• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
ADVERTISEMENT
Home Pojok Tubir

Pak Tua itu Lebaran di Penjara

Ali Adhim oleh Ali Adhim
5 Juni 2019
A A
pak tua

pak tua

Share on FacebookShare on Twitter

Pasar Kecamatan Sugih Tanpa Banda di siang hari. Pak Tua itu baru saja turun dari motornya, dibiarkanlah motor yang nafasnya sudah terpenggal-penggal oleh karat itu tanpa dikunci stang. Lalu sejurus kemudian, ia melangkah gesit, langkah kaki Pak Tua entah mengapa berjalan begitu cepat, seperti ada yang ingin lekas dia dapatkan.

Ya, lelaki tua datang ke Pasar Sugih Tanpa Banda ini untuk mencari baju lebaran. Tapi bukan untuk membeli, dia akan mencuri baju lebaran untuk anak semata wayangnya—anak perempuan yang semalam suntuk nangis menggigir memecah hening, barangkali juga memecah lailatur qadar.

Jangan tanya apa yang akan dia lakukan ketika anak perempuannya menangis? Apakah ia bersujud memohon uang kepada Tuhan Sang Pemberi Rezeki? Tidak! Pak Tua hanya berdiam diri—mematung sembari sesekali menelan ludah.

Hidup yang penuh misteri dan teka-teki ini banyak menyimpan rahasia—lebih-lebih pada hari menjelang Idul Fitri. Seseorang yang hampir sebulan penuh khusyuk beribadah di bulan Ramadan—namun begitu keadaan menghimpit, esok harinya bisa saja ia akan menjadi sosok lain yang amat mengerikan. Dialah Pak Tua—seseorang yang akan menjadi pencuri pakaian di pasar!

Sepanjang toko berjejer di Pasar STB (Sugih Tanpa Banda), Pak Tua berjalan mengitarinya. Ia menghela nafas panjang sembari merapal mantra.

Manteb ing kalbu

Iso dadi sangu

Manteb ing ati

Ora gampang ketemu pati

Kejobo kersane kang morbengdumadi

Ji-aji-aji-aji

Ajining rogo kerono diusahakno

 

Mantra telah dirapal, hati Pak Tua semakin mantap, mengobarkan nyalinya yang naik turun lantaran seumur hidupnya ia tak pernah menjadi maling. Dia yang hanya mempunyai kesibukan sebagai marbot masjid itu kini akan segera menjadi maling pakaian.

Terlihat baju anak-anak bergambar ketupat terpajang mentereng di deretan beranda Toko Digdoyo. Mata Pak Tua melotot, hatinya berdegup kencang.

“Ini yang kucari—cocok. Anakku pasti menyukainya dan anakku tak akan menangis lagi.”

“Lihatlah, Nak.” kata Pak Tua itu dalam hatinya. “Kini bapakmu yang biasa membersihkan dan mengumandangkan azan di masjid—akan menjadi seorang maling. Jangan berkecil hati lantaran punya bapak seperti aku. Lihatlah, Nak. Bapakmu akan mempercantik dirimu dengan hasil curian. Bapak tak perlu mengeluarkan uang untuk bisa membahagiakanmu, Nak. Sudahi tangismu. Semoga tak mempengaruhi kepribadianmu kelak. Sebab ini hanya pakaian, ia hanya akan menempel di tubuhmu—tak kau makan, tak menjadi darah dan dagingmu. Itu artinya memberi pakaian dari hasil curian, tidaklah akan mempengaruhi masa depanmu kelak. Selagi aku masih membimbingmu mengaji. Bismillah.”

Pasar mana yang terjangkit sepi ketika menjelang lebaran? Tidak ada! Maka di Pasar STB sekarang ini menjadi lautan manusia, semua berlomba-lomba menjual dan membeli apa saja. Pak Tua memanfaatkan kesempatan ini untuk memulai aksi gilanya.

Di mana ada keramaian, di situ terdapat kelengahan dan kelengahan yang baik hanya diketahui oleh maling yang baik pula. Pak Tua memang terbilang maling amatir, tapi, barangkali teramat bulat tekadnya untuk membahagiakan anaknya, sehingga tangannya yang hanya lihai mendorong sapu itu mendadak lincah dan gesit menyebet barang yang bukan miliknya.

“Maling! Maling! Maling!”

Terdengar suara di belakangnya.

“Hei jangan kabur.”

Pak Tua melesat sebisa mungkin, tapi nasib tak berpihak kepadanya. Inilah hari sial itu, hari menjelang lebaran tinggal satu hari lagi—dia terpeleset dan jatuh, maka di tempat itulah dia menjadi babak belur. Wajahnya memar, ia diamuk massa.

“Bakar saja! Bakar!” seseorang berteriak.

“Jangan main hakim sendiri, kita bawa saja ke Kantor Polisi!” teriak orang yang lain—sementara lelaki tua itu tak berkutik. Tangannya diikat, bajunya dilucuti, dan hampir saja nyawanya melayang.

***

 

Berada di Kantor Polisi, Pak Tua hanya menundukkan kepala—meski berulang kali pertanyaan-pertanyaan beruntun mendampratnya.

“Cuman nyuri baju?” tanya Pak Polisi. Pak Tua tak mempedulikannya. Lalu ia dibawa masuk ke dalam sel—ia menjadi seorang Napi.

Ketika azan maghrib berkumandang, disusul gema takbir bersahutan dari masjid-masjid, istri dan anak Pak Tua datang untuk menjenguknya. Dan betapa mengejutkan ketika dia berbisik kepada anaknya, “Nak, setelah keluar dari Penjara, bapak tak mau lagi ke masjid. Bapak muak dengan orang-orang yang menjadi pengurus di sana. Sebelum bapak berangkat ke pasar, bapak memberanikan diri untuk meminjam uang kepada pimpinan pengurus masjid di desa kita, tapi hanya hinaan yang bapakmu dapatkan, Nak.”

Anak dan Istrinya hanya menelan ludah, “Suatu hari bila ada pengumuman jumlah infaq dan sedekah yang terkumpul di masjid, jangan percaya lagi bila uang itu terkumpul untuk mensejahterahkan umat, meringankan beban ekonomi masyarakat sekitar. Bapakmu lebaran di penjara ini biarlah menjadi bukti bahwa pembangunan megah gedung masjid dari uang infaq dan sedekah dari para dermawan tak berbanding dengan kesejahteraan umat. Lebih-lebih bapakmu ini adalah orang yang ikut mengabdi di sana.”

Suasana hening, air mata mereka bercucuran bersama gema takbir Idul Fitri.

Wallahu a’lam.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: KemiskinanKritik SosialLebaranPak Tua

Ali Adhim

Ali Adhim

Penyuka karya sastra, sedang belajar bersahabat dengan waktu. Beberapa bukunya telah beredar di toko online dan offline.

ArtikelTerkait

Benarkah Orang Miskin Lebih Rentan Mengalami Obesitas?

Benarkah Orang Miskin Lebih Rentan Mengalami Obesitas?

20 Mei 2023
Begini Rasanya Nggak Pernah Mudik Lebaran Sejak Lahir

Begini Rasanya Nggak Pernah Mudik Lebaran Sejak Lahir

23 April 2023
Mencuci Piring Saat Lebaran, Kegiatan yang Perlu Dihindari

Mencuci Piring Saat Lebaran, Kegiatan yang Perlu Dihindari

23 April 2023
Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja

Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja

22 April 2023
Lebaran Ketupat di Jawa: Momen Penghiburan untuk Arwah Anak-anak

Lebaran Ketupat di Jawa: Momen Penghiburan untuk Arwah Anak-anak

22 April 2023
4 Rekomendasi Coffee Shop di Jogja yang Baristanya Ramah Abis terminal mojok

4 Coffee Shop Jogja yang Tetap Buka Saat Lebaran

22 April 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
lebih baik setelah idul fitri

Akankah Kita Menjadi Lebih Baik Setelah Lebaran?

toleransi kebahagiaan

Toleransi Terhadap Perbedaan Kadar Kebahagiaan

simbah

Yang Keliling Bocah-Bocah, yang Lebih Capek Malah Simbah-Simbah



Terpopuler Sepekan

Problematika Kulkas Bersama Kos Mahasiswa: Nggak Mencerminkan “Mahasiswa”

Problematika Kulkas Bersama Kos Mahasiswa: Nggak Mencerminkan “Mahasiswa”

oleh Aulia Syahfitri
3 Juni 2023

Pelajaran Hidup yang Saya Dapat dari Memelihara Kura-kura

Pelajaran Hidup yang Saya Dapat dari Memelihara Kura-kura

oleh Eunike Dewanggasani W. S.
1 Juni 2023

Promosi Lembaga Pendidikan, tapi yang Dipajang Foto Pemimpinnya, Maksudnya Gimana deh?

Promosi Lembaga Pendidikan, tapi yang Dipajang Foto Pemimpinnya, Maksudnya Gimana deh?

oleh Audina Hutama Putri
6 Juni 2023

Pembatasan Pengunjung ke Bangunan Candi Borobudur Memang Sudah Seharusnya

Pembatasan Pengunjung ke Bangunan Candi Borobudur Memang Sudah Seharusnya

oleh Mohammad Faiz Attoriq
1 Juni 2023

Dear INews, Masih Niat Jadi The New Home of Badminton Nggak, sih?

Dear iNews, Masih Niat Jadi The New Home of Badminton Nggak, sih?

oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
3 Juni 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=lzHUMXKyXus

DARI MOJOK

  • Bus Handoyo Mengawal Setiap Tragedi yang Terjadi di antara Lumajang dan Wonosobo
  • Sultan Minta Kedepankan Paseduluran, Kapolda DIY Minta Maaf ke Tamansiswa
  • Eep Saefulloh Fatah: Konsultan Politik Spesialis Pemenang Dua Putaran
  • Imbas Bentrok Antarkelompok, Meja dan Kursi Bersejarah Ki Hadjar Dewantara Rusak
  • Masuk Kelas Internasional UGM, Siap-siap Minimal Rp20 Juta Tiap Semester
  • Tren Pemilu 2024 Berubah, Cak Imin Bisa jadi Faktor Penentu Pilpres
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!