Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Sejarah Heroin: Berawal dari Obat Batuk, Berakhir Menjadi Barang Terkutuk

Iqbal AR oleh Iqbal AR
25 Agustus 2022
A A
Sejarah Heroin: Berawal dari Obat Batuk, Berakhir Menjadi Barang Terkutuk

Sejarah Heroin: Berawal dari Obat Batuk, Berakhir Menjadi Barang Terkutuk (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sejarah heroin awalnya digunakan sebagai obat batuk. Lambat laun, malah berakhir jadi barang terkutuk

Heroin. Nama ini sebenarnya terlalu keren untuk dijadikan sebuah nama zat adiktif (narkotika). Ia lebih pantas untuk dijadikan nama grup musik, nama clothing brand, atau nama geng motor. Ya, hampir semua nama narkotika selalu mempunyai nama yang kelewat keren seperti, methamphetamine, marijuana, kokain, dan heroin. Untungnya, nama narkotika yang keren itu selalu punya nama sendiri yang lebih pas ketika masuk Indonesia. Mulai dari methamphetamine yang menjadi sabu-sabu, hingga heroin yang biasa kita kenal dengan putaw.

Khusus untuk heroin, narkotika satu ini memang sempat merepotkan satu negara. Bayangkan, dalam kurun waktu kurang lebih satu dekade, tepatnya di dekade 90-an, peredaran heroin dengan tingkat kualitas terendah atau yang kita sebut dengan Putaw, marak sekali nyaris di semua lapisan masyarakat di Indonesia. Mulai dari artis, musisi, hingga masyarakat biasa sempat merasakan bagaimana maraknya peredaran putaw ini.

Tapi, tahukah bagaimana sejarah heroin? Tahukah kalau heroin di awal kemunculannya malah digunakan sebagai obat batuk? Terbayang nggak kalau salah satu narkotika paling berbahaya dan mematikan di dunia ini pernah diposisikan sebagai obat batuk, yang sirup pula? Nah, tulisan ini akan coba membahas bagaimana sejarah heroin, dari awal terciptanya hingga menjadi narkotika yang paling mematikan.

Berawal dari obat batuk sirup

Adalah Heinrich Dreser, seorang ahli kimia yang bekerja di perusahaan obat kenamaan asal Jerman, Bayer AG, yang jadi penemu barang ini. Melansir laman RSKO Jakarta, pada akhir abad ke-19, tepatnya pada kisaran 1895, Heinrich Dreser memformulasikan paduan antara morfin (zat yang terbuat dari tanaman candu atau opium) dan acetyl yang akhirnya dinamakan sebagai heroin. Perpaduan antara pereda nyeri pada morfin dan kandungan acetyl dipercaya mampu meredakan batuk basah, terutama pada anak. Itulah mengapa, di awal kemunculannya dijadikan sebagai obat batuk sirup.

Selain sebagai obat batuk sirup, heroin juga diperuntukkan untuk mengobati kecanduan morfin yang memang sudah merebak pada akhir abad 19. Seperti diketahui, pada akhir abad 19, perang terjadi di banyak tempat, dan morfin dijadikan pereda nyeri sekaligus obat bius bagi para prajurit perang. Sayangnya, morfin malah jadi candu sendiri yang ternyata efeknya cukup parah.

Heroin, oleh Bayer AG, dikembangkan sebagai mengobati dan menjadi pengganti morfin non-adiktif. Sayang seribu sayang, alih-alih menyembuhkan kecanduan akan morfin, efek kecanduan yang ditimbulkan heroin ini malah lebih parah dari morfin.

Akhirnya, sekitar tahun 1913, Bayer AG sebagai perusahaan yang mengembangkan Heroin, menghentikan produksi dan pemasarannya agar efek kecanduan tidak semakin parah ke depannya. Ya meskipun peredarannya malah lebih masif di kalangan masyarakat untuk disalahgunakan.

Baca Juga:

4 Salah Kaprah Jurusan Sejarah yang Terlanjur Melekat dan Dipercaya Banyak Orang

Dari Sekian Banyak Jurusan Pendidikan, Pendidikan Sejarah Adalah Jurusan yang Tidak Terlalu Berguna

Lika-liku putaw di Indonesia

Setelah berhenti diproduksi sebagai obat, heroin malah beredar menjadi salah satu narkotika paling mematikan di dunia. Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pasarnya cukup besar dan menjanjikan. Ini didukung oleh suburnya opium yang tumbuh kawasan Segitiga Emas (Golden Triangle) yang berpusat di Thailand, Laos, dan Myanmar, yang dimonopoli oleh kartel-kartel di sana. Silakan tonton serial Traffickers: Inside The Golden Triangle kalau ingin tahu gimana seluk beluk kartel ini.

Dengan adanya kartel Segitiga Emas di Asia Tenggara ini, maka sudah pasti Indonesia menjadi pasar yang menjanjikan. Masih melansir dari laman RSKO Jakarta, narkotika jenis Heroin ini diperkirakan pertama kali masuk Indonesia pada 1960-an, tentunya bersama narkotika jenis lain seperti kokain dan ekstasi. Ini juga didukung oleh gelombang Flower Generation yang muncul di Amerika, yang juga masuk juga ke Indonesia. Seperti kita ketahui, stereotip hidup bebas dan narkoba melekat sekali pada Flower Generation ini.

Fast forward sekitar tiga dekade setelahnya, tepatnya di dekade 90-an, heroin bisa dikatakan sebagai primadona narkotika di masyarakat. Putaw merebak sangat luas di kalangan masyarakat. Seperti yang sudah disinggung di atas, mulai kalangan selebriti, musisi, hingga masyarakat biasa, pernah merasakan bagaimana dampak masifnya peredaran putaw ini.

Tak hanya sekadar kecanduan, putaw ini juga nyaris menghancurkan satu generasi pada masa itu. Kalau kita mau cari tahu bagaimana efek putaw yang marak pada dekade 90-an, maka kita akan menemui cukup banyak kasus-kasus kematian yang diakibatkan overdosis putaw ini. Tak heran jika putaw ini disebut sebagai narkotika yang paling mematikan.

Musisi 90-an dalam pusaran putaw

Kalau bicara sejarah heroin, terlebih putaw, kita tak bisa lepas dari pembicaraan tentang musisi 90-an. Gemerlap dunia entertainment saat itu (dan mungkin hingga saat ini) memang dekat sekali dengan narkotika. Slank, Ari Lasso, Plastik, dan Gigi jadi sedikit dari banyak musisi yang merasakan bagaimana berbahayanya ketergantungan putaw ini.

Kita tentu ingat bagaimana Slank yang nyaris bubar karena ketergantungan putaw dan membuat hubungan mereka jadi tidak asyik. Kita tentu juga ingat bagimana Ari Lasso juga harus keluar dari Dewa 19 untuk menyembuhkan ketergantungannya. Plastik juga bubar karena putaw, dan Thomas Ramdhan juga harus keluar dari Gigi guna menyembuhkan ketergantungannya akan Putaw, sebelum akhirnya kembali lagi ke Gigi.

Dekade 90-an memang bisa dikatakan masa kelam, terutama jika bicara soal pengaruh heroin. Mulai dari dunia hiburan, musisi, hingga masyarakat biasa jadi korbannya. Tak hanya sekadar kecanduan, di masa itu banyak pula mereka yang hancur hidupnya hingga tidak terselamatkan karena heroin. Tak heran jika di Indonesia, heroin ini masuk narkotika golongan satu.

Lucu sebenarnya melihat bagaimana sejarah barang terkutuk satu ini. Ya gimana nggak lucu, yang kita kenal sebagai narkotika yang paling mematikan dan nyaris menghancurkan satu generasi, dulunya digunakan sebagai obat batuk. Obat batuk, Gaes, obat batuk!! Kok bisa siihh??!!??

Yang jelas, buat kalian para pembaca, harus jauhi narkoba. Kalau pengin ketergantungan sesuatu, tapi tetap aman, saya sarankan kalian ketergantungan rempeyek saja. Paling banter kena radang tenggorokan kalau kebanyakan nguntal makanan satu itu. Aman wis, membantu UMKM juga, GAS!

Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Dokter Tirta Harus Tahu bahwa Pemberantasan Narkoba ala Duterte Sebenarnya Gagal Total

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Agustus 2022 oleh

Tags: artisheroinnarkobaputawsejarah
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Meresapi Lagu-lagu Iksan Skuter yang Mewakili Aspirasi Anak Rantau terminal mojok.co

Bahasa-bahasa yang Perlu Dipelajari oleh Mahasiswa Jurusan Sejarah

12 November 2020
sejarah arak cina arak pribumi arak eropa mojok

Menyusuri Sejarah Panjang Arak Pribumi, Cina, dan Eropa

11 Juli 2021
marijuana

Galaunya Si Marijuana: Haruskah Dilegalkan atau Tidak?

16 Oktober 2019
bikin sensasi

Bikin Sensasi Terus Minta Maaf adalah Budaya yang Harus Kita Jaga

7 Juli 2019
Sebegitu Pentingkah Jenis Kelamin Lucinta Luna bagi Kemaslahatan Bersama?

Sebegitu Pentingkah Jenis Kelamin Lucinta Luna bagi Kemaslahatan Bersama?

14 Februari 2020
narkoba

Mau Pakai Narkoba? Jangan Coba-Coba Deh

25 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.