mendalam. Dengan seenaknya menggunakan AI yang mencuri gaya mereka, kita sama saja seperti mengabaikan seluruh jerih payah mereka.
Tapi aku ingin jadi karakter Ghibli!
Kalau kamu memang penggemar berat Ghibli dan ingin punya gambar dirimu dalam gaya mereka, ada cara yang lebih etis. Misalnya begini:
Pertama, bayar ilustrator. Ada banyak seniman berbakat yang bisa menggambar foto kamu dalam gaya Ghibli. Dengan membayar mereka, kamu menghargai karya seni dan membantu ekonomi kreatif berkembang.
Kedua, belajar menggambar sendiri alih-alih minta AI. Siapa tahu ini jadi awal perjalananmu sebagai ilustrator hebat.
Ketiga, gunakan filter legal. Beberapa aplikasi menyediakan efek artistik yang tidak melanggar hak cipta, jadi pastikan kamu menggunakan yang memang etis.
Pokoknya jangan jadi generasi “minta gratis, hak cipta lewat”. Kita memang hidup di era digital yang serba cepat, di mana segala sesuatu bisa dibuat instan. Tapi, itu bukan alasan untuk abai terhadap hak cipta. Jangan cuma karena sesuatu viral, kita ikut-ikutan tanpa berpikir panjang.
Kalau kita ingin dunia digital yang lebih adil, kita harus mulai dari diri sendiri, menghargai karya orang lain, berpikir kritis sebelum mengikuti tren, dan lebih berhati-hati dalam menggunakan teknologi.
Jadi, sudahi tren AI ubah foto ala Ghibli ini. Jangan sampai wajahmu berubah jadi karakter anime, tapi etika dan moralmu malah menghilang.
Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Seniman AI Tidak Usah Sok Keren, Bikin Prompt AI Itu Nggak Sesusah Itu!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.