Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

Kurnia Ramadhani oleh Kurnia Ramadhani
23 Desember 2022
A A
Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap orang boleh, kok, menerjemahkan tujuan dan makna muslimah menggunakan jilbab. Nah, kalau buat saya pribadi, jilbab adalah kain yang dipakai dengan niat dan sakral oleh muslimah. 

Muslimah yang mengenakan jlbab dinilai memiliki tanggung jawab yang besar. Maksudnya, setiap kami yang mengenakan jilbab wajib merealisasikan perbuatan-perbuatan islami. Tidak boleh melenceng sedikit saja dan harus selalu taat perintah agama. Perempuan berjilbab dinilai harus perfect dalam amalan agamanya. 

Penghakiman dari masyarakat

Kenapa demikian? Kenapa masyarakat selalu menilai “Kalau berjilbab, berarti kamu alim, ya?”

Soal alim atau tidak tentu bisa diperdebatkan. Manusia itu wadahnya salah. Namun, bagi saya sebagai muslimah, saya bangga sudah berusaha menganut perintah Al-Qur.’an. Lagipula, jilbab bukan sekadar untaian kain yang digunakan di kepala untuk menutupi rambut. 

Jilbab adalah identitas bagi muslimah yang memakainya. Dengan begitu, diharapkan kondisi ini bisa meningkatkan spiritual kita. Namun, sayangnya, sebagai muslimah yang berusaha menjalankan perintah agama, saya masih sering merasa bersalah dan hina. Iya, merasa hina karena terkadang masih tidak bisa menahan emosi untuk berkata kasar dan nggak berperilaku islami banget.

Hati yang terluka

Itu kondisi di dalam batin saya pribadi. Perasaan merasa bersalah dan hina juga bisa datang dari luar. Misalnya, ketika mendengar kalimat: 

“Kalau pake jilbab kok pacaran?”

“Loh, kok ngerokok? Bukannya kamu pakai jilbab?”

Topik di atas memang complicated. Sebuah kondisi yang membuat hidup muslimah itu jadi berat. Seakan-akan kami ini tidak boleh berbuat salah. Kami dipandang harus sempurna dalam segala hal. Ingat, kami juga manusia. Sama seperti wanita pada umumnya dan semua laki-laki di luar sana. Setaat-taatnya manusia, pasti tidak ada yang sempurna.

Apalagi kalau sudah membicarakan kesempurnaan dalam beragama. Misalnya muncul kalimat:

“Pakai jilbab kok salatnya bolong.”

Tidak ada manusia sempurna

Gimana, ya. Mau pakai jilbab atau tidak, tidak ada hubungannya dengan kesempurnaan beragama. Semuanya kembali ke diri masing-masing, bukan? Termasuk keputusan untuk menutup aurat dari kepala sampai kaki. Setiap muslimah pasti punya sudut pandang sendiri. Dan yang penting, setiap dari kita tidak mungkin sempurna.

Bisa jadi, di luar sana, ada seorang perempuan tidak berjilbab. Kerjaannya dugem dan dia juga merokok. Namun, diam-diam, dia rajin memanjatkan doa di sepertiga malam. Ada juga muslimah berjilbab, tapi nyatanya nggak pernah salat dan mulutnya racun, melukai perasaan orang lain, dan menunjukkan lekuk tubuhnya.

Kita nggak pernah tahu dan bukan tempat kita untuk menghakimi sesama hanya dari tampilan. Apalagi menghakimi tingkat keislaman seseorang cuma berdasarkan looks saja. It’s too shallow.

Menjadi muslimah di zaman sekarang ini memang challenging banget. Semua hal selalu dicari kesalahannya. Membuat usaha untuk menjalankan perintah agama itu jadi nggak enak. Padahal, beragama itu seharusnya bikin bahagia, kan?

Misalnya, rambut keluar lima helai saja, langsung dihakimi seperti ini:

“Niat pakai kerudung nggak, sih?”

“Ciput kamu murahan, ya?”

Mengingatkan itu beda dengan menghakimi 

Sangat boleh mengingatkan tapi nggak harus sekasar itu, kan? Coba deh lihat ke diri sendiri lalu bertanya: 

“Apakah jilbab saya sudah sempurna?” 

“Apakah saya sendiri sudah menjalankan perintah agama secara sempurna?”

“Apakah saya nggak pernah ngomong kasar dan menyakiti hati orang lain?”

“Apakah saya nggak pernah berbuat dosa?”

Saya pribadi tentu saja bukan muslimah sempurna. Namun, setidaknya saya masih terus berusaha untuk memperbaiki diri dan belajar. Kadang, rambut saya masih sedikit terlihat karena aktivitas. Yah, setidaknya saya bisa bersyukur karena lingkungan saya nggak membuat masalah dengan kondisi itu. Mereka mengingatkan dengan cara paling enak di telinga. Sama sekali nggak menghakimi. 

Terakhir, kadar keimanan kita itu berbeda. Misalnya, sekali kelihatan nggak salat, dibilang kafir atau Islam-nya cuma KTP. Bisa jadi muslimah ini sedang berhalangan. Kalaupun nggak lagi berhalangan, kondisi itu bukan urusan kamu. Semua kembali ke keputusan masing-masing. Dosa juga ditanggung masing-masing. 

“Sok open minded banget, sih”

“Kan kewajiban setiap muslim itu saling mengingatkan.”

Masih terus memperbaiki diri

Iya, sebagai muslimah, tentu saya akan menerima masukan dari orang lain. Saling mengingatkan itu baik. Selalu ada usaha dari kami yang mengenakan jilbab untuk bisa menjalankan perintah agama sebaik mungkin. Namun, jangan menghakimi, dong. Seakan-akan kami ini manusia sempurna.

Kami paham, kok kalau jilbab itu bukan cuma kain. Ini adalah identitas, pelindung, dan kebanggaan saya sebagai muslimah. Semua orang pasti bakal menemukan tujuan hidup masing-masing dan tugas kita hanya mengingatkan ketika salah, sembari memperbaiki diri kita sendiri.

Semoga argumen ini bisa diterima

Penulis: Kurnia Ramadhani

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Biarkan Perempuan Berjilbab seperti Saya Bebas Berekspresi dan Menjadi Diri Sendiri

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Desember 2022 oleh

Tags: al-qur.'anJilbabMuslimahperintah agama
Kurnia Ramadhani

Kurnia Ramadhani

Mahasiswi Sastra Inggris Universitas Negeri Yogyakarta. 19 tahun.

ArtikelTerkait

dilema muslimah yang dipakaikan jilbab sejak balita ingin lepas jilbab tapi takut mojok.co

Suara Hati Muslimah yang Diberi Jilbab sejak Balita dan Kini Ingin Melepasnya

9 Oktober 2020
Tukang Ojek Bercadar: Progresif atau Salah Kaprah?

Tukang Ojek Bercadar: Progresif atau Salah Kaprah?

23 Desember 2019
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma

13 Mei 2020
Nonton Film 'Home Alone' Adalah Cara Mudah Menyambut Natal bagi yang Tidak Merayakan terminal mojok.co

Saya Mualaf dan Ini yang Saya Rasakan Ketika Natal

24 Desember 2019
Biarkan perempuan berjilbab bebas berekspresi dan jadi diri sendiriterminal mojok

Biarkan Perempuan Berjilbab seperti Saya Bebas Berekspresi dan Menjadi Diri Sendiri

9 April 2021
muslimah bepergian

Duka Muslimah yang Mudik Sendirian

7 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
4 Alasan Jarang Ada Cerita Hantu di Kampus UIN yang Viral

Hantu Hanyalah Imajinasi, dan Roh Gentayangan Hanyalah Bualan

Jangan Lakukan 6 Hal Ini kalau Mau Hidup Bertetangga dengan Nyaman di Jepang Terminal Mojok

Jangan Lakukan 6 Hal Ini kalau Mau Hidup Bertetangga dengan Nyaman di Jepang

8 Singkatan Unik ala Tasikmalaya yang Harus Kalian Tahu

8 Singkatan Unik ala Tasikmalaya yang Harus Kalian Tahu

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kampus Bukan Kerajaan, Dosen Bukan Sultan, dan Mahasiswa Bukan Rakyat yang Pantas Diinjak-injak

Kampus Bukan Kerajaan, Dosen Bukan Sultan, dan Mahasiswa Bukan Rakyat yang Pantas Diinjak-injak

18 Juni 2025
Sarapan Sate di Semarang Memang Aneh, tapi Saya Ketagihan (Unsplash)

Sarapan di Semarang Memang Rada Aneh, tapi Sekarang Saya Bisa Menikmati Bahkan Ketagihan

16 Juni 2025
Nggak Enaknya Jadi Orang Desa, Mau Belanja Online Harus Ngumpet karena Banyak Tetangga Kepo!

Nggak Enaknya Jadi Orang Desa, Mau Belanja Online Harus Ngumpet karena Banyak Tetangga Kepo!

14 Juni 2025
Ormek Adalah Kumpulan Mahasiswa Gila Hormat yang Sebaiknya Diwaspadai Mojok.co

Ormek Lebih Cocok Disebut Kumpulan Mahasiswa Haus Pujian daripada Organisasi Mahasiswa

18 Juni 2025
Kapok Singgah di Musi Banyuasin Sumatera Selatan karena Hotelnya Buruk dan Horor  Mojok.co

Kapok Singgah di Musi Banyuasin Sumatera Selatan karena Hotelnya Bobrok dan Horor 

19 Juni 2025
Vega R, Motor Yamaha Paling Bersahaja. Cerminan Hidup Stabil, Hemat, Nggak Banyak Drama

Vega R, Motor Yamaha Paling Bersahaja. Cerminan Hidup Stabil, Hemat, dan Nggak Banyak Drama

20 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Pertama Kali Dapat Kerja di Jogja sambil Kuliah, Kaget Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan Besar di Amerika Serikat
  • Menikah Ala Anggota Pencak Silat: Pakai Kembangan dan Atraksi Belah Balok, Niat Ekspresikan Kebanggaan Malah Dicap Jamet
  • Sarjana Gaji Kecil Ngaku Bergaji Rp10 Juta biar Bisa “Dipamerkan” Orangtua ke Tetangga, Berujung Repot dan Nelangsa
  • Seorang Ayah yang Menolak Tawaran Tiga Klub Sepak Bola yang Ingin Meminang Anak Perempuannya
  • Kegelisahan Seorang Bapak yang Punya Anak Perempuan dan Pentingnya Aktif Ikut Ronda di Kampung seperti Duta Sheila on 7
  • Sepatu Rusak: Saksi Bisu dari Atlet Sepak Bola Putri di Jogja yang Penuh Nyali dan Nilai Mahal yang Mereka Pelajari

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.