Toko kelontong sejauh ini masih dianggap sebagai bisnis yang kurang menjanjikan. Padahal kalau dipikir-pikir, usaha toko kelontong ini merupakan usaha yang bisa menyerang target pasar lintas usia, status sosial, maupun gender. Tak hanya itu usaha ini bisa dianggap sebagai miniatur pasar yang disiapkan di garda terdepan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam lingkup terdekat.
Sebagai generasi muda, ini merupakan PR kita untuk membuat image toko kelontong ini kembali menemukan harga diri dan masa kejayaannya di tengah masyarakat modern yang ingin serba praktis tanpa ribet. Nah, mungkin untuk teman-teman kawula muda yang ingin mencoba usaha membuka toko kelontong, tapi bingung mau mulai dari mana. Mari simak beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan ketika akan membuka toko kelontong.
#1 Buat toko kelontong yang nyaman-able
Saya pernah menulis artikel tentang beberapa alasan kenapa orang malas belanja ke toko kelontong. Alasan yang pertama dikarenakan tata letak toko kelontong yang kurang terstruktur sehingga pembeli harus meminta penjual mengambilkan barang yang akan dibelinya. Selain itu, di toko kelontong jarang sekali barangnya diberi label harga. Hal ini tentu akan membuat si pembeli terus-terusan bertanya pada si penjual tentang harga barang yang ada.
Oleh karena itu, mari kita patahkan stereotip negatif tentang toko kelontong yang nggak nyaman-able gitu. Kalau saya sendiri menghindari penggunaan etalase, kecuali kalau kita jualan rokok. Selebihnya kita cukup menggunakan rak saja supaya barang-barang bisa disusun rapi dan para pembeli bisa masuk serta memilih sendiri barang yang ingin dibelinya. Selain itu, jangan lupa cantumkan label harga di tiap barang biar kita juga nggak perlu capek-capek menjawab pertanyaan pembeli.
Kalau bisa usahakan bagian depan itu diberi tumpukan-tumpukan barang. Bisa kardus ataupun karung beras. Toko yang kelihatannya penuh dan banyak barang itu secara nggak langsung akan membawa citra bahwa toko itu murah. Selain itu kalau bisa, tempatnya jangan terlalu bersih-bersih banget. Kadang lantai yang terlalu bersih itu membuat segan pembeli untuk masuk karena mereka nggak enak hati buat memakai sandal, sedangkan mereka juga enggan untuk melepas alas kakinya. Tapi ya bukan berarti lantainya harus kotor banget juga ya. Wajar ajalah, nggak usah kinclong-kinclong banget.
Hal yang lebih penting dari semua itu, tetap ingat jangan pernah menjadi penjual yang kepo. Pasalnya, poin penting dari alasan orang malas ke toko kelontong dekat rumah itu ya tak lain dan tak bukan karena mereka nggak mau hidupnya dikepoin. Please, kita itu niatnya jualan mah jualan aja. Nggak perlu beralih profesi jadi admin Lambe Turah yang pengen tahu kehidupan pembeli kita.
#2 Promo adalah kunci
Di zaman modern ini kita dimudahkan dengan adanya teknologi. Hal ini tentu sangat bermanfaat untuk membesarkan usaha toko kelontong kita. Dalam satu genggaman, kita bisa melakukan cek ombak untuk harga pasaran dagangan di sekitar kita sehingga kita memiliki perbandingan harga yang nantinya bisa ikut bersaing dalam persaingan harga. Untuk toko kelontong baru, diusahakan harganya di bawah pasaran yang ada untuk barang-barang kebutuhan pokok.
Dalam dunia perkelontongan selisih 500 perak saja, satu kabupaten bisa tahu kalau toko kita itu jauh lebih murah dibanding toko sebelah. Oleh karenanya, kita harus pintar-pintar mencari dagangan murah agar bisa menekan harga jual. Kuncinya kita harus rajin memantau promo barang murah di media sosial, aplikasi marketplace, dan juga info di pusat perbelanjaan. Barang promo ini jauh lebih murah ketimbang kita kulakan di harga normal. Maka, ketika kita mendapat barang dari promo otomatis dagangan kita jauh lebih murah ketimbang pasaran.
Setelah menjadi pejuang promo, jangan lupa rajin promosikan toko kita di media sosial, grup, dan dll. Kalau di toko saya sendiri ada layanan delivery order. Mau belanja tinggal pesan via WA, lalu barang sudah ready di depan rumah. Makanya promosi toko secara online itu penting sekali agar pembeli kita tidak hanya tetangga sekitar. Jika toko kelontong zaman dulu hanya menunggu pembeli datang ke toko, kini kita bisa jemput bola dengan menawarkan dagangan ke pembeli via online.
#3 Menerapkan PALUGADA (apa lu mau, gue ada)
Seperti yang saya bilang, toko kelontong itu adalah toko yang universal. Kita bisa menjual apa pun di sana bahkan sesuatu yang kadang di luar akal manusia. Permintaan pembeli itu bervariasi, sebisa mungkin jangan langsung menjawab, “Nggak ada!” Tapi mungkin bisa diganti dengan, “Belum ada, besok mungkin saya carikan barangnya.”
Setiap kali ada orang yang mencari barang, bisa kita catat lalu belikan di esok hari kalau kulakan. Toko kelontong itu nggak perlu stoknya banyak, sedikit nggak masalah tapi yang terpenting itu lengkap. Sehingga ketika orang datang itu tidak kecewa.
#4 Katakan tidak untuk segala bentuk utang
“Tidak menerima kasbon dalam bentuk apa pun!”
Tulisan kayak gini wajib ditempel di depan toko. Kita mungkin dianggap sebagai penjual yang pelit dan tidak solidaritas, tapi itu nggak masalah. Kalau kita sudah niat mau buka toko sembako, mohon hilangkan rasa nggak enakan di dalam hidup kita. Kita harus menempatkan diri sebagai penjual ketika di dalam toko. Nggak peduli dia keluarga, teman, kerabat, ataupun tetangga, saat dia masuk ke toko berarti status mereka itu hanyalah pembeli dan kita nggak punya hubungan apa pun.
#5 Jangan campur aduk uang dagangan dengan uang pribadi
Kesalahan kenapa usaha kelontong ini nggak maju-maju, dikarenakan adanya percampuran antara uang toko dengan uang pribadi. Dari awal harusnya sudah ada aturan yang tegas, di mana kita nggak boleh seenaknya menggunakan uang toko untuk keperluan pribadi. Mungkin kelihatannya sepele, tapi ini efek sampingnya begitu besar untuk kesehatan usaha toko kelontong ini.
Uang toko harus diputarkan lagi jika kita berniat untuk membesarkan toko. Makanya penting sekali adanya laporan keuangan dalam merintis usaha ini.
#6 Terjun aja dulu
Nggak punya passion dalam jualan? Itu hanya mitos. Saat kita berkecimpung di dalam usaha ini, nantinya mau nggak mau, siap nggak siap, kita bakalan fasih sendiri. Rasionalisme itu penting dalam mengatur strategi, tapi terlepas dari semua itu empirisme dalam sebuah pengalaman itu adalah guru kehidupan yang membuat kita mahir di suatu bidang.
BACA JUGA Apa Salahnya kalau Punya Usaha Toko Sembako di Usia Muda dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.