Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Perbandingan Pasar Tradisional di Indonesia, Jepang, dan Korea

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
10 April 2022
A A
Perbandingan Pasar Tradisional di Indonesia, Jepang, dan Korea Terminal Mojok

Perbandingan Pasar Tradisional di Indonesia, Jepang, dan Korea (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bicara soal pasar tradisional, mungkin yang ada di benak kita tak jauh dari kesan kumuh, generasi tua, dan tawar-menawar harga. Akan tetapi, beberapa pasar tradisional besar di Indonesia saat ini sedang berbenah sehingga bangunannya pun berubah menjadi lebih bagus. Ia tak lagi terkesan kumuh dengan genangan air di mana-mana.

Itu adalah sedikit gambaran pasar tradisional di Indonesia. Lantas, gimana dengan yang ada di Jepang dan Korea Selatan? Apakah kumuh juga kayak di Indonesia? Berikut perbandingannya.

Pasar tradisional di Indonesia (The A3/Shutterstock.com)

Fasilitas bangunan

Saya pernah berkunjung ke Pasar Tsuruhashi dan Shinsaibashi di wilayah Osaka, Jepang. Di sana ada banyak kios yang menjual berbagai macam barang dagangan, mulai dari makanan, peralatan dapur, sayur-sayuran, hingga pakaian. Kalau mau dibilang kumuh dan jorok, sebenarnya nuansa pasar tradisional di Jepang hampir mirip dengan di Indonesia.

Sementara itu, pasar tradisional di Korea Selatan pun nuansanya tak jauh berbeda. Kios yang berjejeran dengan barang dagangan di sana sini, gang pasar yang nggak begitu lebar, hingga di tangga pasar pun ada penjual yang memajang dagangannya. Mirip kan sama di Indonesia? Waktu pergi ke Pasar Namdaemun di Korea yang besar itu, saya sempat nyasar saking luasnya. Jujur saja, waktu berkunjung ke pasar yang ada di Korea Selatan, saya menemukan beberapa sudut pasar yang jorok dan kumuh hingga bikin saya mbatin, “Ini beneran di Seoul?” Yah, ternyata pasar tradisional di mana-mana sama saja, ya.

Suasana di salah satu Pasar Kuromon, Osaka, Jepang (Kong Act/Shutterstock.com)

Mengunjungi pasar tradisional ketika jalan-jalan ke luar negeri memang jadi salah satu cara menikmati kehidupan asli penduduk setempat. Kita juga bisa melihat bagaiaman roda perekonomian berputar di suatu negara. Dibandingkan dengan Jepang, ada banyak pasar tradisional di Korea yang bisa dinikmati wisatawan asing. Namun, risikonya kita harus bisa bahasa Jepang atau Korea, sebab pedagang di sana kebanyakan usianya sudah tua dan tak bisa bahasa asing.

Tawar-menawar

Waktu kecil, saya sering diajak ibu ke pasar dan melihat sendiri bagaimana proses tawar-menawar terjadi antara pembeli dan penjual. Namun, saat ini budaya tawar-menawar semakin berkurang, terutama untuk komoditas makanan. Biasanya harga barang yang dijual sudah pas dan mengikuti harga pasaran. Tapi, mungkin kalau untuk belanja pakaian atau barang tertentu lainnya seperti di Pasar Klewer dan Pasar Beringharjo masih berlaku budaya tawar-menawar ini, ya.

Sementara itu, di pasar tradisional di Jepang dan Korea, kegiatan tawar-menawar ini juga hal yang lumrah. Namun, saat ini kebiasaan tawar-menawar di Jepang sudah mulai luntur. Harga barang biasanya sudah dipasang para pedagang di dekat barang dagangan. Dengan memasang harga seperti ini, sudah disepakati bahwa harga tersebut merupakan harga pas. Memang agak merepotkan karena harus mengganti kertas tiap kali harga berubah, tapi itu juga memudahkan si pedagang biar nggak repot menghafal harganya lagi.

Ada kertas yang menunjukkan harga barang (Izlan Somai/Shutterstock.com)

Di Korea juga sama, biasanya ada kertas harga yang dipasang di dekat barang dagangan. Tetapi, di beberapa pasar, kita masih bisa kok menawar barang dagangan tergantung jenis barangnya. Tapi kayaknya sulit juga kalau wisatawan asing yang berbelanja nggak bisa bahasa Korea.

Baca Juga:

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis

Drama Korea Typhoon Family, Membahas yang Terlewat dalam Debat Perintis vs Pewaris di Media Sosial

Pasar tradisional riwayatmu kini

Harga barang di pasar baik di Indonesia, Jepang, dan Korea memang lebih miring ketimbang harga barang yang dijual di mini market atau mal. Karena itulah banyak ibu rumah tangga yang memilih belanja barang kebutuhan sehari-hari di pasar untuk berhemat.

Namun karena keterbatasan tempat, distribusi, dan sasaran pasar juga, tak semua barang bisa dijual di pasar tradisional. Ibu-ibu Jepang dan Korea sekarang ini lebih memilih berbelanja di supermarket. Supermarket biasanya menawarkan harga diskon, promo pada hari-hari tertentu, dan sistem pengumpulan poin. Kepraktisan ini juga yang membuat orang Jepang dan Korea lebih suka berbelanja di supermarket atau mal. Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Apalagi kini orang dapat dengan mudah berbelanja sayuran online tanpa harus pergi ke pasar.

Memang harus diakui, pasar tradisional kini sudah mulai kehilangan pamornya. Mungkin setelah generasi tua yang berjualan di pasar berkurang, tak bisa dimungkiri kalau pasar tradisional pun akan hilang tergerus zaman. Kecuali, generasi selanjutnya melanjutkan tradisi jual-beli di pasar. Lantas, kamu sendiri kapan terakhir berbelanja di pasar tradisional dekat rumah, Gaes?

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 7 Perbedaan Becak Tokyo dan Becak Malioboro.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 10 April 2022 oleh

Tags: Indonesiajepangkoreapasar tradisional
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Statistik Gempa Bumi di Indonesia yang Jarang Orang Ketahui terminal mojok

Statistik Gempa Bumi di Indonesia yang Jarang Orang Ketahui

15 Desember 2021
Pergi ke Pantai Malam Hari Adalah Hal Bodoh yang Tidak Seharusnya Dilakukan mojok.co/terminal

Pantai Rako: Pesona Wanita Bertubuh seksi

23 Juni 2019
6 Hal Enaknya Punya Anak di Jepang Terminal Mojok

6 Hal Enaknya Punya Anak di Jepang

29 Juni 2022
Episode Upin Ipin yang Sebaiknya Tidak Tayang di Indonesia Mojok.co

Episode Upin Ipin yang Sebaiknya Tidak Tayang di Indonesia

2 April 2025

Film Nussa: Langkah Memanusiakan Nussa yang Tepat

20 Oktober 2021
bekerja dengan baik kerja 4 hari dalam seminggu mojok

Kerja 4 Hari dalam Seminggu Adalah Hal yang Nggak Mungkin Terjadi di Indonesia

17 April 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.