Banyak orang yang tak tahu ada daerah bernama Cimahi. Setidaknya, teman kuliah saya banyak yang nggak tahu kalau kota ini ada. Menurut saya sih, wajar, sebab kota ini memang tak seterkenal kota-kota lain di Indonesia.
Buat yang belum tahu, Cimahi adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota dengan luas kurang lebih 40 km² ini terletak di tengah-tengah kawasan Bandung raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Dulunya, wilayah kota Cimahi merupakan bagian dari Kabupaten Bandung. Lebih tepatnya, kedudukannya di Kabupaten Bandung adalah sebagai kota administratip (pake P karena tertulis begitu di peraturannya).
Barulah pada 2001, dibentuk Undang-undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi yang menjadi dasar pemekaran kota Cimahi sebagai daerah yang terpisah dari kabupaten Bandung.
Saya sendiri sebenarnya bukan orang yang bertempat tinggal di kota Cimahi, tapi sejak kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA saya selalu bersekolah di sana. Kalau mengikuti konsepnya Habib Husein Ja’far, bisa dibilang saya adalah orang “Cimahi swasta”. Selama waktu yang tidak sebentar itu, saya merasa bahwa kota tempat saya menempuh pendidikan ini sangatlah tidak menarik dalam banyak hal.
Sulit sekali menemukan hal hebat yang dimiliki oleh kota ini. Apalagi, jika dibandingkan tetangga di sebelah timurnya, kota Bandung, terlihat sekali perbedaannya kualitasnya. Hal ini mungkin membuat banyak penduduk Cimahi iri dengan kondisi kota tetangganya yang begitu maju. Sebab, meskipun tetangga, kota ini hampir tidak “kecipratan” majunya kota Bandung. Kondisi ini tepat sekali diungkapkan dengan peribahasa “rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri.”
Tapi, saat saya memikirkan dan merenung soal Cimahi karena tidak ada kerjaan selama libur semesteran, saya baru benar-benar menyadari hal-hal tidak biasa yang melekat pada kota ini dan seluruh isinya.
#1 Sering ngaku orang Bandung
Hal ini sering terjadi di obrolan informal orang Cimahi di mana lawan bicaranya buta map atau berasal dari luar daerah Jawa Barat. Mungkin hal ini dilakukan agar orang lain pelan-pelan mengenal bahwa Cimahi adalah sebuah kota yang terletak di sebelahnya Bandung, baik itu kota Bandung, kabupaten Bandung, maupun kabupaten Bandung Barat.
Oleh karena itu, jika ditanya lagi Bandung sebelah mana, barulah mereka menjelaskan bahwa mereka tidak benar-benar berasal dari Bandung, tetapi tetangganya. Sebab, seandainya secara frontal menjawab Cimahi, mungkin percakapan seperti di awal tulisan ini akan terlalu sering terjadi.
#2 Jarang masuk liputan media
Ini mungkin penyebab mengapa orang Cimahi sering mengaku orang Bandung, yaitu karena kota ini tidak dikenal oleh banyak orang. Pasti kalian pun hampir tidak pernah melihat informasi mengenai kota ini di TV, media cetak, bahkan media online sekalipun. Entah mengapa, informasi seputar kota ini jarang sekali dijadikan headline liputan media massa. Kalau menurut saya sih, karena memang jarang ada hal menarik di kota Cimahi, baik itu wisata, kuliner, peristiwa penting, sampai kasus kriminalnya. Eh, tapi ada satu informasi berskala nasional yang memuat mengenai kota ini, yaitu berita tertangkapnya Wali Kota Cimahi karena kasus suap. Ups, hehehe.
#3 Kota tentara
Bagi orang-orang yang pernah ke kota ini via tol Baros atau kereta dan berhenti di Stasiun Cimahi, mungkin cukup paham dengan hal ini. Setelah keluar gerbang tol dan stasiun, kalian akan melihat banyak pusat pendidikan tentara di sekitar jalan. Tak lupa pula berbagai kendaraan lapis baja, artileri, pesawat, dan monumen bertema militer dipamerkan di pinggir jalannya.
Memang, kota ini, terutama di daerah Baros dulunya adalah salah satu pusat transit suplai perang untuk tentara Belanda di Jawa. Setelah Indonesia merdeka, fasilitas-fasilitas militernya dialihfungsikan oleh TNI sebagai pusat pelatihan tentara. Oleh karena itu, biasanya guru-guru Sejarah dan PKn yang kebingungan mencari daya tarik kota mengatakan bahwa Cimahi adalah kota tentara. Mungkin dalam hal ini, Cimahi dapat bersaing dengan Magelang yang dijuluki sebagai Kota Militer.
Meskipun begitu, tentu banyak dari kita yang tahu siapa yang akan menang, antara sebuah kota yang “kebetulan” punya banyak bangunan bekas fasilitas militer atau kota yang penuh dengan kisah pertempuran kemerdekaan yang mengagumkan dan Lembah Tidarnya yang legendaris.
#4 Nggak punya mal
Bagi sebagian orang mungkin tidak terlalu penting, tapi bagi saya ini benar-benar harus disebutkan dan diketahui oleh banyak orang. Cimahi, daerah yang menyandang status “kota” ini ternyata tidak memiliki mal. Padahal, daerah yang disebut kota seharusnya memiliki imej daerah yang maju dan cocok untuk masyarakat bergaya hidup perkotaan.
Memang sih, di Cimahi ada sebuah tempat yang disebut Himall (dibaca himol, singkatan dari Cimahi mall) atau yang lebih populer disebut Cimol. Tapi, saya yakin mayoritas orang yang pernah ke sana akan setuju bahwa Cimol ini lebih mirip pasar modern daripada mall, atau paling tinggi derajatnya disebut supermarket yang menghimpun berbagai pedagang.
Sebab, mulai dari fasilitas, lokasi, barang dan jasa yang ditawarkan, sampai pengelolaan tempatnya sangat sulit untuk disamakan dengan mal. Kalau tidak percaya coba saja datang dan lihat sendiri.
Itulah beberapa hal unik, aneh, atau apa pun itu mengenai kota Cimahi yang bisa saya pikirkan selama libur semesteran. Terlepas dari semua hal itu, kota ini sebenarnya adalah kota yang bagus. Ada banyak komplek perumahan modern, akses jalan yang memadai, minim bencana alam, penduduknya ramah, dan tidak ada lampu merah di jalanannya.
Bahkan, Cimahi juga sudah punya klub sepakbolanya sendiri lho, namanya PSKC Cimahi, bermain di liga 2 Indonesia. Bagi teman-teman dari Jawa bagian timur yang akan pergi ke Jabodetabek dengan kereta ataupun lewat tol, bolehlah mampir dan beristirahat di kota “mungil” di tengah-tengah Bandung Raya ini.
Penulis: Muhammad Raihan Nurhakim
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Alasan Orang Cimahi Terpaksa Ngaku Asli Bandung di Perantauan