Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sebagai Orang yang Pernah Mondok, Saya Tidak Ingin Disebut Santri

Iqbal AR oleh Iqbal AR
22 Oktober 2020
A A
Mempertanyakan Mengapa Santri Dilarang Punya Rambut Gondrong terminal mojok.co

Mempertanyakan Mengapa Santri Dilarang Punya Rambut Gondrong terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pada Oktober ini, kemeriahan Hari Santri Nasional mulai kita rasakan. Di jalan-jalan, spanduk dan baliho mengenai ucapan Hari Santri mulai dipasang. Di media sosial, seruan untuk memeriahkan Hari Santri pun semakin ramai diperbincangkan. Perayaan ini memang tergolong baru. Presiden Jokowi menetapkannya pada 22 Oktober 2015, yang artinya perayaan ini baru akan terselenggara untuk yang kelima kali. Bagi saya pribadi, perayaan Hari Santri memang tidak bisa dilepaskan, mengingat saya dulu pernah mondok tiga tahun di salah satu pesantren.

Iya, saya memang pernah mondok ketika SMP. Waktu itu, sebenarnya saya sudah masuk di salah satu SMP negeri di kota saya. Akan tetapi, karena saya saat itu dianggap terlalu nakal karena sering main dan tidak tahu waktu, orang tua saya terpaksa memasukkan saya ke pesantren. Pemahaman saya mengenai pesantren sebagai tempat anak-anak nakal dihukum semakin kuat saat itu. Bahkan sampai sekarang pun, masih ada sisa-sisa pemikiran bahwa pesantren adalah tempat anak-anak nakal dihukum. Maklum, pengalaman pribadi.

Pesantren tempat saya “dihukum” pun sebenarnya lebih tepat disebut sekolah asrama berbasis agama karena kehidupan di dalam sana tidak seperti pesantren pada umumnya. Memang, pesantren tempat saya mondok adalah pesantren yang bernaung di bawah bendera Al-Irsyad, tentunya berbeda dengan pesantren NU yang biasanya dimaksud orang-orang. Secara kurikulum pendidikan, pesantren saya juga bisa dibilang seimbang antara pelajaran umum dan pelajaran agama. Bisa dibilang, pelajaran yang diajarkan tidak ada yang berbeda dengan sekolah umum lainnya, hanya pelajaran agamanya lebih banyak.

Selama tiga tahun saya mondok itu saya bahkan tidak merasa mempunyai identitas santri. Entah karena pesantren saya jarang menggunakan kata santri untuk merujuk pada saya dan teman-teman, atau memang tidak ada tradisi ala santri yang diterapkan di pesantren saya. Misalnya, kalau santri di pesantren lain akan cium tangan dan menunduk ketika bertemu gurunya, di pesantren saya kultur itu tidak berlaku. Murid dan guru kedudukannya bisa dibilang setara dan kami hanya perlu menyalaminya saja, tanpa harus cium tangan atau menunduk di hadapannya.

Selain itu saya juga tidak pernah nyaman kalau disebut sebagai santri. Jangankan sekarang, dulu ketika masih berada di dalam pesantren, saya lebih senang disebut sebagai murid pesanten A (nama pesantren), daripada disebut sebagai santri. Saya merasa bahwa gelar santri adalah sebuah tanggung jawab besar yang belum siap saya pikul. Lebih tepatnya, saya tidak pantas menyandang gelar santri. Pertama, karena masuk pesantren itu bukan kemauan saya dan itu adalah keputusan yang dipaksakan. Jadi saya tidak mau menyandang gelar atau sebutan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak saya kehendaki.

Alasan kedua, saya tidak mau mempunyai gelar yang terlalu agamis. Kita semua tahu bahwa santri selalu identik dengan orang-orang yang pemahaman agamanya cukup tinggi, orang-orang yang taat beribadah, dan selalu mengamalkan ajaran-ajaran agama. Sementara saya, sholat saja masih jarang, ngaji pun belum benar, dan kelakuan masih seperti berandalan. Gelar santri tentunya tidak akan pantas tersemat dalam diri saya, dan saya pun memang tidak mau menyandang gelar tersebut walaupun pernah hidup di pesantren. Saya lebih senang disebut sebagai mantan santri, walaupun kata teman mondok saya yang juga seorang santri, istilah “mantan santri” itu tidak ada.

Namun, keengganan saya disebut sebagai santri ini bukan berarti saya memandang rendah para santri. Sebaliknya, saya malah angkat topi kepada para santri yang mempunyai mental-mental baja. Bayangakan saja, sudah ratusan tahun para santri berperan untuk negeri ini, baru tahun 2015 mereka dibuatkan perayaan. Selain itu, para santri ini juga tetap sabar dengan stereotip-stereotip kurang baik yang melekat. Mulai dari anggapan bahwa para santri yang mondok sering gudikan (penyakit gatal), jorok, hingga dianggap kurang melek teknologi. Anggapan ini dirasakan dan ditanggapi dengan sabar oleh para santri, sembari membuktikan bahwa mereka tidak seperti yang orang sangkakan.

Maka dari itu, meskipun saya tidak mau dianggap atau disebut sebagai santri, saya akan tetap memberikan ucapan kepada para santri yang akan merayakan harinya pada 22 Oktober. Selamat Hari Santri, semoga keberkahan selalu menaungi kalian para santri. Salam dari saya, mantan santri yang tidak mau disebut santri.

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

BACA JUGA Mari Bersepakat bahwa ST 12 Adalah Band Pop Melayu Terbaik di Indonesia dan tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Oktober 2020 oleh

Tags: hari santri nasionalPesantren
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Nggak Usah Tersinggung kalau Pesantren Diasumsikan sebagai Bengkel Moral Kenangan Ramadan di Pesantren: Wadah Takjil Unik yang Sering Digunakan Santri Daftar Produk Obat Gatal yang Populer di Kalangan Anak Pesantren

Kenangan Ramadan di Pesantren: Wadah Takjil Unik yang Sering Digunakan Santri

15 Mei 2020
Kalau di Kota Ada Kirim Parsel, di Desa Ada Ater-ater Tipe-tipe Orang saat Menunggu Lebaran Datang Terima kasih kepada Tim Pencari Hilal! Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Bulan Syawal Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Lebaran Buku Turutan Legendaris dan Variasi Buku Belajar Huruf Hijaiyah dari Masa ke Masa Serba-serbi Belajar dan Mengamalkan Surah Alfatihah Pandemi dan Ikhtiar Zakat Menuju Manusia Saleh Sosial Inovasi Produk Mushaf Alquran, Mana yang Jadi Pilihanmu? Tahun 2020 dan Renungan ‘Amul Huzni Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita Nggak Takut Hantu, Cuma Pas Bulan Ramadan Doang? Saya Masih Penasaran dengan Sensasi Sahur On The Road Menuai Hikmah Nyanyian Pujian di Masjid Kampung Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Horornya Antrean Panjang di Pesantren Tiap Ramadan Menjadi Bucin Syar'i dengan Syair Kasidah Burdah Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan Tips Buka Bersama Anti Kejang karena Kantong Kering Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Rebutan Nonton Acara Sahur yang Seru-seruan vs Tausiyah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Aduh, Lemah Amat Terlalu Ngeribetin Warung Makan yang Tetap Buka Saat Ramadan Tong Tek: Tradisi Bangunin Sahur yang Dirindukan Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan

Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial

2 Mei 2020
Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Mengapa Ngaji Online Kiai Sepi, padahal Jumlah Santri Tidak Sedikit?

1 Mei 2020
Oknum Lora di Pesantren Kerap Bikin Jengkel, Bertingkah Seenaknya Bawa-bawa Nama Besar Bapaknya

Oknum Lora di Pesantren Kerap Bikin Jengkel, Bertingkah Seenaknya Bawa-bawa Nama Besar Bapaknya

21 Agustus 2025
Ketika Pendidikan “Layak” Harus Dibayar dengan Luka yang Dalam (Unsplash)

Ketika Pendidikan “Layak” Harus Dibayar dengan Luka yang Dalam

19 Juni 2025
vicky prasetyo

Vicky Prasetyo adalah Kami Para Lulusan Pesantren yang Pemalu

11 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.