Jatinangor ada di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Letaknya yang lebih dekat dengan Bandung ketimbang pusat Sumedang membuat banyak warga lebih memilih Bandung. Khususnya untuk menjadi tujuan wisata atau sekadar nongkrong.
Nah, di Jatinangor yang kecil ini berdiri beberapa kampus ternama. Mulai dari Unpad, IPDN, ITB Jatinangor, hingga IKOPIN. Maka tidak heran jika penduduk di sini begitu padat. Maklum, sebagian besar merupakan mahasiswa dari banyak daerah di Indonesia yang sekolah di seluruh daerah Jawa Barat.
Oleh sebab itu, di bulan-bulan perkuliahan, kawasan yang sering disangka ada di Bandung ini begitu hidup. Kehidupannya hampir 24 jam.
Berbeda ketika sudah mulai memasuki masa libur. Jatinangor bak kota sepi yang tidak ada penghuninya. Jadi, saya jadi membayangkan. Apa yang akan terjadi jika tidak ada kampus di sini.
Daftar Isi
Tidak akan ada banyak penjual makanan
Menjamurnya mahasiswa berefek menjamur pula kedai-kedai makanan hingga masuk ke dalam gang-gang. Mahasiswa maupun warga setempat bisa dengan leluasa memilih makanan sesuai budget. Bahkan, banyak kedai makanan yang buka hingga dini hari yang biasanya dipenuhi oleh para mahasiswa akhir.
Terbayang jika tidak ada kampus di Jatinangor, Jawa Barat, ini. Tidak akan ada kedai-kedai makanan seperti saat ini. Yang ada mungkin hanya warung-warung kecil. Kedai-kedai makanan kekinian tidak akan muncul. Terlebih warga lokal lebih memilih makan di rumah ketimbang membeli makanan di luar.
Usaha fotokopi tidak akan bertahan lama di Jatinangor
Saat ini, sudah ada ratusan usaha fotokopi yang berdiri di Jatinangor. Ada yang beroperasi dalam jangka waktu tertentu, ada pula yang buka 24 jam.
Jasa fotokopi di kawasan pendidikan tentu sangat menggiurkan karena banyak mahasiswa yang membutuhkan. Saya sering terbantu oleh tempat fotokopi yang buka hingga 24 jam apabila sedang mengerjakan tugas atau kegiatan organisasi.
Tanpa adanya kampus, jasa fotokopi tidak akan berkembang. Usaha-usaha fotokopi tidak akan bertahan lama karena minimnya pelanggan.
Mungkin masih ada yang bertahan, tapi tidak akan sebanyak saat ada kampus. Pelanggannya mungkin anak-anak sekolah yang tinggal di Jatinangor. Itu saja jumlahnya tidak akan sebanding ketika ada banyak mahasiswa.
Pengemudi ojek online akan merugi
Banyaknya mahasiswa di Jatinangor membuat pengemudi ojek online cuan besar jika rajin mengambil orderan karena. Maklum, banyak mahasiswa yang tidak membawa kendaraan. Sebagian besar dari mereka biasanya memesan ojek online saat hendak pergi ke kampus, terlebih jika letak kosan jauh.
Bahkan banyak mahasiswa yang juga mencoba peruntungannya menjadi pengemudi ojek online. Terlebih mereka mahasiswa akhir yang sudah tidak ada mata kuliah seperti yang pernah saya lakoni. Uang yang saya dapatkan dari mengojek lumayan untuk menambah pemasukan sehari-hari.
Jika tidak ada kampus, sepertinya tidak akan banyak pengemudi ojek online di Jatinangor karena minimnya pelanggan. Warga lokal lebih memilih mengemudikan kendaraannya sendiri ketimbang memakai jasa ojek online.
Jatinangor akan menjadi kecamatan tersepi di Jawa Barat
Kabupaten Sumedang menjadi salah satu daerah tersepi di Jawa Barat berdasarkan jumlah penduduknya. Di sisi lain, Jatinangor menjadi salah satu kecamatan dengan luas yang tidak begitu besar.
Di masa libur perkuliahan, Jatinangor terlihat begitu sepi seperti tidak ada kehidupan. Hanya ada beberapa warga lokal saja dan mahasiswa yang memilih menetap.
Ketiadaan kampus tentu membuat Jatinangor menjadi lebih sepi dan jalanan akan lengang tidak ada lalu-lalang mahasiswa. Baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun yang berjalan kaki di sepanjang trotoar. Tanpa adanya kampus, Jatinangor hanya kawasan biasa yang bahkan tidak dikenal di Jawa Barat.
Penulis: Erfransdo
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Jatinangor, Disukai Sekaligus Dibenci Mahasiswa
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.